PEOPLE : REVENANT
"Tidak...paman….dengar, seharusnya kalau kau mencari jaminan jangan sembarangan percaya pada siapapun, sudah kubilang berapa kali aku tidak mengenal Jung Jae Suk, nama keluargaku benar Jung tapi aku tidak ada urusan dengan bocah itu...Mengapa pula kau sembarangan meminjamkan uangmu?.......APA? YA! Beraninya kau mengomel?!" teriak Jung Jiwoo marah, wajahnya berubah merah seperti udang rebus sementara kakinya melangkah semakin cepat memasuki kerumunan lingkaran orang-orang yang sedang menonton sesuatu.
“Kau mau mati? Jika aku menemukanmu akan kugilas kepalamu dengan mobilku, membakar tubuhmu, dan menyebarkan abumu di peternakan babi!” dengus Jiwoo tidak senang, tangannya terangkat memukul kepala seorang lelaki yang sedang menodongkan pisau ke arah lawannya, lelaki itu berpaling marah tetapi belum sempat ia mengeluarkan sepatah kata tangan Jiwoo sudah terlebih dulu memukul lehernya sampai ia jatuh pingsan. “Paman aku tutup, sekali lagi kau menelpon ku, kau akan mati!" Jiwoo mematikan sambungan telepon lalu mengeluarkan borgol dari saku jaketnya dan melemparkan pada lelaki di depannya. "Pakai ini dan masuk ke mobil polisi sana”
“Baik ibu” lelaki itu langsung membungkuk sopan memakai borgol di tangannya sendiri, tepuk tangan terdengar memuji Jiwoo diiringi tatapan takjub, bahkan dengan tubuh semungil itu Jiwoo tidak terlihat merasa terintimidasi ia malah maju memukul puncak kepala lelaki tadi.
"Ibu? Kau mau mati?" Jiwoo menatap sewot.
"Aduh, aduh, jangan terlalu banyak menggunakan kekerasan, dasar kau wanita pemarah" tawa Hwang Hyun Jin memberikan kode pada dua orang polisi patroli untuk mengambil alih. Ia membawa Jiwoo masuk ke dalam mobil dan melaju pergi menuju ke sebuah rumah besar yang jaraknya tidak begitu jauh dari area perkelahian tadi. Rumah itu dikelilingi pagar hitam yang menjulang tinggi tanda si pemilik keluarga bukan dari kalangan biasa. Beberapa polisi berjaga disitu sementara beberapa warga ikut berkerumun terlihat penasaran dengan apa yang sedang terjadi.
"Kali ini apa?" tanya Jiwoo setelah menunjukan ID card dan melewati garis polisi.
"Seorang pemuda berusia 24 tahun korban pembunuhan, tidak menarik sebenarnya, sampai kau melihat ini." Hyun Jin menunjukan layar ponselnya menampilkan sebuah foto yang baru dikirim Dae Yoon, lambang bunga crocosmia terukir di punggung korban. “Aku tidak yakin ini pembunuhan biasa.”
Jiwoo merengut, ia berhenti sejenak lalu menatap ke arah langit dan mengangkat jari tengahnya tinggi-tinggi sebelum masuk ke dalam rumah.
“Kamarnya di sebelah sini” tunjuk Hyun Jin ke arah ruangan di pojok kanan lantai dua. Keduanya mengambil masker dan mendekati korban yang masih dalam proses identifikasi oleh tim forensik. Jiwoo berjalan mengitari korban yang telungkup di lantai, matanya menatap seksama tubuh yang membiru dan bunga crocosmia yang terukir di punggungnya.
"Laporan sementara?" tanya Hyun Jin pada seorang petugas.
“Hong Seung Tae, umur dua puluh dua tahun, anak kedua, mahasiswa semester akhir universitas S. Meninggal akibat patahan di leher, jadi ada kemungkinan korban terlebih dulu dibunuh dan kemudian pembunuh sengaja melukai punggung korban sampai seperti itu. Untuk saat ini ada tiga orang saksi dua asisten rumah tangga dan satu tukang kebun”
“Dimana orang tua Seung Tae?”
