Day 2

Andel menikmati hilangnya matahari sambil meminum minuman yang sempat dia beli tadi.

"Indah banget," ucap Andel pelan, masih bisa didengar Faris.

"Iya, indah kaya gue," jawab Faris pd yang langsung membuat Andel mendelik.

"Lo tahu kenapa gue ngajak lo dari sore kesini?" tanya Andel menatap Faris sekilas.

"Mau ngelihat sunset kan?" jawab Faris.

"Bukan, selain itu," jawab Andel menggeleng.

"Ga tahu, kenapa?" tanya Faris, walaupun dia tidak kepo, jawaban Andel selalu diluar nalar.

"Karena gue mau ngelihat kehidupan, mau keluar dari ketertutupan gue lagi, mulai semuanya dari awal dengan bahagia,"

"Gue ga tahu apa yang bakal terjadi kedepannya, tapi gue mau menjalaninya dengan kesenangan, soal masa lalu gue bakal mencoba buat ikhlas," jelas Andel yang membuat Faris tersenyum.

"Terus kaya gini, jangan ngelakuin hal bodoh lagi," pesan Faris yang di angguki Andel.

"Bantu gue buat keluar dari semua kegelapan ini, bantu gue buat nerima Mama," ucap Andel tersenyum.

Setidaknya dia harus membuka lembaran baru dan mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi.

"Gue bakal bantu," jawab Faris pasti, dia akan membantu Andel, dia ingin Andel seperti remaja sekarang.

Setelah menikmati matahari terbenam dan sholat maghrib, Andel dan Faris tetap di taman tadi.

Taman yang mereka datangi saat ini adalah taman yang akan ramai saat malam minggu.

Nantinya juga bakal ada stan-stan dengan menjual berbagai makanan dan minuman.

"Enak ya kalo gini terus, beban di tubuh hilang seketika," curhat Andel yang di angguki Faris.

"Ayo, cari makanan, masa kesini ga makan," ajak Faris yang di angguki Andel.

Akhirnya Faris dan Andel melihat-lihat satu persatu stan, jika Andel tertarik ataupun Faris mereka akan singgah dan mencoba makanannya.

"Enak bangeet," ucap Andel saat memakan tahu crispy super pedas, Andel maniak banget sama yang namanya pedas.

"Sumpah, gue cobanya tadi pedes banget woi," jujur Faris melihat Andel yang sibuk mengagumi betapa lezatnya tahu crispy.

"Ih enak tau, lo kan ga suka pedes," ucap Andel mengingatkan Faris yang kurang suka dengan pedas.

"Iya gue kurang suka pedes, ini pedes banget," keluh Faris yang dari tadi tidak berhenti minum air.

Andel hanya mengangkat bahu acuh, lagi pula, kalau dia terus menjawab pernyataan maupun pertanyaan dari Faris ga bakal ada habisnya.

Bagusan kalau Andel diam, nanti Faris juga ikutan diam.

"Udah selesai pedesnya?" ejek Andel saat sudah selesai memakan tahu crispy miliknya.

"Beli yang manis-manis yuk," ajak Faris tanpa peduli dengan ejekan Andel tadi.

Setelah membeli minuman, Andel dan Faris duduk disalah satu kursi yang memang disediakan di taman itu.

Mereka udah kaya orang pacaran kalo kaya gini.

"Woi Ndel!" sapa seseorang yang langsung membuat Faris maupun Andel melihat kearah suara.

Andel tersenyum lembut, yang menyapanya adalah Rangga dengan Mamanya.

Andel salam dengan Mama Rangga diikuti Faris, walaupun Faris ga kenal, isitilah hormat ke orang tua itu harus.

"Eh ada Andel, kita ketemu lagi ya," sapa Mama Rangga yang membuat Andel tersenyum hangat.

"Iya Bun, Bunda ngapain disini?" tanya Andel basa-basi.

"Bunda cuma mau beli martabak habis itu pulang. Ini kakak kamu ya?" tanya Mama Rangga tersenyum kearah Faris.

"Iya Bun, dia ganteng kan Bun?" tanya Andel meminta pendapat dari Mama Rangga.

