To Zena

Andel tidak berhenti menatap tajam Miss Trinity dari tadi, hari ini dia belajar dengan Miss Trinity lagi.

Mau keluar tapi ga bisa karena ancaman kekanak-kanakan dari Miss Trinity yang membuat Andel kesal stengah mati.

Saat bel pulang berbunyi, Andel langsung pulang, dia sudah sangat ingin memaki-maki Miss Trinity didalam mobil.

"GILA GA SIH DIA?! KALO GUE PSYCOPATH GUE BAKAL BUNUH DIA DULU LEBIH DARI SIAPAPUN! KESEL BANGET SUMPAH!" teriak Andel didalam mobil.

Hanya berteriak kesal yang bisa dia lakukan saat ini. Saat sedang dalam emosi tiba-tiba ada yang membuka pintu mobil Andel.

"Kenapa lo? Kita ga kenal." tatap Andel tidak bersahabat kepada orang yang duduk manis di sampingnya.

"Ayo pulang." ajak Rangga, iya Rangga yang masuk tanpa permisi kedalam mobil Andel.

"Siapa si lo." kesal Andel.

"Teman hidup lo, atau lo mau teman apa?" tanya Rangga menggoda Andel.

"Teman kematian boleh?" tanya Andel menatap Rangga kesal.

Rangga hanya tersenyum hangat, dia tidak menanggapi perkataan Andel.

"Ndel, lo pindah kebelakang deh." suruh Rangga yang langsung dipatuhi Andel.

Entah kenapa dengan bodohnya Andel dengan baik hati pindah kebelakang.

Kemudian, setelah Andel pindah, Rangga juga ikutan pindah ke kursi kemudi.

Andel yang mengerti maksud Rangga menghembuskan nafas kasar.

"Lo." kesal Andel tertahan.

Rangga hanya tertawa kemudian menyuruh Andel pindah disamping kursi kemudi.

"Lo kenapa? Teriak-teriak sendiri di mobil?" tanya Rangga menghidupkan mobil dan menurunkan kaca mobil.

Kaca mobil itu diturunkan dengan penuh oleh Rangga, sehingga semua mata tertuju kepada mobil Andel.

"Lo ngapain sih?! Tutup balik kacanya!!" kesal Andel, dia sudah dari tadi berusaha menaikkan kaca mobil namun tidak bisa.

Saat keluar dari wilayah sekolah, kaca mobil kembali ditutup Rangga sehingga Andel menatap Rangga kesal.

"Lo kan bilang kita bukan siapa-siapa kemaren?! Kenapa lo malah kaya gini sih syaiton!" kesal Andel berteriak didepan Rangga.

"Aduduh Andel marah." ejek Rangga yang membuat Andel kesal stengah mati.

"Masalah lo ama gue apa sih?" tanya Andel berusaha menurunkan emosinya.

Andel sudah kesal karena Miss Trinity sekarang malah Rangga yang mancing emosi.

Setelah Rangga menjelaskan secara pelan-pelan akhirnya Andel mengerti walaupun ga semuanya.

Yang paling ditangkap Andel adalah, Rangga lupa bawa mobil kesekolah dan itu jelas banget bohongnya.

Karena, Andel melihat Rangga turun dari mobilnya sendiri tadi pagi.

Karena tidak mau berdebat, Andel hanya mengiyakan semua karangan Rangga.

"Cepet! Gue mau pulang!" suruh Andel karena Rangga membawa mobil dengan sangat pelan.

"Iya Ndel iya." jawab Rangga pasrah karena sudah mulai malas mendengar suara cempreng Andel.

Setelah sampai dirumah Rangga, Andel ditahan dulu oleh Bunda Rangga.

Akhirnya berakhir dengan Andel pulang maghrib dan untungnya dia tidak lupa mengabarkan Faris.

Saat pulang dan sampai dirumah, Andel masih teringat dengan Miss Trinity tadi, dia tidak berhentinya bertanya kepada Andel.

Padahal Andel sangat malas dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat membosankan.

Bahkan tadi, Andel sempat dipermalukan oleh Miss Trinity, walaupun ga ada yang ketawa, Andel tetap aja malu.

Andel juga tidak tahu kenapa tidak ada yang tertawa, yang jelas dia malu pokoknya!

