Keesokan harinya, Celsa benar-benar memakai uang hasil taruhan balap motor itu untuk mentraktir teman-temannya makan siang di kantin. Tidak hanya mentraktir satu dua orang, Celsa bahkan mentraktir semua teman kelas 12 yang ada di kantin siang ini.
Gama yang belakangan jalan ke kantin karena harus menemui guru olah raganya terlebih dahulu, sedangkan semua teman-temannya di geng 0 sudah lebih dulu memesan makanan. Gama sedikit merasa heran melihat suasana kantin yang lebih ramai dari biasanya.
Di tengah area kantin ia melihat sosok gadis yang berdiri di atas sebuah bangku. Ia berteriak dengan senyum lebar menghias wajah cantiknya.
"Semua anak kelas 12 yang jajan disini hari ini gratiiis.. Gue traktir." seruan Celsa dibalas sorak sorai dan tepuk tangan heboh dari pengunjung kantin siang ini. Meski ada beberapa anak yang mencibir, anak-anak kelas sepuluh dan sebelas tentunya. Karena mereka tidak ikut ditraktir.
"Dih, lagi tajir lo Cel?" tanya Farra.
"Iya dong.. Baru dapat rejeki nomplok gue.." Celsa mengeluarkan segepok uang dari saku seragamnya. Ia tergelak sendiri melihat gayanya bak orang yang baru menang lotre.
"Aseeek.. Boleh makan sepuasnya gak Cel?"
"Boleh pesen apa aja ya Cel.."
"Makan sekalian minumnya kan Cel?"
"Iyaa.. udah.. jangan banyak bacot, buruan pesan." jawab Celsa untuk semua pertanyaan yang bersahutan dari teman-temannya. Ia lekas turun dari atas bangku yang ia naiki tadi. Celsa menggamit lengan Tyas dan mengajak kedua temannya turut memesan makanan.
"Yaah kak, kita-kita adik kelas ga ditraktir juga nih?"
"Sorry yaa adek-adek.. Kaka Cels takut duitnya ga cukup. Ahahahaa.." gelak Celsa.
Tidak menyangka kedatangan geng 0 dan Meyza di kantin, membuat Celsa sedikit menghela nafas jengah. Beruntung ada Dion, Galtero, dan Raka yang selalu bisa mencairkan suasana.
"Hello, princess Celsa.." sapa Galtero dengan nada centil yang dibuat-buat. "Kirain kita doang yang ditraktir.. Malah temen seangkatan lo traktir semua."
"Duitnya kebanyakan kalau cuma buat nraktir kalian doang.."
"Nyesel banget gue ga ikut ke sirkuit kemarin. Denger cerita dari Gal dan Raka, lo keren banget balapan kemarin.." celetuk Dion.
Celsa menepuk dadanya sendiri, berlagak pongah.
Anzel dan Meyza sama-sama terkejut mendengar ucapan Dion. Namun tak satupun dari keduanya yang mengutarakan. Hanya batin dan nalar mereka yang berperang sendirian.
Dion merangkul bahu Farra. Mengalihkan atensi Celsa dan yang lainnya.
"Apa-apaan tuh tangan lo?" sengit Tyas.
"Kita udah jadian semalem.. Gimana? Serasi kan?" Dion mengerling pada Farra, sedangkan gadis itu hanya tersipu-sipu.
Celsa dan Tyas tersenyum mengejek. "Kok lo ga cerita si Far..?"
"Gilak lo. Sejak kapan ada rahasia di antara kita?"
Farra terkekeh menanggapi protes kedua sahabatnya. "Sorry guys.. Maunya cerita pas sama Dion aja. Biar kalian surprise gitu."
Celsa dan Tyas kompak menarik Farra dari rangkulan Dion, lantas memeluk Farra sambil mengucapkan selamat.
"Congratulation Farra sayang.." ucap Tyas.
"Congratulation, dear.. Akhirnya dari kita bertiga ada juga yang melepas status jomblonya." ucapan Celsa sontak mengurai pelukan Farra dan Tyas.
"Lah, bukannya elo duluan yang jadian sama Gama?" protes Farra.
