2

Jam istirahat telah tiba. Siswa siswi Bina Bangsa berhamburan keluar kelas masing-masing. Begitu pula dengan Celsa, Farra, dan Tyas.

Mereka bertiga menuju ke kantin. Memesan makanan seperti biasa. Celsa tak bisa melewatkan makan siang, karena ia terbilang jarang sarapan pagi.

Setelah memesan makanan, mereka berjalan ke ujung kantin. Bangku dan meja kayu khusus yang terletak paling jauh dari area kantin, sampai mendekati tempat parkir motor. Tempat biasa Celsa, Farra, dan Tyas menghabiskan waktu istirahat. Bangku yang resmi diklaim sebagai milik Celsa. Ada larangan tak tertulis yang diketahui semua siswa Bina Bangsa bahwa bangku itu tidak boleh diduduki siswa-siswi lain.

Namun, hari ini bangku khusus itu telah didiami dua siswi baru kelas X. Membuat Celsa mendengus kesal.

Farra mendekat dengan cepat lantas menggebrak meja dengan intonasi pelan. "Pindah, Cepet!! Ini tempat kita."

Salah satu siswi baru mencoba melawan, "Maaf kak, kita duluan yang duduk disini."

"Lo boleh duduk dimana aja. Asal gak disini. Ini tempat gue!" sambar Celsa. "Pindah!"

Dua siswi baru tersebut saling pandang untuk sesaat, lalu memilih untuk mengalah.

"Bilang sama semua temen lo anak kelas X. Gak ada yang boleh duduk di sini. Ini tempat gue. Ngerti?" lanjut Celsa, yang hanya dihadiahi anggukan kaku dari siswi baru tersebut.

......................

Sementara itu di tengah-tengah area kantin yang luas, geng 0 dan Meyza duduk di satu meja. Menikmati aneka cemilan, gorengan, dan es berbagai rasa. Gama dan Galtero menghisap rokok. Sedangkan Dion menyantap semangkuk soto ayam yang masih panas.

Perhatian seisi kantin tersita pada kumpulan 5 pangeran Bina Bangsa yang amat bersinar siang ini. Seolah mereka dessert paling menyegarkan dan tak boleh disia-siakan begitu saja.

Beberapa dari mereka iri melihat kemesraan Anzelo Alta Minarno dan Almeyza Silvina. Sedangkan beberapa yang lain terpesona pada rupa tampan kelas dewa Gamaliel Angkasa Wijaya. Gaya macho ala badboy-nya Galtero Hanggara. Si paling friendly Dionisius Gunawan. Dan wibu paling cool dan cuek Raka Ardianputra.

Namun dari sekian banyak manusia yang memadati kantin siang ini, Gama justru terfokus menatap satu insiden kecil di ujung kantin. Saat ia melihat geng cewek-cewek tengil yang mengusir siswi kelas X untuk pindah meja.

"Babi! Songong banget sih tuh cewek." gerutu Gama seraya menggerus batang rokok yang masih tersisa setengah.

"Diemin wae bro! Lagian kita gak denger apa yang mereka omongin." sahut Dion santai.

"Keliatan jelas tuh. Mereka lagi ngusir anak baru dan nyuruh mereka pindah meja." tukas Gama.

"Dia itu Celsa. Celsara Arkadinata." sahut Meyza, begitu melihat siapa orang yang diperbincangkan. "Dia klaim bangku itu punya dia. Dan udah terkenal banget gak ada yang boleh duduk di bangku itu selain dia."

Gama melirik sekilas pada Meyza. "Jadi itu yang namanya Celsa? Sombong, tengil, dan gatel.."

"Lo baru tau itu Celsa, Gam? Kemana aja lo.." Galtero tergelak. "Dia cewek nomer 1 di sekolah ini. Nilainya selalu terbaik di setiap matpel. Dia emang galak dan jutek. Tapi dia cantik banget, brooo.... Mukanya tuh manis, imut, gak ngebosenin banget coy. Tipe gue banget lah intinya."

Tanpa ada yang menyadari, Meyza tampak tidak suka mendengar kalimat Galtero yang melabeli Celsa sebagai cewek nomer 1 se Bina Bangsa. 'Please... Gak banget deh..!' batin Meyza.