Bahkan! Miss Trinity juga sempat menanyakan Drita untuk kedua kalinya kepada dirinya sendiri.

"Andel Pulang!" teriak Andel saat memasuki kamar Faris.

Andel dengan semangat melompat keatas kasur Faris, dia sangat merindukan kasur.

Setelah itu Andel tidak terbangun lagi, sangat lelah untuk hari ini.

02.00

"Jangan! Kau sudah gila!?" teriak seseorang.

"Kau harus dibunuh!" teriak orang yang sedang memegang leher orang yang satu lagi.

"Apa yang kau lakukan! Aku tercekik!" tiba-tiba semuanya menjadi diam.

Suasana mencekam tadi tiba-tiba menjadi sunyi, sekarang berganti dengan tangisan, tangisan pilu.

Yang bila didengar sangat menyayat hati. Suara itu berasal dari orang yang ingin membunuh tadi.

Suara tangisan yang penuh frustasi karena melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Suara tangis yang mempunyai makna campur aduk, suara tangis yang akan menjadi ketakutan di masa yang akan datang.

"Maaf." hanya itu suara yang terdengar dari tadi, diikuti isak tangis memilukan.

Sementara yang hampir mati dicekik tadi, tersenyum kemenangan merasa dirinya sudah menang dengan semua ini.

Rasanya semua hal yang dilakukan selama ini sangat berkesan pada dirinya.

Orang yang hampir mati dicekik itu kemudian pergi meninggalkan orang yang masih menangis dengan pilu tadi.

Dia, sangat terpukul dengan semua ini.

Saat air matanya sudah mulai kering, dia segera menelfon seseorang.

"Ris, j..jemput g..gue dd..di. S..sekolah." benar, orang yang hampir membunuh seseorang tadi itu adalah Andel.

Andel Falsa, sahabat dari Drita Eterna.

"Gue bodoh, gue bodoh, gue sama, gue bodoh!" Andel menangis sesenggukan.

Secara tidak langsung, maksud kita sama dari Diary Drita adalah.

Mereka sama-sama punya kepribadian ganda, Andel merasa pasokan udara disekitarnya menghilang.

Dirinya sangat merasa bersalah dengan semua ini, dia sangat menyesal baru menyadari semua hal yang sangat mengerikan di hidupnya.

Sampai pada satu kenyataannyan yang menyakitkan dimana, Andel mengetahui semua hal tentang Papanya dari Papanya sendiri.

"Kamu sudah sadar apa yang terjadi?" tanya Papa menatap Auri dan Faris yang baru masuk kedalam rumah.

Ternyata kedatangannya sudah ditunggu sedari tadi oleh Papa tercintanya.

"Apa maksud Anda?" tanya Andel, tenaganya sekarang sudah terkuras habis, dia hanya mau penjelasan dari orang yang sedang berdiri didepannya dengan angkuh.

"Kau psycopath bodoh! Membunuh sahabat sendiri! Ternyata aku punya anak Psycopath." jawab Papa menatap Andel benci.

"Anda sudah tahu? Bukankah Anda merahasiakan ini dari dulu?" tanya Andel, sebenarnya dia hanya iseng bertanya, tapi jawaban Papanya sangat bagus.

"Tentu saya tahu! Orang tua mana yang tidak tahu adanya kelainan pada anaknya sendiri? Aku sengaja tidak memberitahumu," terang Papa yang membuat Andel heran.

"Kenapa?" tanya Andel, Faris masih diam, menyimak dengan seksama apa yang terjadi.

"Karena saya ingin kamu mati sendiri! Bunuh diri sendiri! Melihat kamu tersiksa," senyum Papa.

Andel menatap Papa-nya nanar, ternyata Papa-nya lebih psycopath dari siapapun, dari dirinya sendiri.

"Lalu, apa lagi yang Anda sembunyikan?" tanya Andel tenang.

Walaupun semua itu tidak tertutup, nyatanya wajah Andel yang menitikkan air mata, kepalan tangan yang kuat dan tubuh yang sudah merosot ke lantai.

"Bunga? Itu saya yang meletakkannya disana, Bunga itu dari saya agar kamu merasa terintimidasi, betapa hebatnya saya?"

Tawa Papa Andel menatap Andel penuh kemenangan, dia sangat puas melihat Andel tidak bisa melawan seperti ini.

Semuanya pada pukul 04.00 semuanya terkuak, Andel sangat ingat ini adalah hari ulang tahun dirinya, di pukul inilah dia lahir.

Dilahirkan oleh Mama dan ditunggu-tunggu oleh sepasang suami-istri yang sangat berbahagia menunggu dirinya keluar.

Nyatanya, hari ini, semuanya hancur, semuanya hilang seketika, semuanya.

Fakta bahwa Papanya mengatakan itu semua dengan lantang yang membuat hati Andel serasa ditusuk.

Nama Andel yang artinya malaikat palsu, bunga-bunga dimakam Drita kiriman dari Papanya dan.

Papanya pemuja setan, menjadikan Andel sebagai tumbal, disanala titik tersakit yang dirasakan Andel.

Bahkan, Papanya tanpa merasa bersalah mengatakan dia adalah pemuja setan, dan berkat setan itulah dia menjadi kaya seperti sekarang.

Papanya menatap dirinya dengan rasa bangga, tanpa beban sekalipun, tanpa merasa bersalah.

Semalaman Andel tidak berhenti menangis dan menangis hanya itu yang dilakukan Andel.

Semalaman itu juga Faris tidak angkat bicara dengan Andel, seolah-olah bukan Faris yang menjemput Andel tadi.

Seakan-akan hanya diri Faris yang menjemputnya bukan Faris yang biasanya, Faris yang akan sangat khawatir kepadanya

Namun, sekarang. Faris yang dulu yang pendiam sudah kembali, sudah menjadi Faris yang tidak Andel kenal sama sekali

Semuanya terasa menyakitkan, sangat menyakitkan hingga membuat Andel serasa ingin bunuh diri dan pergi dari dunia ini.

Tidak ada lagi yang peduli dengannya, tidak ada lagi yang simpati dengannya, dia pembunuh, pembunuh sebenarnya.

Pelaku dari semua hal yang telah dilakukannya, pelaku yang membunh sahabatnya sendiri.

Memang diluar dugaan, tapi itulah yang terjadi, Andel membunuh Drita.

Andel adalah pembunuh yang tidak dihukum, pembunuh yang bersembunyi dibalik topeng, dibalik topeng manis dan terpuruknya.

Bahkan, Faris yang sempat berkata padanya tidak akan meninggalkannya sekarang malah mengacuhkannya.

Menganggap Andel buka siapa-siapa, Andel bukanlah bagian dari kelaurga, Andel bukanlah segalanya.

Andel hanya orang yang datang kemudian numpang dikehidupan Faris. Memang beginilah akhir dari semuanya, akhir dari Andel.

Akhir dari pengabaian semua orang terhadap Andel sipembunuh.

Tidak ada yang menyangka itu, dan besok juga akan menjadi hal yang menyakitkan karena Andel juga akan merasakan cacian dari Rangga.

Mama, Papa semua orang disekolah, semuanya terasa menyakitkan, benar kata orang dunia ini kejam.

Kenapa dia harus dilahirkan dengan jalan takdir seperti ini? Kenapa dia yang harus menerima semua ini?

Bukankah masih banyak orang didunia? Kenapa harus Andel?

Inilah akhir kisah dari seorang Andel Falsa, yang tidak pernah di sangka-sangka oleh siapapun termasuk diri Andel sendiri.

Sekarang sudah pukul 7 pagi, namun Faris tidak berminat mengetahui bagaimana keadaan dari Andel, adiknya yang sangat dia sayangi.

Andel memberanikan diri pergi kekamar Faris, menatap Faris yang juga keluar dari kamarnya.

"Maaf, gue udah bikin lo kecewa ya? Udah bunuh Drita, hampir bunuh Miss Trinity bahkan kalo gue ga tau bisa aja ya gue bunuh lo, maafin gue yang udah jadi kaya gini."

"Gue tau lo bakal kecewa banget, gue kesini cuma minta maaf, lo kasih tau aja aama Rangga masalah ini ga papa. Lo juga kasih tau Mama Papa Drita ya masalah ini. Gue ga yakin mereka bisa maafin gue tapi dengan gue dipenjara hati mereka bisa membaik sedikit bukan?"

"Makasih buat semuanya, izinin gue sekolah ya. Gue mau dikamar dulu lo kunci aja dari luar biar gue ga keluar."

Setelah itu Andel kembali masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Faria yang sudah mengeluarkan air mata sedari tadi.

Faris tidak mampu menahan tangisnya, semua kata yang dikeluarkan Andel tadi sangat menyayat hatinya.

Tentu, Mama, Papa, Rangga, beserat Mama Rangga sudah tau bahwa Andel lah yang membunuh Drita.

Mereka tau ketika pemakaman Drita, tapi Drita sempat berpesan untuk tidak menghakimi Andel, bagaimanapun Andel tidak tau apapun.

Bahkan Drita sempat berpesan untuk membawa Andel berobat dan menghilangkan kepribadian ganda Andel.

Faris menghapus air matanya, dia akan kembali nanti bersama Rangga, dia harus masuk sekolah hari ini.

Dia tidak bisa bolos sekolah karena sebentar lagi dia akan UN.

Faris maupun Rangga sama-sama tidak fokus dikelas masing-masing, fikiran mereka entah kemana.

Saat pulang sekolah, Faris memutuskan untuk ke sekolah Rangga, menemui Rangga. Mengajak Rangga kerumah untuk bertemu Andel.

"Ga." panggil Faris saat melihat Rangga yang akan masuk kedalam mobilnya.

Disinilah Faris dan Rangga sekarang. Dikantin sekolah Rangga, mereka hanya diam dari beberapa menit yang lalu.

"Andel, udah tau semuanya. Dia udah tau kalau dia yang bunuh Drita." ucap Faris pelan.

Rangga menatap Faris tidak percaya, seharusnya hal ini Andel tidak boleh tau, bahkan mereka belum sempat membawa Andel ke psikiater.

"Dia bisa tau dari siapa?" tanya Rangga hati-hati.

"Dia hampir bunuh Miss Trinity jam 2 tadi dan nelfon gue minta jemput, sampe tadi pagi dia nangis didalam kamar."

"Dan, tadi pagi dia ngomong sama gue. Dia minta maaf udah bikin gue kecewa dia udah tau yang bunuh Drita dia sendiri, dan fakta bahwa selama ini Papa tau kalau Andel punya kepribadian ganda."

"Dengan bangga tadi pagi Papa bilang itu didepan Andel yang tambah bikin Andel down, bahkan dia bilang sama gue bilang aja sama semua orang kalo dia yang bunuh Drita."

"Walaupun itu ga bisa balikin Drita setidaknya bisa bikin dia masuk penjara dan bikin orang lega karena udah tau siapa yang bunuh Drita."

"Respon dia pas Papanya bilang kaya gitu gimana?" tanya Rangga, sebenarnya hati Rangga sangat sakit saat tau bahwa Andel rela masuk penjara.

"Dia cuma diam aja, ga ada respon apapun. Gue kira dia bakal lawan Papa tapi ga, dia cuma diam ketika dicaci Papa, Andel yang gue lihat hari ini adalah Andel yang baru."

"Andel yang bikin hati gue sakit, Andel yang. Gue ga tau mau ngomong apalagi, gue kasihan lihat dia."

Faris menatap keatas, jika terus bercerita dia bisa nangis dan itu ga mungkin terjadi karena di kantin orang masih ramai.

"Rangga, aku boleh duduk disini ga?" tanya seseorang yang membuat Rangga maupun Faris menatap orang itu.

"Ga boleh." jawab Rangga singkat, mood dia sedang ga baik untuk meladeni orang didepan ini.

"Tap-"

"GUE BILANG GA BOLEH YA GA BOLEH!" bentak Rangga kesal, dia sedang memikirkan kondisi Andel tapi kenapa diganggu.

Sudah dibilang dari awal ga boleh, malah kaya gitu.

"Kok kamu bentak aku sih?!" tanya orang itu kesal.

"Kan gue udah bilang jangan ganggu gue lagi! Lo ga ngerti bahasa manusia? Lo harus di apain biar ngerti ha?!" gertak Rangga menatap cewek yang didepannya kesal.

"Ga, pergi aja yuk kerumah gue temuin Andel." ajak Faris takutnya nanti Rangga malah pake kekerasan, kan nambah-nambah masalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!