14

"Hah? Ikut gue balapan?" tanya Gama memastikan.

Celsa menggigit bibir bawahnya. Takut dikira cewek aneh. Tapi keinginannya tak terbendung lagi. Tangannya rindu memutar gas. Ia rindu beradu kecepatan di sirkuit balap.

"Ehmm.. Enggak. Gue ikutan balapan."

Gama, Raka, dan Galtero saling pandang selama beberapa detik, lalu mereka kompak meledakkan tawa. Bedanya, tawa Gama terkesan meledek, sedangkan Galtero dan Raka lebih terkesan takjub.

"Emang lo bisa?" Gama sampai memutar tubuhnya agar bisa melihat wajah Celsa lebih jelas.

"Udah dua tahun sih gue ga pernah pegang motor lagi.. Lo bawa gue kesini bikin gue kangen motoran lagi." jawab gadis itu lebih terbuka. "Lo ga tanding beneran kan? Cuma taruhan iseng doang kan? Jangan ada yang curang dan bikin celaka lawan, ya?"

"Iya, gak akan.. Balapan santai doang kok." jawab Gama.

"Tapi kalau gue kalah, lo yang bayar taruhannya yaa.. Gue beneran pengen iseng doang balapannya.."

Gama menyeringai. "Oke."

Galtero dan Raka menepuk Gama. Menunjukkan kedatangan Dito, lawan balapnya itu sudah berhenti di belakang garis start. Teman-teman Dito bahkan sudah bersorak-sorak menyemangati cowok itu.

"Gue pinjem motor lo ya, Gal..?" Celsa mulai turun dari boncengan motor Gama.

Galtero dengan senang hati menyerahkan kunci motornya. "With my pleasure, princess.."

"Dih, princess apaan.." Celsa tersipu.

Raka melepaskan jaket lalu mengulurkannya pada Celsa. "Pakai jaket gue, Cel.. Lebih safety."

"Thanks.."

Gama lebih dulu mendekati Dito ke garis start. Tak lama setelah itu, Celsa mendekat dengan mengendarai motor Galtero, serta jaket dan helm milik Raka.

Dito terkekeh. "Anjing.. Lo ngapain bawa barbie ke sirkuit, Gam?"

"Dia yang mau. Udah lawan aja, jangan sungkan.."

"Gak asik laah lawan cewek.." elak Dito.

"Bukannya kalau nambah satu pemain duit taruhannya juga tambah banyak? Gak mau lo? Mundur aja kalau gitu.." Gama mulai tak sabar pada lawannya yang rewel ini. Lagian, dari awal mereka tidak serius balapan. Hanya untuk menghilangkan stress aja. Itung-itung sekalian latihan..

"Cantik, bening gitu gak cocok ikut balapan, neng.. Mending ikut abang ke mall." cerocos Dito lagi. "Mending duduk manis di pinggir, tunggu abang menang taruhan ini. Ntar abang jajanin ke mall."

Celsa terlihat santai. Tidak terintimidasi sedikitpun atas ocehan Dito. Ia mengikat rambut panjangnya ke atas agar tidak mengganggu geraknya. "Jangan kebanyakan bacot. Jajanin cewek doang nunggu menang taruhan. Kere lo?!"

"Buahahaahaa !!" tawa Gama meledak. Sedangkan Dito melotot kesal.

Gama sekarang mengakui, bahwa Celsa memang cewek jadi-jadian yang tak kenal takut. Cewek bar-bar yang unik dan menarik. Ia semakin penasaran seberapa skill cewek aneh ini dalam hal balap motor.

"Buruan mulai. Inget, jangan ngalah karena gue cewek." tegas Celsa sesaat sebelum ia menyalakan mesin motornya. "Gue gak tertarik buat menang balapan. Gue cuma kangen naik motor."

Peluit panjang berbunyi. Seorang gadis di tengah garis start sudah menjatuhkan sehelai kain. Pertanda pertandingan dimulai. Ketiga peserta menarik gasnya dengan kecepatan penuh.

Deru mesin motor berpacu. Beradu dengan suara sorak sorai penonton yang mengelilingi jalur balap yang tak terlalu panjang. Mereka hanya perlu menyelesaikan tiga putaran lap untuk menyelesaikan pertandingan.

Gama melirik spion. Melihat posisi Dito yang tipis sekali di belakangnya, sedangkan Celsa berada beberapa meter di belakangnya. Tadinya ia berencana untuk mengalah pada Celsa. Tapi urung. Lebih seru jika ia tahu kemampuan gadis bar-bar itu yang sesungguhnya.

