Day 1

Setelah tragedi membahas Miss Trinity dan saudaranya Trinita, Andel jadi memikirkan bagaimana meninggalnya Drita.

Siapa tahu Drita punya satu rahasia penyebab dia bisa ke-sekolah malam-malam atau apalah yang bisa dijadikan bukti.

Gara-gara ini semua Andel sampai tidak tidur, sekarang sudah jam 2 subuh, dan Andel masih belum tidur.

Entah apa yang membuat Andel seniat ini memikirkan bagaimana Drita meninggal.

Bagaimana Drita yang sudah tahu di antara mereka akan mati malah ke-sekolah dengan santainya?

Apa Miss Trinity menggunakan mantra agar Drita bisa ke-sekolah dengan sendirinya.

Andel masih ingat perkataan Zahra waktu itu, Miss Trinity selalu punya hal untuk memancing korbannya ke-sekolah.

Dan, menjadikan sekolah tempat meninggalnya siswa yang akan menjadi tumbal, itu kata Zahra seingatnya.

"Kalau kaya gini gimana bisa gue tahu siapa yang bunuh Drita, Miss Trinity beneran atau orang lain," keluh Andel yang masih belum tepikirkan apapun.

"Apa Kek, kasih petunjuk gitu biar ga susah banget," keluh Andel kemudian mencoba untuk tidur, setidaknya dia harus tidur sekarang walaupun besok Sabtu.

Besok, hari dimana semua anggota ekstrakulikuler berkumpul di ekskul masing-masing dan, Andel tidak berkumpul.

Disanalah saatnya dia membawa Lia bertemu dengan hantu di kantin kemaren.

Semoga aja Lia bisa membuat hantu itu mau pulang bersama dan tidak menganggu orang di kantin lagi.

Tepat pukul 6 pagi Andel terbangun karena mimpi yang menurutnya sangat aneh.

"Gue mimpi apa ya tadi?" gumam Andel menatap jendela.

Karena sia-sia saja jika memikirkan mimpi, Andel segera mandi dan sholat.

Setelah selesai sholat dan bersiap-siap Andel segera nengajak Faris berangkat, kayanya dia udah telat.

"Ini Mama bungkusin sandwich lagi, kalian udah telat bukan?" tanya Mama yang di angguki Faris.

Setelah Faris pamit, Faris dan Andel segera berangkat sekolah secara terpisah.

Andel tidak lupa tentunya membawa Lia yang selalu mengekorinya.

Kalau dia lupa membawa Lia, bisa jadi nanti dia yang bakal di amuk hantu kantin tadi.

"Lia, gue tadi habis mimpi, tapi lupa apa mimpinya," curhat Andel kepada Lia yang duduk disampingnya.

"Oh, gue lihat mimpi lo tadi," jawab Lia yang membuat Andel terkejut.

"Beneran? Apa mimpi gue tadi?" tanya Andel kepo, yang paling di ingatnya adalah.

Disana ada Drita, walaupun tidak jelas tapi, Andel sangat yakin didalam mimpinya ada Drita.

"Iya, lo mimpi tentang temen lo," jawab Lia kalem yang membuat Andel kecewa.

Kalau masalah siapa yang ada didalam mimpinya dia tahu, Drita ada didalam mimpinya.

Tapi, apa maksud dari mimpi itu dia tidak ingat.

"Nanti kalau udah ketemu sama hantunya, cemilan bagi dua ya, ga boleh berantem lo pada," pesan Andel yang di angguki Lia.

"Cemilan? Kenapa harus bagi dua?" tanya Lia kesal, Andel memang memberi Lia cemilan juga.

Andel kan baik, jadi jika Andel membeli cemilan, dia juga akan melebihkannya untuk Lia.

"Kalau buat lo berdua gue beliin nanti duit gue abis," protes Andel, walaupun sebenarnya duitnya ga bakal habis.

"Boong banget lo, duit lo kan banyak di atm," ejek Lia yang membuat Andel tertawa.

Bahkan dengan hantu dia bisa tertawa, sepertinya mulai dari sekarang teman terbaiknya hantu.

