Selamat jalan Drita

Rangga hanya diam tanpa berminat untuk membuka mulutnya. Hatinya benar-benar hancur.

Mungkin, tidak bisa di satukan kembali. Adik sekaligus temannya sudah pergi selamanya dan tidak akan kembali.

Rasanya ingin menangis, jika dia menangis itu akan semakin mempersulit Ayah dan Bunda yang sangat terpukul akan kehilangan Drita.

Hari ini hari pemakaman Drita, Rangga sangat mengharapkan kehadiran Andel. Setidaknya Andel cukup mirip dengan Drita.

Dia bisa memeluk Andel sebentar menumpahkan rasa rindunya terhadap Drita.

"Ga, makan dulu yuk. Dari kemaren belum makan," ajak mama Rangga kepada anak semata wayangnya.

Rangga hanya menggeleng sebagai jawaban, dia tidak tertarik untuk melakukan apapun termasuk makan.

Walaupun perutnya memang minta di isi, dia tetap tidak ingin makan. Mood nya mengalahkan lapar.

"Sedikit aja ga papa kok," bujuk Ranti mama Rangga.

"Rangga belum lapar Ma," jawab Rangga pelan.

"Rangga, jangan kaya gini sayang. Kamu harus makan," ucap Ranti membujuk anaknya.

"Sedikit ya Ma," jawab Rangga yang langsung di angguki Ranti.

Ranti segera mengambil nasi untuk Rangga, dia tahu Rangga sangat terpukul akan hal ini, terlebih Rangga tidak punya adik maupun kakak.

"Makan yang banyak, kamu ga boleh sakit," ucap Ranti saat memberikan sepiring nasi beserta lauk kepada Rangga.

"Ma, Rangga ikut Drita boleh?" tanya Rangga menatap mamanya tanpa ekspresi.

Ranti tersenyum kecil, walaupun sedikit terkejut namun, Ranti tahu. Pertanyaan itu akan keluar dari mulut Rangga.

"Ga papa," jawab Ranti yang langsung membuat Rangga berhenti dari kegiatannya.

"Kalau kamu pergi dipanggil Allah Mama bakal ikhlas, kalau kamu pergi sendiri menghadap dia atau bunuh diri Mama jamin kamu ga bakal Mama kuburin," jawab Ranti yang membuat Rangga tertegun.

"Drita ninggalin kita itu karena itu udah garis takdir Allah Ga, kamu ga boleh nyalahin siapapun atas hal itu. Dan, kamu juga ga boleh sedih terlalu lama,"

"Bagaimanapun juga, kamu harus tetap ngejalani hari demi hari walaupun Drita ga ada lagi," nasehat Ranti mengelus lembut rambut Rangga.

"Mama tahu itu sulit. Tapi, Mama yakin kamu pasti bisa," Ranti menepuk pundak Rangga dan memilih pergi, membiarkan Rangga makan dengan tenang.

Setelah melakukan sholat Zuhur, giliran jenazah Drita yang di sholatkan, banyak keluarga yang datang.

Setelah menyolatkan Jenazah, akhirnya Drita dibawa ke pemakaman untuk di makamkan, Rangga tidak ikut.

Dia sempat bilang tadi ke Mamanya, dia akan pergi sendiri saat semua orang sudah pergi dari pemakaman.

Ranti hanya mengiyakan, dia tahu hati Rangga akan hancur walau hanya melihat jasad Drita yang dimasukkan kedalam tempat peristirahatan terakhirnya.

"Jangan kemana-mana, jangan ngelakuin hal bodoh," pesan Ranti kepada Rangga kemudian pergi.

Rangga tidak akan melakukan hal bodoh, dia sadar ketika mendengar apa yang dikatakan Mamanya tadi.

Sekarang tugas Rangga hanya merelakan kepergian Drita sepenuhnya, mulai membuka lembaran baru walaupun sulit.

Sementara di pemakaman, Mama Drita tidak berhenti menangis melihat Drita yang diturunkan menuju tempat peristirahatan terakhir.

Papa Drita hanya mampu menenangkan, dia tidak tahu harus apa, karena hatinya juga sakit, dia kehilangan anak satu-satunya yang sangat dia sayang.

Bahkan Rafael, papa Drita belum sempat mengajak Drita untuk jalan-jalan keliling dunia seperti janjinya kepada Drita.