Perlahan namun pasti. Sebagai pembalap yang cukup sering memenangkan pertandingan, Gama tau jika Celsa cukup bisa menjadi lawannya yang setara. Gadis itu memiliki teknik dan tidak asal kebut-kebutan. Setiap kali melewati tikungan ia maju cukup signifikan. Sehingga di putaran terakhir, ia berhasil mendahului Dito dan menempati posisi kedua.

"CELSAAAA!! CELSAA! CELSAA!" sorak penonton begitu ketiga pembalap hampir mencapai garis finish.

Dan...

"HOOREEEEEEE..!! HWOOOOOOW!! CELSAA! CELSAAA!!" sorak Galtero dan Raka begitu roda motor Celsa yang pertama melintasi garis finish. Berbeda tipis dengan motor milik Gama. Hanya berselang seper sekian detik saja.

Galtero dan Raka jejingkrakan memeluk tubuh mungil Celsa hingga gadis itu diombang-ambingkan tak berdaya. Dito melepas helm dengan kaki menendang ban motor. Ia sangat kesal bisa kalah dari seorang perempuan.

Gama menghampiri Dito dengan smirk yang menyebalkan. Tangannya menengadah meminta uang taruhan pada lawannya itu. Sementara di tangan kirinya, ia pun sudah membawa uangnya sendiri sebagai taruhan.

"Keren kan, cewek gue.. Makanya jangan sekali-kali lo remehin cewek gue.." sombong Gama. Seolah menyentil egonya sendiri yang juga selalu meremehkan Celsara.

Setelah ia menerima uang Dito, Gama segara mendekat ke tiga orang temannya yang masih berselebrasi itu. "Heh! Lepasin tangan kalian. Enak aja peluk-peluk cewek gue." seru Gama, yang seketika membuyarkan selebrasi Raka dan Galtero. Dengan posesif ia merangkul bahu Celsa.

"Gilaaaakk!! Lo bener-bener gilak Cel.." Galtero terus bertepuk tangan. Wajah kocaknya kali ini sangat serius. Terkagum-kagum pada sosok Celsara Arkadinata.

"Gak salah lo dijuluki sebagai cewek nomer 1 di Bina Bangsa. Anjiiirr.." kali ini Raka yang mengungkapkan kekagumannya. "Gue aja ga bisa ngalahin Dito. Apalagi ngalahin Gama. Lo keren banget. Banget, anjiiir..."

"Yaelaaah Ka.. Skill lo sih masih cetek."

"Iye, lo sama keong aja masih cepetan keong.."

"Bang sat lo!!"

Tiga cowok itu justru saling mengejek. Mengundang tawa renyah Celsa yang sepertinya malam ini benar-benar melupakan masalah yang berjejal di kepalanya. Sepertinya, malam ini, ia lebih banyak tertawa. Is it okey?

"Nih, uang taruhan lo.." Gama menyodorkan berlembar-lembar uang seratus ribuan. "Kan lo yang menang."

Celsa menyikut pelan pinggang Gama yang berada tepat di sisinya. "Lo ngalah kan tadi?"

"Hah?"

"Idih, ga usah pura-pura cengo. Gue tau lo ngalah tadi di detik-detik terakhir dekat finish.." Celsa mencibir. "Udah gue bilang.. Gue gak tertarik menang taruhan, gue cuma pengen naik motor aja.."

Gama terkekeh. "Gue cuma kaget aja lo bisa nyalip Dito sampe ada di belakang gue.. Sumpah sih, gue gak expect lo sekeren ini.."

"Nih duit lo.." Gama menyodorkan kembali segepok uang di depan wajah Celsa.

Celsa menghempas pelan tangan Gama. "Buat lo aja deh."

"Ogah, ngapain gue makan duit lo.."

"Anggap aja gue ga ikutan lomba." tolak Celsa lagi.

"Pantang buat gue ambil duit orang."

"Kalau kalian gak mau buat kita berdua aja duitnya, gimana?" sambar Galtero, yang langsung mendapat hadiah geplakan dari Raka. "Sakit, bego..."

Celsa akhirnya mengambil uang dari tangan Gama. "Udahlaah.. Besok buat traktir kalian semua sama Tyas dan Farra aja. Gimana? Setuju?"

"SETUJUUU!!" Galtero dan Raka kompak berseru. Disusul tawa renyah dari mereka berempat.

"Lo emang princess sejati, Cel..."

"Udah pinter, cantik, dermawan pula.."

"Halaah prett.. Kalau ada maunya aja kan kalian."

Dalam hati Celsa berharap, hidupnya akan normal dan sebahagia ini kelak. Nanti...

.

.

.

...----------------...

BERSAMBUNG 🥀

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!