Dari pada dengan manusia yang serba ribet, baik dengan hantu. Kalau Lia minta yang macam-macam tinggal usir dari rumah.

"Sekolah lo luas banget, lebih luas dari sekolah gue," ucap Lia saat Andel telah memparkirkan mobilnya.

"Iyalah," jawab Andel sombong yang membuat Lia kesal.

"Ayo deh, biar gue bisa pulang cepet-cepet dan tidur," ajak Lia cepat.

Walaupun sudah jadi hantu, jiwa ingin tidur yang banyak masih melekat pada diri Lia.

"Tidurrrr terusss," ejek Andel kemudian turun dari mobil, sebaiknya Andel tidak berbicara apapun kepada Lia, kalau sampai dia berbicara sesuatu.

Dia bakal dikira gila sama orang-orang.

"Lo kalau bawa headset atau apa kek gitu pasang, biar orang ga heran lihat lo ngomong sendiri," usul Lia yang di angguki Andel.

Andel segera memakai earphode yang memang selalu dibawanya kemana-mana.

"Kita nunggu semua orang masuk ke ekskul masing-masing dulu, baru kita kekantin dan ngajak setannya pulang," ucap Andel mendekat kearah Lia yang sudah mulai liar karena kepo dengan sekolahnya.

"Iya iya, gue mau keliling deh Ndel," ucap Lia.

"Ya allah, kan lo ga sekolah lagi," keluh Andel yang merasa malas keliling sekolah.

"Yaudah gue keliling sendiri, lo tunggu disini jam 11," putus Lia kemudian menghilang entah kemana.

Andel hanya menghela nafas, mau ngelarang ga guna juga Lia udah hilang entah kemana.

"Ndel," sapa Rangga saat melihat Andel duduk ditepi lapangan basket sendiri.

Andel melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Lo sendiri?" tanya Rangga ikut duduk disamping Andel.

"Tadinya sama Lia, sekarang dia udah keliling sekolah, makanya gue duduk disini," jelas Andel yang di angguki Rangga.

"Kedengeren ga sih kalo gue ngomong?" tanya Rangga penasaran karna Andel yang memakai earphode.

"Sebenarnya sih ini musiknya ga ada, tadi gue pasang gara-gara ngomong sama Lia," jelas Ande yang membuat Rangga heran.

"Lia itu hantu yang dirumah gue kak," jelas Andel yang langsung membuat Rangga mengerti.

"Gue kira Lia temen sekelas lo, eh nyatanya malah hantu," jawab Rangga tertawa.

"Yakali," tawa Andel, kemudian tiba-tiba Ali datang menghampiri Andel dan Rangga.

"Lo berdua kok hoby banget sih nongkrong disini?" tanya Ali menatap Andel dan Rangga bergantian.

Tidak ada yang menjawab, Andel dan Rangga sibuk berbincang berdua, seakan-akan tidak ada orang lain.

"Kalian ga dengerin gue?" tanya Ali yang mulai merasa kesal.

"Ada orang ya? Gue kira cuma angin lewat," jawab Rangga menatap Ali benci.

"Gue belum tahu nama cewek yang disamping lo," ucao Ali tanpa basa-basi.

"Tanyain aja sendiri," jawab Rangga malas.

"Nama gue berharga kalo dikasih sama orang kaya lo ga bagus rasanya, lagian kok hidup lo susah sih? Tinggal tanyain sama orang lain," cerocos Andel geli.

Andel tidak habis pikir saja, dari kesimpulan kemaren pasti banyak yang pengen tahu namanya, bukannya berniat sombong.

"Kalau bisa dari orangnya langsung kenapa harus dari orang lain," bijak Ali yang membuat Andel geli.

"Yaudah, sampe kiamat lo ga bakal tahu siapa nama gue kalau dari gue langsung," ucap Andel lalu menarik Rangga pergi.

Lama-lama berada dihadapan Ali bisa bikin dia darah tinggi, image dia yang kalem bisa tercoreng gara-gara Ali.

"Terus kita mau kemana nih?" tanya Rangga yang masih setia ditarik Andel.