"Lo gimana sih Cel? Jangan bilang lo lupa sama prince Gama..?" todong Galtero blak-blakan.
"Atau jangan-jangan kalian udah putus?" tebak Raka. Pecinta anime itu sampai melepas kontak matanya dengan ponsel karena tertarik menunggu jawaban Celsa.
"Jangan sembarangan ya lo, wibu!" entah dari mana datangnya, Gama tiba-tiba menyambar obrolan teman-temannya. Ia yang sudah masuk kantin beberapa menit lalu seolah tersihir melihat Celsa tertawa-tawa bersama teman-temannya, memutuskan untuk diam di sudut dan hanya memperhatikan saja.
Ya, bayangan senyum ceria Celsa selalu tergambar jelas di kepala Gama. Seolah dua sisi koin yang berbeda, sikap Celsa selalu bertolak belakang ketika bersamanya dan bersama teman-temannya.
Cowok itu merangkul erat bahu Celsa. Kekasih palsunya itu sampai meringis kaku dibuatnya. Posturnya yang mungil tak terlalu tinggi membuat kepala Celsa menempel sempurna di dada bidang Gama.
"Lo sih sayang.. Selalu lupa sama gue.." candanya mencoba mencairkan suasana. Dan Celsa hanya membalas dengan cengiran canggung yang menampilkan deretan gigi rapinya.
"Kenapa yang ditraktir cuma anak kelas 12?" tanya Gama mengalihkan topik.
"Ehm.. Takut kurang duitnya. Ogah banget kalau gue nombok."
"Kalau gitu gue yang nombokin.." cetus Gama cepat. Cowok itu bahkan berani mengusap pangkal rambut Celsa.
"Hari ini semua yang jajan di kantin, gue bayarin. Semuanya..!!"
"Hooreee..." semua yang ada di kantin bersorak dan bertepuk tangan. Keceriaan yang melingkupi turut menghangatkan hati Celsa. Ia tersenyum senang. Tak lagi terganggu dengan keberadaan Anzel dan Meyza di sana. Ia justru merasa nyaman berada dalam kungkungan lengan besar Gama.
"Aseeek.. Pasangan prince and princess of the year kita ini emang yang terbaik..."
"Betuuul..."
"Jangan betul betul aja lo, Yon.. Next time giliran lo yang traktir kita." todong Raka pada Dion.
"Lah? napa jadi gue?"
"Kan lo yang jadian sama Farra.. Biasa, pajak.. Pajaak..." seloroh Galtero.
"Rebes.. Bisa diatur laah nanti."
Celsa melepaskan diri dari lengan Gama. "Gue kesana dulu.. Pesanan gue udah jadi." ucapnya. Langkahnya diikuti oleh Tyas dan Farra.
Niat Celsa menghindar dari Gama, tapi cowok itu justru mengikutinya tanpa rasa bersalah. "Gue duduk disini sama lo yaa.." ujar Gama. Tanpa menunggu jawaban dari Celsa, cowok itu dengan santainya duduk dan melahap semangkuk bakso pesanannya.
Tak hanya Gama, keempat geng 0 lainnya dan Meyza turut mengikuti. Mereka sampai menarik 1 meja panjang beserta bangkunya untuk disejajarkan dengan bangku Celsa yang terpisah jauh dari area kantin.
Celsa menghela nafas kesal. Percuma melarang rombongan sirkus geng 0. Mereka terkenal suka seenak jidat kalau menginginkan sesuatu.
Tanpa sengaja netranya bersitubruk dengan Meyza. Ia bisa melihat jelas, betapa cewek itu amat kesal padanya. Anzel terlihat bisa menguasai diri. Cowok itu santai duduk dan makan semeja dengan Celsa. Bahkan ia mulai bisa menimpali gurauan Galtero dan tak lagi terlihat canggung, meski ada Celsa di dekatnya. Celsa yakin, Meyza pasti semakin dongkol dibuatnya. Celsa mengulas senyum simpul sarat ejekan kepada mantan sahabat sekaligus sepupunya itu.
Gama? Jangan ditanya. Cowok itu menempel 100 persen pada Celsa. Bahkan dia tidak segan merangkul gadis bertubuh mungil itu. Tentu saja mungil, jika dibandingkan dengan postur tubuh Gama yang jangkung dan berotot.