“Di Amerika, mereka sedang dalam perjalanan kemari”
“Siapa yang menemukan dia pertama kali?”
“Tukang kebun, tapi dia mengaku sempat melihat Seung Tae dari balik jendela ketika sedang merapikan tanaman. Seung Tae berteriak-teriak dan kemudian memutar kepalanya sendiri.”
Hyun Jin dan Jiwoo berpandangan satu sama lain. “Ini aneh…” gumam Hyun Jin menatap seksama mayat Seung Tae. “Mungkin saja didunia ini ada orang yang bisa mematahkan lehernya sendiri dan kita katakan Seung Tae benar mematahkan lehernya, tapi pertanyaanku sekarang adalah siapa yang mengukir crocosmia di punggungnya?”
“Tentu saja seseorang, tidak mungkin ukiran itu akan muncul sendiri. Dimana para saksi?”
“Di ruang sebelah.”
Jiwoo balik badan masuk ke ruangan sebelah, tampak tiga orang saksi sedang berbicara dengan masing-masing detektif. “Tukang kebun yang melihat Seung Tae, yang mana dia?”
“Disini” Jeonghan mengangkat tangan, ia sedang berbicara dengan seorang lelaki paruh baya, lelaki itu terlihat pucat pasi sementara tubuhnya sesekali masih bergetar tanda apa yang ia lihat sejam lalu akan terus menjadi pengalaman paling traumatis yang akan terus menghantui hidupnya.
“Hansung, empat puluh tahun. Sung Tae berbicara dengan bahasa aneh, berteriak, dan kemudian kepalanya berputar sendiri, saat ia jatuh pingsan aku berlari masuk dan aku terkejut melihat korban sudah jatuh telungkup, tapi saat itu punggungnya dipenuhi darah, aku lalu berteriak meminta tolong tapi tidak berani menyentuh korban” Jiwoo membaca catatan Jeonghan seksama. “Kenapa tidak berani menyentuhnya? Umumnya orangnya akan langsung menyentuh korban untuk memastikan ia masih hidup atau tidak, minimal anda akan mengecek apakah ia bernapas atau tidak. Kenapa anda tidak menyentuhnya?”
“Saya….s-saya…” tubuh Hansung bergetar hebat, ia meremas kedua tangannya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. “Saya melihat ada bayangan hitam di dinding dan perasaan saya mengatakan jika saya menyentuhnya, maka saya akan mati”
“Bayangan apa?”
“Bayangan hitam, tapi saya yakin benar itu adalah bayangan seorang perempuan”
“Anda yakin?”
“Iya, saya yakin benar. Ada sesuatu disana yang membunuh tuan muda dan itu bukan sesuatu yang bisa kita lihat dengan kasat mata”
“Paman dengar, aku tidak punya waktu untuk mendengar dongeng seperti itu, jadi lebih baik katakan saja apa yang anda lihat”
“Saya berkata jujur! Ada yang membunuh tuan muda, tapi itu bukan manusia!”
Jiwoo nyengir lalu menyerahkan kembali catatan tadi kepada Jeonghan, ia menepuk bahu Hansung lalu melangkah keluar. “Dapat sesuatu?” tanyanya pada Hyun Jin.
“Hmm, aku sudah mengecek cctv dan tidak ada satupun yang masuk ke ruangan itu kecuali Seung Tae, bahkan Hansung tidak masuk sama sekali, kemungkinan pembunuh sudah menunggunya di ruangan itu, tapi yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana bisa dia berada disana tanpa tertangkap cctv luar dan dalam?”
“Mau berjalan di sekitar rumah?” tawar Jiwoo, Hyun Jin mengangguk mereka turun ke bawah, sempat bertemu Goo Dae Yoon, ketua tim tiga yang terlihat acak-acakan sembari berbicara dengan kepala asisten di rumah itu.