"Ke kantin aja. Eh, lo ga ngumpul kak?" tanya Andel heran.

"Sekarang ga, bagusan nemenin lo, soalnya gue juga aga ada hal penting lagi di ekskul," jawab Rangga yang di angguki Andel.

Bagus ada Rangga, jadi dia merasa lebih aman.

Pukul 11 tepat, Lia sampai di kantin, Andel juga tidak tahu dari mana Lia tahu dia sedang di kantin.

"Itu, lo lihat kan? Yang di belakang pintu kantin?" tanya Andel sambil menunjuk hantu yang sedang menatapnya.

"Lah? Itu temen gue woi!!" teriak Lia kemudian segera kearah hantu itu.

Andel yang belum nyambung hanya melihat Lia yang antusias dari kejauhan.

"Kenapa wajahnya lo kaya gitu?" heran Rangga yang melihat perubahan pada raut wajah Andel.

"Gue juga ga tahu," jawab Andel kemudian berjalan mendekat kearah Lia dan hantu itu. Mereka sudah berpelukan dengan hangat.

"Jadi, kalian berdua teman?" tanya Andel, menghentikan acara peluk-memeluk antara Lia dan hantu yang belum tahu namanya itu.

"Iya, bahagia banget gue lo bisa nemuin dia," jawab Lia antusias.

Andel tersenyum, menuju tempat tadi, memberikan dua hantu itu waktu untuk bernostalgia.

"Jadi?" tanya Rangga yang belum mengerti.

"Kata Lia, hantu yang itu, temen dia, kepisah waktu meninggal," jelas Andel singkat.

"Lah iya?" jawab Rangga yang kurang percaya.

"Iya, kalau lo bisa lihat juga pasti lo bakal ketawa ngelihat mereka ga berhenti terbang-terbang gara-gara kesenengan," jelas Andel sambil menggelengkan kepala pelan.

Syukurlah, Lia kembali menemukan temannya, yang masih terpikirkan oleh Andel saat ini adalah mimpi dia tadi.

Kenapa bisa Drita masuk mimpinya? Untuk apa Drita ada didalam mimpinya ini?

"Yaudah Kak, gue pulang dulu bawa hantu berdua itu pulang," pamit Andel yang di angguki Rangga.

Kemudian Andel memanggil Lia lewat isyarat dan menuju parkiran.

"Jadi nama Lo siapa?" tanya Andel menatap teman Lia.

"Nama gue? Zena," jawab hantu yang bernama Zena itu.

"Berarti Zena yang meninggal duluan baru Lia?" wawancara Andel kepada Zena, sementara Lia sibuk menggonta-ganti lagu.

"Iya, gue yang meninggal duluan," jawab Zena singkat, sepertinya Zena belum terbiasa dengan keberadaan Andel.

"Temen lo emang sedingin itu?" tanya Andel menatap Lia, walaupun didengar Zena, Andel hanya bodoamat.

"Ga kok, dia ramah, baik tapi, kalau sama orang baru dia emang gitu," jelas Lia yang di angguki Andel.

"Lalu, kenapa Zena bisa sampai kesekolah gue?" tanya Andel lagi.

"Katanya sih dia dapet tugas di sekolah lo," jawab Lia singkat.

Andel dan Lia berbicara santai, seolah-olah orang yang dibicarakan itu ga ada didalam mobil yang di bawa Andel ini.

"Jangan marah Zen, Andel emang kaya gitu," tenang Lia yang membuat Zena mengangguk.

"Kaya gitu gimana? Cemilan lo gue potong loh," ancam Andel.

"Ya ga gitu juga kali Ndel," jawab Lia yang mulai takut karena di ancam dengan cemilan.

"Takut kan lo," tawa Andel lepas, sangat suka mengerjai Lia.

"Mentang-mentang lo," jawab Lia dengan penuh drama.

"Zena, jangan diam-diam aja dong, ga ada tes masuk rumah gue kok, masuk tinggal masuk aja," peringat Andel karena Zena yang sedari tadi terlihat tegang.

"Dia takut pangling lihat Kakak lo yang ganteng," jujur Lia yang membuat Andel tertawa.