"Iya, gantengan kamu dari pada Rangga," ucap Mama Ranggat tersenyum manis ke Faris.

"Durhaka lo Mah, ngatain anak sendiri jelek," jawab Rangga tidak terima dibanding-bandingkan dengan Faris.

"Mama ga bilang kamu jelek, kamu sendiri yang bilang kamu jelek," balas Mama Rangga yang membuat Andel maupun Faris tertawa.

"Yaudah, Bunda pamit pulang dulu, kapan-kapan main kerumah ya," pamit Mama Rangga beserta Rangga.

"Lo kenal Mama Rangga dari mana?" tanya Faris saat Rangga beserta Mama-nya sudah hilang dari pandangan.

"Pas ke pemakaman Drita sendiri, awal lo marah-marah sama gue," jelas Andel yang di angguki Faris.

"Ya ga usah bawa-bawa jeleknya dong," kesal Faris setelah menyadari bahwa Andel sekalian menyindir dirinya.

"Becanda doang," jawab Andel kemudian fokus kearah jalanan, melihat orang-orang berjalan bersama-sama sambil tertawa.

Andel iri. Tapi, sekarang dia sudah punya orang itu, orang yang akan selalu mengawasinya dan menjaganya.

"Kalo nanti lo dapet pacar, tiap kalian mau pergi ajak gue," ucap Andel yang membuat Faris tertawa.

"Lo waras? Kalo gue bawa lo kemana-mana bareng pacar, nanti pacar gue yang ngerasa di nomor dua," jelas Faris yang membuat Andel cemberut.

Walaupun sebenarnya dia bercanda, Faris aja yang nganggapnya serius.

Niat banget dia ikut Faris pacaran, entar jadi obat nyamuk lagi, kan ga asik.

"Gue becanda keles, langsung serius gitu wajah lo, takut gue gangguin ya kalo pacaran," goda Andel menoel-noel pipi Faris.

"Apaan, calon aja ga punya gue," jawab Faris cepat.

Dia memang ga punya orang yang disukainya, atau sering disebut 'doi'.

Selama 3 tahun di SMA ga ada yang merasa pas untuk Faris, kalau di katakan cantik, disekolah Faris memang banyak yang cantik.

Tapi, yang masuk kriteria wanita idaman Faris itu ga ada.

"Lo kalau mau pacaran, milihnya jangan detail banget," ceramah Andel yang membuat Faris tertawa.

Bukan kenapa, sifat Faris itu sangat aneh, jika ada perempuan yang mendekatinya maka Faris akan menyeleksi orang itu dari matanya dulu.

Bahkan Faris pernah bilang pengen cewek yang punya mata hijau, kesempatan Faris mendapat cewek mata hijau alami itu hanya sedikit.

Andel pernah dengar, populasi orang yang matanya hijau hanya 2% didunia dan rata-rata yang Andel lihat semuanya cowok.

"Ya, gue maunya yang terbaik, pasti lo juga gitu kan?" tanya Faris berusaha menjatuhkan Andel.

"Ga minat pacaran," jawab Andel singkat yang membuat Faris kesal.

Bahkan Faris sangat kepo, cowok yang kaya gimana sih yang Andel mau, rata-rata teman Faris itu kan ganteng-ganteng.

Tapi, pas ketemu, Andel kaya biasa aja, ga ada wow-nya sama dia ketemu cogan-cogan sekolah.

"Tipe cowok lo yang kaya gimana sih?" tanya Faris kepo, siapa tahu di jawab Andel.

"Yang manusia," jawab singkat Andel yang langsung membuat otak Faris panas.

Dimana-mana orang kalo punya pacar pasti manusia lah, kecuali orangnya ga waras.

Lah, Andel yang waras gini malah jawab begitu, siapa yang ga emosi coba?

"Gue serius nih nanya ama lo," Faris berkata serius dengan intonasi yang dibuat dengan seserius mungkin.

"Ya pokoknya dia cowok alami," sekali lagi jawaban Andel sukses membuat Faris kesal.

Ya iya, Faris juga tahu, kalau Andel pacaran sama cowok yang dulunya cewek dia bakal ngelarang juga kali!