"Makanya, lain kali gue ga usah ngajakin Dito balapan. Gak seru, bjir.. Seruan juga balap sama cewek sendiri." kelakar Gama menanggapi keempat temannya yang lain.
"Beneran deh, kalau kalian balapan lagi gue berani taruhan buat Celsa."
"Yup, gue juga pegang princess Celsa.."
Gama mengetukkan ujung sendoknya ke kepala Galtero. Membuat Galtero mengaduh dengan kesal. "Gue denger-denger lo dari tadi enteng banget nyebut cewek gue princess?"
"Lah kan emang Celsa princessnya geng 0?"
"Idih.. Apaan deh.." sahut Celsa geli.
Gama mengalungkan lengannya di bahu Celsa. "Dia princessnya gue.."
"Yaelaah sama aja." debat Galtero lagi. "Meyza pacaran sama ketua geng 0, jadi disebut ibu ketua. Celsa pacaran sama pangerannya geng 0, jadi dia princess. Gitu kan..?"
"Okelah. Teori lo bisa gue terima." putus Gama.
Raka menahan tawa hingga nyaris menyemburkan minuman dari mulutnya. "Sejak kapan Gama jadi pangeran geng 0?"
Celsa tergelak. Begitu pula Farra, Tyas, dan semua anggota geng 0 lainnya. Mereka seketika menjadi akrab dan riuh bersenda gurau bersama.
"Yaah, walaupun berat harus gue akuin, visual dia yang paling mendingan dari kita bertiga.." sanggah Galtero.
Celsa memiringkan kepala demi bisa menguliti penampilan Gama. "Mana ada sih pangeran yang modelannya awut-awutan kayak dia..?"
Alih-alih marah, Gama justru tergelak. Satu lengannya memiting leher Celsa, sedangkan tangan yang lain menggusak rambut panjang gadis itu, sampai membuatnya berantakan. "Berani banget sih lo ngatain gue awut-awutan, heh! Sama pacar sendiri bukannya belain gue lo!"
"Hahaa.. Lepasin.. Ahahaa.." gelak Celsa.
Meyza semakin meradang. Sejak awal, hanya dia yang terus terdiam. Melihat keakraban Celsa dan geng 0 membuat hatinya tak rela. Susah payah ia membangun image Celsa seburuk-buruknya di mata geng 0, terutama di mata Gama. Tapi Gama justru bisa sedekat itu dengan Celsa.
Meyza bahkan tak ingat, kapan geng 0 jadi serame dan semeriah ini saat makan siang di kantin. Biasanya mereka mengobrol soal otomotif, olahraga, atau game dan anime yang happening. Jarang sekali saling melempar joke dan terbahak-bahak seperti saat ini.
"Gue masuk ke kelas duluan." hanya kata itu yang terlontar dari mulut Meyza. Sekilas ia melihat teman-temannya mengangguk dan sekedar melambaikan tangan.
"Kenapa? Jam istirahat masih ada 15 menit lagi." cekal Anzel. Ia tak paham situasi. Kenapa kekasihnya itu tampak badmood.
"Gak apa-apa, baby.. Aku cuma mau ke toilet dulu."
"Oh oke.. Nanti pulang sekolah aku tunggu di tempat biasa ya.."
Meyza mengangguk. Kemudian beranjak dari kantin dengan rasa dongkol menyumpal hatinya. Ia kesal setengah mati. Ia sudah bertindak sejauh ini untuk bisa masuk ke geng nomor 1 di sekolahnya. Merebut perhatian semua anak seisi Bina Bangsa. Mengalahkan satu-satunya orang yang sangat ingin ia tumbangkan.
Namun, apa yang salah?
Kenapa keadaan berbalik.
Gama dan semua anggota geng 0 justru terkagum-kagum pada rival bebuyutan Meyza. Celsara Arkadinata.
Apa yang harus direvisi dari rencananya selama ini? Atau.. Haruskah ia merancang rencana baru?
.
.
----------------
BERSAMBUNG 🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
2024-09-10
0