“Ini benar-benar memusingkan” Hyun Jin geleng-geleng kepala mengitari taman samping tempat dimana Hansung melihat aksi Seung Tae dari luar kaca jendela. “Aku mulai mempercayai teori Hansung, apa mungkin hantu yang membunuh Seung Tae?”
“Hantu tidak akan berani menyentuh manusia tanpa izin”
“Darimana kau tau?”
“Hanya sok tau” jawab Jiwoo santai, matanya menatap lurus ke arah gudang yang terletak tidak jauh dari taman samping. “Kapan orang tua Seung Tae sampai?”
“Sebelas jam dari sekarang, seharusnya besok sebelum sore hari mereka sudah tiba, aku tidak bisa membayangkan seperti perasaan orang tua Seung Tae saat tiba disini dan melihat anak mereka terbujur kaku. Aku akan menjadi gila kalau itu terjadi kepadaku”
“Segala sesuatu ada harganya”
“Jangan bilang seperti itu, seakan mereka memang pantas mendapatkannya” tegur Hyun Jin menggeleng, ia mengangkat kedua tangannya lalu tersenyum lebar ketika melihat Seokjin baru tiba di TKP. “Lama sekali”
“Maaf, aku masih harus mengurus beberapa berkas. Korban dimana?”
“Di atas, tapi sepertinya akan segera dipindahkan untuk otopsi lebih lanjut”
“Aku sudah melihat fotonya, benar-benar mengerikan. Aku naik dulu ke atas, setidaknya aku harus menyetor wajahku pada Dae Yoon”
“Jangan terlalu banyak bicara, dia dalam mode siaga satu” kekeh Hyun Jin. “Hei kau mau kemana?” lanjutnya berpaling ketika melihat Jiwoo melangkah mendekati gudang. Jiwoo diam tidak menggubris Hyun Jin, tubuhnya berhenti memandang gudang berwarna coklat tua, matanya masih menatap seksama seakan mencari sesuatu. “Kau mencari apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?”
“Aku mencari sesuatu, tapi sepertinya dia takut padaku, percuma saja aku kesini” gumam Jiwoo.
“Aku tidak mengerti…Hei Jung Jiwoo, kau baik-baik saja kan?” Kening Hyun Jin berkerut bingung, Jiwoo berpaling dengan senyum lebar.
“Ayo pergi, aku hanya bercanda”
“Sialan, ku kira kau kerasukan” dengus Hyun Jin lalu melangkah pergi. Senyum Jiwoo menghilang, untuk terakhir kali ia kembali menatap ke arah gudang dengan tatapan tajam dan kemudian tanpa mengatakan apapun Jiwoo melangkah pergi.
............................
“Shaman?” tanya Hyun Jin memastikan ulang. Jeonghan mengangguk. Hyun Jin menghisap rokoknya dengan wajah berkerut bingung. Selama setengah bulan ini keluarga Hong dan semua saksi sangat bersikap kooperatif menjalani penyelidikan, meskipun tidak ada tanda-tanda akan ada jawaban yang muncul atas kematian Seung Tae, bahkan ada kemungkinan kasus Seung Tae akan masuk ke dalam cold case. Banyak media membicarakan kasus Seung Tae dan menyebut sebagai crocosmia case, hampir seluruh penjuru negeri sibuk membicarakan kemungkinan dalang dibalik penyebab kematian Seung Tae, bahkan beberapa youtuber menjadikan kasus ini sebagai misteri dan konspirasi yang tidak terpecahkan.
“Kenapa tiba-tiba membawa shaman ke rumah?”