"Cantik apanya! Cuih, gak doyan gue cewek kayak dia. Dia bukan tipe gue." tukas Gama cepat. "Dia yang terkenal bar-bar kan? Ngomongnya kasar, hobi party, tukang bolos, dan cewe bispak?"

"Kata siapa dia bispak? Jangan sembarangan nyebar fitnah lo Gam!" sergah Dion.

"Adalah.. Sumber terpercaya."

"Lagian cewe doyan party ngapain aja di club? Yakalii cuma joged doang.."

"Sok polos lo ah.."

"Ya tetep aja, bukan jaminan Bro... Siapa tau emang dia beneran hobi joged doang." Raka turut membela Dion.

"Halah.. Muna lo anjir..! Mana ada orang hobi joged, jauh amat ke diskotik. Sekarang kan musim tuh ngedance-ngedance di tiktok. Bisa viral trus dapet cuan pula.." sangkal Galtero lagi.

"Tanya sama Meyza tuh. Meyza kan dulu temenan sama dia."

Netra Meyza membulat ditodong seperti itu oleh Dion. Jujur, ia tidak suka mengungkit Celsa terlebih di depan Anzel. "Heh? Apa?" tanyanya pura-pura cengo.

Gama menyambar cepat, "Syukur deh Mey, lo ga temenan lagi sama cewe toxic itu. Bilang gue kalau dia ganggu lo.."

Meyza tersenyum hangat pada Gama. Ia melirik Anzel dan bersyukur cowok itu sedang fokus dengan ponselnya. Sehingga tidak mendengar apa yang jadi obrolan teman-temannya.

"Kalian ngomongin siapa sih rame amat..?" Anzel, seolah manusia yang baru saja keluar dari gua dan baru melihat peradapan dunia.

"Gatau nih sayang.. Temen-temen kamu lagi ghibah." sambar Meyza. "Dah ah, ke kelas yuk.. Udah mau abis jam istirahat."

Anzel mengiyakan, namun membiarkan Meyza dan teman-temannya masuk kelas lebih dulu karena dia hendak ke toilet sebelum masuk.

......................

Celsa menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di toilet. Setelah menuntaskan hajat setelah menyantap bakso super pedas di kantin tadi, ia kini bersiap masuk ke dalam kelas. Ia sempatkan memoles wajah dengan cushion tipis-tipis dan membubuhkan liptint agar wajah tampak segar.

"Cel!"

Celsa refleks menghentikan langkah. Ia hafal betul suara cowok yang memanggilnya ketika ia baru keluar dari toilet perempuan. Dia ... Anzel.

"Cel, gimana kabar lo?"

"Ehm, baik."

"Gue kangen lo, Cel.. Liburan semester satu bulan dan ga pernah liat lo sama sekali. Gue kangen banget.."

Celsa mendecih. "Merdu amat gombalan lo.. Kalau sendirian gini lupa lo sama cewek lo? Mau gue ingetin?"

"Jangan jutek gitu lah Cel.." Anzel mencoba meraih jemari Celsa, tapi cewek itu menghindar dengan cepat. "Please, tungguin gue di ruang musik pulang sekolah nanti. Ada yg mau gue omongin."

"Ogah banget."

"Please Cel.. Lo harus dengerin penjelasan gue."

Celsa membuka mulut hendak menolak, tapi Anzel sudah lebih dulu berjalan menjauh seraya berkata, "Kita ketemu nanti di ruang musik ya.. Gue tunggu lo Cel.. Bye..!"

Celsa tercenung. Anzel yang ia kenal memang begitu menyenangkan. Saat-saat dekat dengan Anzel juga adalah saat terbaik dan paling membahagiakan semenjak tiga tahun terakhir dalam hidupnya. Itu pulalah alasan patah hati teramat dalam yang ia rasakan ketika Anzel mengumumkan berita datingnya dengan Meyza.

Lalu sekarang harus bagaimana?

Haruskah ia datang ke ruang musik dan mendengar alasan Anzel?

Ataukah haruskah ia abaikan saja ajakan cowok itu?

.

.

🥀 BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

littleturtle13

littleturtle13

Jadi inget masa sekolah nih. Apalagi kalo masalah geng2an.. merasa paling keren/Facepalm/

2024-09-14

0

Neneng Dwi Nurhayati

Neneng Dwi Nurhayati

tinggalin masalalu chel, nyakitin nanti, kasian di hina chelsa

2024-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!