Kalau ngomong masalah cowok sama Andel selalu! Bawaannya emosi terus, ga pernah ceria sedikit pun.

Setelah berdebat masalah tipe cowok Andel, dan sudah semakin larut, Andel mengajak Faris untuk pulang.

Dia ingin nonton drakor dulu baru tidur, kegiatan nonton drakor di malam minggu ga bakal dia tinggalin.

Dia harus nonton drakor terus, soalnya di hari biasa Andel ga bakal nonton drakor.

"Beli pizza dulu yuk, nemenin lo nonton drakor sekalian gue main ps," ajak Faris yang di angguki Andel.

Akhirnya Andel dan Faris membeli 2 box pizza, 1 untuk Faris dan 1 untuk Andel.

Katain aja mereka boros, emang kenyataan dari sananya mereka boros ya mau gimana lagi kan?

Setelah mendapat pizza, Andel dan Faris langsung pulang, udah jam 10 malam.

"Enak ya kalo gini," kalimat yang beda dengan arti yang sama selalu di ulangi Andel.

Sampai-sampai Faris bosan mendengarnya.

"Kalimat lo ganti dong, bosan nih dengernya." keluh Faris yang membuat Andel sebal dengan sendirinya.

Tidak berapa lama, Andel sampai dirumah dengan Faris. Andel langsung masuk.

"Kalian udah pulang?" tanya Mama saat melihat Faris dan Andel masuk.

"Iya Mah." jawab Faris kemudian menyalimi Mama-nya diikuti Andel.

Sebenarnya Andel ga mau salam, karena di paksa Faris lewat kode akhirnya mengalah.

Sampai-sampai Mama yang sedang sibuk berbincang dengan Faris terkejut ketika Andel menyalimi tangannya.

Ga ada kata apapun, Andel langsung keatas, tancap ga seolah-olah ga terjadi apapun.

Tidak lama setelah Andel keatas, Faris juga keatas setelah menjelaskan keanehan Andel hari ini.

Saat Faris masuk kamar, dia sudah melihat pemandangan Andel yang nonton drakor sambil rebahan diatas kasurnya.

"Ini pizza lo, sana pindah ke sebelah." suruh Faris yang di angguki Andel, sebenarnya dia ga mau pindah.

Takut di minta oleh Lia dan pastinya Zena, tapi yasudahlah terima kenyataan aja.

Saat Andel masuk ke kamar dengan tangan kanan yang memegang laptop dan tangan kiri yang memgang box pizza.

Dia sudah melihat pemandanga Lia dan Zena yang sedang duduk di karpet tebalnya.

"Ngapain kalian berdua disini? Ga malam mingguan?" tanya Andel bercanda.

"Ya ampun, Andel bawa pizza, bisa mintak nih," ucap Lia tanpa memperdulikan sindiran halus Andel.

"Ga buat lo apalagi Zena, cuma buat gue sendiri." jawab Andel melarang Lia mendekat.

"Pelit lo!" kesal Lia karena tidak mendapat satu potong pizza dari Andel.

"Yaudah ini ambil, nanti kalo habis gue pesen lagi." putus Andel yang membuat Lia maupun Zena langsung memakan Pizza Andel.

Pukul 3 lewat, Andel memutuskan untuk tidur, soal pizza tadi dia sudah beli 3 box dan 1 stengah box di abisin Lia sama Zena, selebihnya dia yang abisi.

Maafkan Andel yang sangat hoby ngemil malam hari tapi ga gendut-gendut.

Awalnya tidur Andel terasa nyaman, berhenti saat dia memasuki mimpi yang membuatnya penasaran dan terbangun pukul 5 pagi.

"Kok gue bisa dikamar Drita, apa maksudnya." resah Andel, dia baru tidur beberapa jam dan harus bangun gara-gara mimpi yang membuatnya kepo.

Karena kesadaran Andel belum kembali seutuhnya, Andel memutuskan untuk ambil wudhu dan sholat subuh.

Setelah selesai sholat subuh, Andel duduk di kursi belajarnya, berusaha memikirkan kenapa kamar Drita bisa masuk kedalam mimpinya.

Dia hanya melihat kamar Drita sepintas dan senyuman Drita saat menulis sesuatu dibuku.

Andel tidak ingat apa bukunya, dan apa yang ada didalam buku itu.

"Ya allah gue ngantuk tapi harus mimpi kaya gini." keluh Andel kesal.

Karena tidak mau tidur, Andel memutuskan untuk kekamar Faris, mengganggu Faris.

Dari pada dia ga ada kerjaan, lanjut tidur udah ga bisa lagi.

"Faris jeng jeng jeng!" teriak Andel saat memasuki kamar Faris yang gelap.

Andel menghidupkan flash handphonennya dan menyorot Faris dengan flash handphone miliknya.

"Jadi, apa yang sedang anda rasakan tuan?" tawa Andel saat dirasa Faris ingin segera memakinya.

"Apakah anda ingin memaki saya? Atau memaki kepada pemirsa yang sedang menonton." kembali Andel bertanya, Faris hanya diam kemudian segera berlalu ke kamar mandi.

Lama-lama bersama Andel dia bisa kekurangan waktu tidur, padahal sekarang hari minggu dan jam 5 Andel sudah bangun.

Setelah Faris masuk kedalam kamar mandi, Andel kembali berfikir tentang mimpinya tadi, apakah dia harus kerumah Drita?

Apakah Mama Drita masih menerimanya? Setelah peristiwa itu Andel tidak pernah bertemu dengan Mama Drita lagi.

Walaupun iya telfonan waktu menanyakan bunga, Mama Drita merespon dengan dingin

"Ris, Faris, Faris jelek." ucap Andel dengan bernada saat Faris keluar dari kamar mandi bersiap untuk sholat subuh.

Faris tidak menanggapi satu pun perkataan Andel yang asik mencerocos tugasnya saat ini adalah sholat dengan tenang.

Lalu, kembali tidur sampai siang, kalau dia asik mendengarkan Andel, waktu tidur di hari minggunya akan lenyap.

Karena, bisa jadi Andel akan selalu mengganggunya atau mengajaknya entah kemana.

Setelah selesai sholat subuh, Faris telah melihat Andel yang asik rebahan di atas kasur miliknya.

Padahal kasur Andel itu lebih nyaman lo dari pada kasur Faris tapi, kenapa Andel selalu tidur di kasur miliknya?

"Lo, kenapa sih? Kerasukan? Hoby banget bangunin orang subuh-subuh!" akhirnya Faris angkat bicara setelah lama diam.

"Kira-kira enak ga sih kesurupan?" Andel menanggapi kekesalan Faris dengan pertanyaaan.

Faris hanya diam, memilih diam dari pada dia yang akan diliput dengan emosi.

Setelah Andel diam dan Faris kembali tidur, Andel kembali memikirkan mimpinya tadi.

Kenapa akhir-akhir ini dia sering memimpikan Drita? Apakah ada yang salah dengan Drita?

Bukankah Drita pernah bilang, bahwa semuanya baik-baik saja? Atau Drita kangen sama dia?

Ga mungkin kalo Drita kangen sama dia, masa iya Drita kangen sama dia.

Andel mengehela nafas kesal, kenapa mimpi yang aneh dan gantung terus masuk kedalam mimpinya?

Kenapa mimpinya ga langsung siap gitu? Pake episode juga, dia kan kepo nungguin.

Ternyata gini ya rasanya di php-in, dibuat kepo ujung-ujungnya sakit.

Andel menggelengkan kepalanya cepat, kenapa dia malah berfikir kesana?

Bukankah seharusnya dia berfikir bagaimana caranya kerumah Drita? Mendapat izin masuk kerumah Drita.

Agar bisa membongkar semua mimpi bersambungnya yang sangat membuat kepo seperti ini.

"AAAAAA!!" teriak Andel yang langsung membangunkan Faris.

"LO KENAPA SIH!?!" sekarang balikan, Faris yang teriak gara-gara tidurnya di ganggu.

"Hehe tidur lagi monggo." suruh Andel tersenyum kearah Faris.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!