“Aku pikir ini seperti kepercayaan untuk mengusir energi buruk. Well, kita tidak menyalahkan pemikiran orang tua yang baru saja kehilangan putra mereka dengan cara yang aneh. Masih ada dua anak yang harus mereka lindungi agar terhindar dari kesialan seperti itu”
“Aku tidak akan memberi komentar apapun karena kasus ini benar-benar memusingkan. Hei Jung Jiwoo, sampai kapan kau akan bersantai seperti itu? Apa kau tidak mau ikut?” Hyun Jin menyepak pelan betis Jiwoo sampai wanita itu mengerjap-ngerjapkan mata.
“Kemana?”
“Keluarga Hong, bahkan meskipun mereka mengadakan acara kenegaraan disana tapi jika itu mengusikku, aku akan datang. Ayo pergi” Hyun Jin menarik paksa Jiwoo, wanita itu merenggut tapi tidak menolak. Butuh waktu sampai tiga jam bagi keduanya untuk berdiri dengan manis di pojok taman belakang melihat asisten keluarga Hong sibuk berlalu lalang mempersiapkan ritual. Tidak berapa lama seorang wanita paruh baya keluar bersama keluarga Hong.
“Dia terlihat kurus sekali” gumam Hyun Jin kasihan melihat Lee Yeon, ibu dari Seung Tae yang terlihat sangat kelelahan, bagian bawah matanya menghitam dan bengkak tanda ia kurang tidur dan sering menangis.
“Detektif Hwang, saya tidak menyangka anda akan datang, tapi terima kasih.” Lee Yeon paling pertama menyambut Hyun Jin dan Jiwoo, ia menyeka hidungnya dengan tisu menahan tangis. “Kami berharap dengan ritual ini jiwa Seung Tae akan lebih tenang dan dia akan pergi ke tempat yang lebih baik. Kami sudah memutuskan untuk mulai merelakan Seung Tae”
“Ibu, jangan patah semangat, kami yakin bisa menemukan pelakunya”
“Anakku yang malang” isak Lee Yeon langsung dipeluk suaminya, Hong Kyung.
“Terima kasih sudah datang” senyum Hong Kyung kemudian memperkenalkan shaman di sampingnya. Tae Ri dan asistennya Nam-Gil. Tae Ri terlihat menatap Jiwoo seksama lalu setelah itu pandangannya berubah was-was.
“Tidak berbau dan jahat…” gumam Tae Ri masih menatap Jiwoo membuat semua orang ikut menatap Jiwoo dengan pandangan bertanya-tanya. Jiwoo tersenyum manis, kepalanya miring sejenak melihat ke arah belakang Tae Ri.
“Mudang*….” gumam Jiwoo. Ekspresi Tae Ri berubah was-was, ia menelan ludah lalu kemudian berdehem pelan dan kemudian melangkah pergi.
“Apa yang kau katakan?” tanya Hyun Jin pelan saat ritual dimulai.
“Wanita itu dilindungi neneknya dan neneknya dulu juga seorang shaman. Neneknya berdiri tepat di belakangnya, seperti seorang penjaga”
“Kau bisa melihat hal-hal seperti itu?” Hyun Jin menatap tidak percaya sekaligus takjub, Jiwoo mengangguk santai. “Lalu kenapa wajahnya berubah tidak senang begitu?”
“Karena dia tahu aku tidak takut pada neneknya”
“Tentu saja tidak, kau kan manusia, ibuku bilang manusia itu letaknya lebih tinggi dibanding makhluk seperti mereka, jadi kau tidak perlu takut”
“Tapi dalam dunia roh ada kedudukan yang ditetapkan oleh mereka, kau akan dihormati oleh roh lain karena kekuatanmu atau karena lamanya umurmu. Jadi misalnya kau adalah roh berusia ratusan tahun dan sangat kuat otomatis roh lain yang masih baru akan menghormatimu”
“Terdengar aneh mendengar hal itu dari mulutmu. Kalau begitu kau ini apa? Roh berusia ribuan tahun?” goda Hyun Jin tersenyum geli.
