Wanita cantik bertubuh mungil, berkulit putih, tak kuasa menahan penasaran akan gejala mual yang beberapa hari ini dideritanya.
Adriana mencoba testpeck kehamilan yang sudah dibelinya sepulang kerja. Garis dua merah terpampang dalam benda putih kecil tersebut, membuat Adriana diliputi segala perasaan tak menentu.
Di satu sisi Adriana bahagia, karena di dalam perut kecilnya telah tumbuh benih cintanya bersama Devin. Namun, di sisi lain Adriana ingin sekali mengetahui kondisi kesehatan janin yang tumbuh dalam rahimnya.
Di usia kedua tahun pernikahan Adriana bersama Devin, akhirnya ia mendapatkan apa yang ia impikan bersama suami selama ini.
"Tumbuh yang sehat ya sayang." gumam calon ibu muda sembari mengelus perut rata miliknya, seperti mengajak ngobrol janin dalam perutnya.
Sementara Devin masih belum pulang dari kantor, Adriana masih belum mengabarkan tes kehamilannya pada sang suami. Adriana memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan sendirian, dia sudah tidak tahan ingin memastikan usia kandungan dan juga kondisi janin di dalam perutnya.
Adriana bergegas menyambar kunci mobil yang diletakkan di atas nakas kamar, dengan penuh hati-hati Adriana mencoba mengemudikan mobil.
Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya Adriana sampai di sebuah bangunan rumah sakit yang cukup ternama. Langkah kaki Adriana menyusur ke ruang dokter spesialis kandungan.
"Usia kandungan Ibu Adriana sudah tiga minggu. Ibu Adriana harus bisa menjaga pola makan dan aktivitas. Karena, kandungan Ibu Adriana termasuk kandungan yang lemah." dokter kandungan bernama Candra menuturkan hasil diagnosa pada Adriana.
Perasaan Adriana sedikit terpukul setelah mendengar pernyataan dokter Candra yang menyatakan kandungan Adriana lemah.
"Apa suami Ibu Adriana tidak ikut?" dokter tampan itu merasa aneh melihat pasiennya datang seorang diri.
"Suami saya sibuk di kantor Dok. Saya sengaja belum memberi tahu soal kehamilan saya." jawab Adriana yang berusaha jujur di depan dokter Candra.
•••
Dokter Candra sudah menjadi dokter langganan Adriana selama dua tahun terakhir ini. Adriana rutin memeriksakan kesuburannya dengan berkonsultasi pada dokter Candra.
Usaha Adriana kini membuahkan hasil yang sungguh membuat Adriana bahagia, begitupun dengan Candra. Itu artinya semua upaya yang dilakukan oleh dokter berkacamata itu tidak sia-sia.
Adriana tidak akan melihat lagi raut wajah kecewa mertuanya yang selalu mengharapkan hadirnya seorang cucu. Setidaknya dia kini punya jawaban yang memuaskan untuk Marisa yang sering meminta Adriana dan Devin untuk berusaha lebih extra lagi demi mendapatkan keturunan.
"Kasihan pak Devin belum tahu kabar bahagia ini."
Ujar Candra sambil tersenyum menatap wajah ayu bumil di hadapannya.
"Dokter kalau kandungan saya lemah, apa potensi terburuknya dok?"
Adriana mencoba memberanikan diri menanyakan kemungkinan terburuk kandungannya pada Candra. Dengan suara berat Candra terpaksa mengatakan kemungkinan terburuknya akan kandungan yang dialami oleh Adriana.
"Hmmm, kemungkinan terburuknya kandungan ibu Adriana akan jatuh, dalam artian potensi keguguran."
Hati Adriana begitu perih mendengar ucapan Candra barusan.
"Inilah alasan kenapa saya minta ibu Adriana jaga kondisi ibu dan aktivitas ibu, jangan terlalu lelah ya. Kalau bisa ibu harus bedrest selama trimester pertama kehamilan."
Dokter Candra kembali menegaskan.
Adriana mengusap perutnya yang masih rata dengan perasaan yang sangat tidak rela jika kandungannya dalam kondisi lemah, apa lagi harus mengalami keguguran. Rasanya Adriana tak kuasa membayangkan itu semua.
"Ibu harus intens mengecek kandungan Ibu. Saya sudah berikan resep obat penguat janin dan penghilang mualnya."
Dokter tampan itu menyodorkan secarik kertas berisikan resep obat yang harus Adriana tebus di apotek.
"Baik dokter terimakasih ya."
Adriana bangkit dari kursi pasien setelah meraih secarik kertas resep yang diberikan oleh dokter Candra.
"Sekali lagi terimakasih ya dokter Candra. Saya permisi Assalamualaikum."
Adriana pun berlalu dari hadapan Candra, sementara dokter itu hanya menyunggingkan senyumannya pada pasien cantik yang diam-diam dia kagumi.
Sering sekali Candra berpikir kenapa dia bertemu dengan Adriana di saat Adriana telah memiliki pasangan. Karena jauh dalam lubuk hati Candra sangat mendambakan wanita seperti Adriana.
Wanita yang sadar untuk berhijab, dekat dengan Tuhan, memiliki karir dan semangat akan cita-cita, begitu membuat sisi Adriana semakin menarik.
Candra masih memandangi punggung Adriana yang melangkah semakin menjauh meninggalkan ruangan prakteknya.
"Candra sadar, itu bini orang!"
Gumam dokter tampan itu mencoba menyadarkan dirinya sendiri yang sudah terpikat akan pesona Adriana.
•••
Sesampainya di rumah Adriana langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam bersama Devin. Walaupun dokter Candra sudah berpesan pada Adriana untuk tidak terlalu lelah, tetap saja Adriana sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang istri.
Adriana sengaja tidak meminta asisten rumah tangga pada Devin, karena Adriana sudah terbiasa mengurus rumah sendiri sejak orang tuanya meninggal.
Devin masih belum pulang dari kantor padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Biasanya Devin sudah pulang, kalaupun Devin ada lembur, pasti akan mengirimkan pesan pada istrinya untuk mengabarkan jam kepulangan.
Lelah menunggu Devin, akhirnya Adriana memutuskan untuk mengirim pesan whatsapp untuk Devin.
:: Mas pulang jam berapa? ::
Adriana sudah tak sabar menunggu Devin pulang, rencananya setelah makan malam dia akan memberitahukan kabar bahagia pada Devin tentang kehamilannya.
Sudah lebih dari satu jam pesan yang Adriana kirim masih belum mendapatkan balasan dari Devin, jangankan dibalas bahkan dibaca pun masih belum oleh Devin.
Merasa lelah menunggu sang suami yang tak kunjung pulang, membuat mata Adriana begitu berat menahan kantuk sampai Adriana terpejam di atas sofa ruang tv.
••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
MayaDhama mamanya Firhand
wah ternyata banyak yang naksir Adriana.. Vian.. Ricky.. sekarang dokter Candra
2020-07-10
1
Yudela intani💕
ko Devin,ga ada kabarnya?
2020-04-21
1