"Jadi, hantu masih punya rasa suka ya?" tanya Andel.

"Masih lah!" jawab Lia cepat.

"Jangan bikin Kakak gue risih, lihat dia kalau dia keluar dari kamar dia aja, jangan sampe masuk kamar dia," peringat Andel menatap Zena lembut.

Walaupun menerima dengan lapang dada keberadaan Zena tapi, Andel juga ga mau Faris terganggu karena kehadiran Zena.

"Siap," jawab Zena yang di angguki Andel.

Setelah itu hanya percakapan Zena dan Lia yang terdengar sampai tiba dirumah.

"Udah sampai, ayo masuk, jangan lupa peraturan gue tadi," pesan Andel kemudian masuk duluan, meninggalkan Lia dan Zena.

Andel memberi ruang untuk Lia mengajak Zena untuk melihat-lihat sekitar rumahnya, berharap Zena nyaman dirumah.

Dan, tidak pernah memperlihatkan wajah aslinya yang menyeramkan itu kepada siapapun lagi.

Andel segera masuk kedalam kamar Faris, merebahkan dirinya, kemudian lanjut tidur menuju alam mimpi.

Saat terbangun jam 4 sore Andel bermimpi tentang Drita lagi.

"Diary hitam?" gumam Andel, hanya itu yang dilihatnya. Tidak lebih, hanya diary hitam yang entah punya siapa.

"Ris, kapan pulang?" tanya Andel saat melihat Faris yang sedang duduk dikursi belajar.

"2 jam yang lalu," jawab Faris yang di angguki Andel.

Dia masih belum bisa move on dari diary hitam yang ada di mimpinya tadi, wajah sipemilik diary itu juga tidak terlihat.

Awalnya Andel berpikir itu punya Drita namun, Drita pernah memperlihatkan kepada dirinya buku diary Drita itu warna biru.

Lagi pula warna biru ke hitam sangat jauh, bisa jadi kan Andel salah lihat warna tapi, tidak mungkin.

"Apakah itu buku diary Miss Trinity?" gumam Andel, tidak mungkin, orang seperti Miss Trinity punya diary.

Kalau iya, Andel bisa lari keliling lapangan, apalagi image sombong dan angkuh dari Miss Trinity.

Kalau dia pakai diary nanti malu ketahuan sama yang lain.

"Ris, ga mau ngajak gue malmingan gitu?" tanya Andel menatap Faris.

"Ayuk, gue udah siap lo aja yang belum siap," jawab Faris kemudian Andel berdiri dari tidurnya.

Ternyata Faris sudah dari tadi siap, Andel kira malam minggu kali ini akan sama seperti malam minggu kemaren-kemaren.

Ternyata tidak, dia akan keluar bersama Faris! Pergi makan-makan.

Andel itu orangnya kurus, bukan normal, Andel saja sempat berfikir apakah dia cacingan.

Tapi, Andel terima dengan lapang dada, soalnya dia juga suka.

Setelah bersiap-siap Andel sholat Ashar dulu karna belum sempat sholat ashar. Setelah selesai sholat Ashar barulah Andel dan Faris pergi.

Walaupun ini masih sore, Andel mau ngelihat pemandangan sore di taman kota, dia belum pernah melihatnya.

Biasanya pulang sekolah dia hanya lewat, melihat orang tengah sibuk berbincang, berfoto dan tertawa bersama keluarga atau pun pacar.

Sekarang Andel akan merasakannya, merasakan apa yang dari dulu dia impikan.

Jika malam minggu bersama Drita, Andel dan Drita hanya akan menghabiskan malam minggu dirumah Drita atau Andel dengan marathon drakor.

Itu dulu, semenjak Drita pergi Andel ga kemana-mana lagi, dan sekarang dia pergi bersama Faris.

Untung aja Faris jomblo, coba kalau ga jomblo, Andel bakal pergi sama siapa? Ga ada lagi yang bisa di ajak.

"Ris, jangan punya pacar ya," pesan Andel yang membuat Faris bingung.

"Soalnya kalo lo punya pacar gue sama siapa?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!