“Aku iblis” jawab Jiwoo langsung kena sentil Hyun Jin. Keduanya kemudian menatap kedepan menyaksikan Tae Ri menari sambil berteriak-teriak seperti orang kerasukan sementara suami istri Hong ikut berdoa di belakang mengusap-usap kedua tangan mereka.
“Benar-benar tidak berguna….” gumam Jiwoo berpaling menatap ke arah gudang, sekitar hampir setengah jam Tae Ri menari seperti orang gila, tapi tiba-tiba ia berhenti dan seperti tidak sadarkan diri Tae Ri bergumam mendekati suami istri Hong.
“Anak perempuan anda, dimana dia?”
“S-serim?Apa anda melihat sesuatu tentang Serim?.”
“Dia akan mengambil anaknya, roh itu akan mengambil anaknya. Anak laki-lakinya.”
Perkataan Tae Ri spontan membuat Lee Yeon menangis kencang, ia jatuh ke tanah dan berteriak-teriak menyalahkan dirinya, sementara Tae Ri kembali menari dan dalam beberapa menit tubuh Tae Ri mengejang lalu ia jatuh pingsan ke tanah, tapi setelah itu ia membuka mata dan berdiri seakan tidak terjadi apapun.
“Ini kacau” gumam Hyun Jin seperti sedang melihat adegan pembunuhan terjadi tepat di depan matanya. Ia tersenyum kecut melihat Lee Yeon masih berteriak histeris memanggil Seung Tae dan Serim lalu memukul-mukul dirinya sendiri. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Menonton sampai selesai, bukankah ini menyenangkan?”
Hyun Jin berpaling dengan tatapan ngeri melihat Jiwoo tersenyum lebar tanpa empati. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi tertahan karena Tae Ri mendekati Jiwoo.
“Apa yang kau lakukan disini? Ini bukan tempat untukmu, seharusnya kau berhenti melukai orang disekitarmu, mahkluk sepertimu tidak pantas untuk berkeliaran seperti ini” kata Tae Ri pada Jiwoo membuat perhatian semua orang kembali tertuju pada Jiwoo, bahkan Lee Yeon mencoba bangkit berdiri mendekati Tae Ri dituntun asisten dan suaminya.
“Kami adalah detektif yang-”
“Aku berbicara pada yang berada di belakangmu” kata Tae Ri memotong perkataan Hyun Jin. Kepala Hyun Jin berpaling dan saat itu jantungnya seakan hendak melompat keluar ketika melihat seorang gadis remaja berdiri di belakang Jiwoo, gadis itu mengenakan baju berwarna putih dengan bercak kemerahan dan tersenyum lebar, tapi bukan senyum ramah yang Hyun Jin lihat, melainkan senyum jahat seakan ia memang menunggu Tae Ri menegurnya. Hyun Jin kembali berpaling ke arah semua orang yang berada disitu dan ia bisa menangkap bahwa kemungkinan hanya dirinya dan Tae Ri yang bisa melihat gadis itu.
Apa aku baru saja memiliki indera keenam? gumam Hyun Jin perlahan gemetar, satu hal yang ia yakin benar adalah gadis itu bukan manusia karena ia tidak memiliki kaki.“J-jiwoo, d-dibelakangmu…..” Hyun Jin menelan ludah gugup, tubuhnya bergetar hebat sampai tidak mampu membuat kakinya melangkah menjauh.
“Ini adalah tempatnya” kata Jiwoo buka suara, ia terlihat sangat tenang tidak memperdulikan fakta bahwa gadis di belakangnya semakin merapat pada dirinya seakan Jiwoo adalah tempat perlindungan bagi gadis itu. Jiwoo menatap ke belakang kepala Tae Ri, tatapannya mengarah tajam pada Hong Kyung. “Yeommae*, keluargamu melakukannya kan?”
----------------
📖 :
Mudang : Dukun wanita
Yeommae :Ritual mengorbankan anak-anak agar menjadi hantu remaja dengan cara membuat mereka mati kelaparan)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments