Jemari lentik Adriana begitu mahir dan cekatan menggambar sketsa desain beberapa klien Permata Gallery. Sesekali Adriana memejamkan kedua bola matanya, berharap segudang inspirasi akan muncul dalam imajinasi.
Mulai dari desain rumah minimalis, bangunan caffe, dan beberapa bangunan hotel terkenal, banyak menggunakan jasa dari Permata Gallery. Tentunya semua itu tak lepas dari sentuhan tangan Adriana.
Bentuk desain yang menjadi ciri identitas karya Adriana adalah hadirnya bunga mawar putih yang selalu Adriana letakkan di tiap desain.
Tiba-tiba pesawat telpon di samping Adriana berdering, menghentikan aktivitas Adriana sesaat.
"Hallo, dengan Adriana Larasati. Ada yang bisa dibantu?" sahut Adriana setelah berhasil mengangkat gagang pesawat telpon.
"Adriana, tolong ke ruangan saya sekarang." suara laki-laki di seberang sana sudah tidak asing lagi di telinga Adriana. Ternyata, itu telpon dari Vian.
"Bisa Pak." jawab Adriana singkat. Adriana langsung menutup telpon, lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan Vian yang berada di lantai lima.
Dalam hati Adriana sedikit penasaran. Ada hal penting apa yang akan disampaikan oleh Vian?
Sebenaranya Adriana sedikit merasa takut setelah Vian memintanya untuk datang ke ruangan. Adriana takut kinerjanya mengecewakan beberapa klien yang komplain langsung kepada Vian.
"Bagaimana progres projek desain pak Hans?" tanya Vian setelah Adriana berhasil duduk di depan meja Vian. Syukurlah, ternyata Vian hanya menanyakan itu pada Adriana.
"Kalau secara desain sudah delapan puluh persen beres Pak. Cuma beberapa waktu lalu saya datang ke Pratama Group. Tapi, tidak bertemu pak Hans langsung. Jadi, yang membuat keputusan desain adalah pak Devin. Putranya pak Hans. Menurut pak Devin, projek ini sudah dia serahkan pada pak Devin." tutur Adriana yang begitu lugas menjelaskan projek Pratama Group pada Vian.
"Hmmm Devin... Setahu saya lumayan cakep orangnya." ucap Vian sambil mengingat rupa Devin. Mendengar ucapan Vian barusan membuat Adriana tersipu malu.
Vian sedikit menggoda Adriana dengan memberikan kode kalau mereka sebenarnya cocok untuk menjadi pasangan. Posisi Vian sebagai bos di Permata Gallery terkenal begitu baik pada karyawannya, Vian tak segan bercanda dengan karyawan.
"Ah, Pak Vian. Apaan sih?" kilah Adriana yang mencoba menepiskan godaan Vian.
"Sepertinya pak Hans tertarik sama kamu buat dijadikan menantu." ungkap Vian yang sudah mengerti maksud lain Hans. Rupanya Hans memang sudah membicarakan niatannya pada Vian, semua tentang Adriana yang Vian tahu dia ceritakan semuanya pada Hans.
Mulai dari kehidupan Adriana yang sudah sebatang kara setelah kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan. Tapi, semua itu mampu membuat Adriana hidup mandiri.
"Jadi, Bapak manggil saya kesini cuma buat jodoh-jodohin saya Pak?" pertanyaan Adriana seketika membuat Vian tergelak.
"Bukan begitu Adriana, barusan pak Hans telpon meminta bertemu sama kamu setelah jam kantor selesai. Dia meminta bertemu di caffe yang waktu pertama kita bertemu dengan pak Hans." jelas Vian menceritakan tujuannya memanggil Adriana.
"Sepertinya akan ada perubahan desain ya Pak?" pertanyaan Adriana seolah mengerti maksud pertemuan Hans dengannya.
"Kemungkinan seperti itu." ujar Vian membenarkan dugaan Adriana. Wanita itu hanya mengaggukkan kepala, lalu menghela nafasnya dalam. Rasanya cukup menguras tenaga bagi Adriana jika sketsa desain yang sudah jadi harus ada perubahan lagi.
"Baik Pak. Nanti saya temui pak Hans sore ini, sepulang kantor." ucap Adriana menuruti perintah Vian. Kemudian Adriana pamit dari ruangan Vian untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
•••
"Maaf pak Hans. Saya sedikit terlambat, kejebak macet." ucap Adriana setelah sampai di meja caffe yang sudah dipesan oleh Hans. Kemudian Adriana segera berjabat tangan dengan Hans, dan juga Devin.
"Tidak apa-apa Nak Adriana. Lagipula Saya dan Devin baru datang, ayo duduk!" ujar Hans memberikan kesempatan Adriana untuk duduk. Adriana memilih kursi yang berhadapan dengan Hans. Karena, dia tidak mau melihat Devin yang masih tertegun menatap ke arahnya.
Entah apa yang ada dalam pikiran Devin?
Adriana tidak ingin mempedulikannya, yang dia tahu hanya bagaimana dia bisa menerima perubahan desain yang akan diajukan oleh Hans.
"Maksud saya mengajak Adriana datang kesini ingin membicarakan hal lain, di luar urusan kerja." ungkap Hans yang mulai menjelaskan tujuannya mengajak bertemu dengan Adriana.
Adriana tertegun sesaat setelah mendengar pengakuan Hans. Dia langsung teringat godaan Vian tadi siang. Dahinya mengernyit meminta Hans untuk menjelaskan lebih. Sementara Devin hanya tertunduk diam akan segala rencana sang ayah.
Obrolan malam di teras belakang rumah, menghasilkan keputusan kalau Devin sudah menyetujui rencana Hans. Rencana menjodohkan Devin dengan Adriana. Tujuan Devin menikahi Adriana hanya satu, agar dia dapat bertemu kembali dengan Jesika.
"Jadilah pendamping hidup Devin." pinta Hans. Adriana terkejut mendengar permintaan Hans barusan. Harus diakui oleh Adriana kalau sosok Devin memang dambaan semua kaum wanita. Terlahir dari keluarga sukses, tampang yang rupawan. Wanita mana yang mampu menolak Devin?
"Maaf Pak Hans, saya tidak mengerti maksud ucapan Bapak barusan." ucapan Adriana ingin memastikan lagi permintaan Hans. Dia masih tidak percaya akan permintaan Hans.
"Saya berharap Nak Adriana bisa menerima permintaan saya." Hans sedikit memaksa Adriana.
"Kenapa harus saya Pak?" kilah Adriana lagi. Adriana masih tak habis pikir, kenapa Hans lebih memilih dirinya untuk menjadi pendamping hidup Devin? Sementara di luar sana begitu banyak wanita yang mendambakan cinta Devin.
"Saya diam-diam mencari informasi tentang Nak Adriana. Menurut saya Adriana sangat cocok untuk dijadikan menantu. Devin adalah putra saya satu-satunya, dia butuh pendamping hidup yang mampu membawanya hidup ke arah yang lebih baik. Bukan hanya itu saja Nak, kemampuan yang kamu miliki di bidang desain akan sangat membantu kontribusi perusahaan yang kelak akan sepenuhnya dipimpin oleh Devin." akhirnya, Hans menuturkan alasannya memilih Adriana.
Selama ini gaya hidup Devin sangat kelam, tak jarang dia pergi ke club malam hanya untuk mengingkari masalah putus cintanya.
Adriana menatap Devin lekat, seolah menanyakan pada Devin. Apakah rencana ini bagian dari persetujuan Devin atau tidak?
Devin hanya menganggukkan kepalanya pelan pada Adriana, seperti mampu membaca pikiran Adriana.
"Rasanya ini terlalu cepat Pak Hans. Kita masih belum saling mengenal satu sama lain, tentunya kita belum memiliki perasaan apapun."
Adriana tidak habis pikir akan keputusan Devin yang mau saja dijodohkan oleh orang tuanya. Bagi Adriana rasanya sangat tidak mungkin seorang Devin tidak memiliki kekasih.
"Ya sudah begini saja, semua projek bersama Adriana biar aku yang tangani. Agar kita bisa saling kenal satu sama lain dulu." kali ini Devin yang mengusulkan ide kepada Hans untuk lebih dekat lagi dengan Adriana.
Hans dengan senang hati menyetujui permintaan Devin. Setidaknya, Devin sudah mencoba menuruti keinginan Hans untuk menjodohkan dengan Adriana.
•••
Klik like ya guys ♡♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Susi Susanti
lanjut Thor
2021-10-02
0