Bahkan untuk family time ke bali saja belum di kabulkan Rafael untuk Drita. Kalau Rafael tahu ini akan terjadi dia akan lebih awal mengajak Drita keliling dunia.

Namun, sekarang hanya tinggal angan-angan Rafael, karena orang yang membuat permintaan itu sudah pergi untuk selamanya.

"Rangga mana Nti?" tanya Rafael menatap Ranti yang berdiri disampingnya.

"Katanya ga ikut," jawab Ranti singkat.

"Aman kan?" tanya Rafael mewanti-wanti Rangga.

Ranti mengangguk tersenyum meyakinkan Rafael bahwa Rangga akan baik-baik saja ditinggal sendiri.

"Bilang sama Rangga untuk menanyakan keadaan Andel," Rafael menatap Ranti meminta tolong.

Rafael sempat khawatir dengan kondisi Andel, sahabat anaknya yang selama ini banyak membantu.

Pasalnya saat dia sampai di tempat kejadian mata Andel sudah merah dan tangannya memerah sambil mengepal.

Terlebih fakta Istrinya sempat menampar dan menyalahkan Andel karena masalah ini.

"Nanti bakal Ranti bilang," jawab Ranti kemudian ikut menaburkan bunga di makam Drita.

Menanjatkan doa agar Drita diterima pada sisi yang diatas lalu Ranti pamit untuk pulang terlebih dahulu.

Memberi tempat untuk Rafael dan Dina menatap nisan Drita dan mengikhlaskan kepergian anak semata wayang mereka.

Sesampainya Ranti di rumah, Ranti segera memanggil Rangga.

"Gaga!" teriak Ranti sedikit pelan kearah Rangga yang sedang duduk di tepi kolam renang.

"Iya, ada apa Ma?" tanya Rangga menatap mamanya.

"Kamu bisa hubungi Andel? Tanyain gimana kabarnya," tanya Ranti menatap Rangga.

Kemudian Rangga mengangguk dan segera mengeluarkan handphone nya, memilih menelfon Faris.

Rangga dapat kontak Faris dari Drita yang tentunya menyukai Faris.

"Hallo Ris,"

"iya, apa Ga?"

"Andel gimana keadaannya?"

Rangga meloudspeaker telfonnya agar Mamanya bisa mendengar percakapannya bersama Faris.

"Ga baik Ga,"

"Ga baik gimana Ris?"

"Tadi pagi dia mimpi teriak-teriak dan tangan kanan dia kena irisan silet, gue ga tahu dia mimpi apa dia juga lupa, abis itu dia juga teriak-teriak sendiri di kamar bilang "lo ga bakal bisa bunuh gue, dia yang ngendaliin gue" kearah dinding yang kosong,"

"Pas hari kejadian itu dia teriak-teriak sendiri nyalahin dirinya atas kepergian Andel,"

Rangga maupun Ranti terkejut, Andel sangat terpukul atas kepergian Drita lebih dari terpukulnya Rafael maupun Dina.

"Sekarang dia gimana?" tanya Rangga memastikan kondisi Andel.

"Dia tidur di kamar gue,"

Pernyataan dari Faris mampu membuat Rangga maupun Ranti bernafas lega, walaupun Ranti belum pernah bertemu Andel.

Tapi, dari cerita Faris. Ranti sangat yakin bahwa Andel tersiksa atas kepergian Drita.

"Kalau bisa nanti atau ga besok gue mampir kerumah lo,"

Setelah itu percakapan Faris dengan Rangga mati.

"Deket banget ya Andel sama Drita?" tanya Ranti menatap Rangga.

"Iy Ma, mereka kemana-mana selalu berdua. Drita juga bantuin Andel kalau lagi ada masalah atau ngobatin Andel kalau habis dipukul Papanya," jawab Rangga.

Ranti menutup mulut tidak percaya, apakah Andel terkena broken home?

"Andel, broken home?" tanya Ranti hati-hati kepada Rangga.

Rangga mengangguk pelan, dia cukup merasa kasihan juga kepada Andel sekaligus bangga karena Andel mampu menutup itu semua.

"Jadi bukan hal yang aneh jika Andel bersikap kaya gitu pas tahu Drita pergi," ungkap Ranti yang langsung mendapat anggukan dari Rangga.

"Mama boleh ketemu Andel? Atau lihat fotonya ga Ga?" tanya Ranti menatap Rangga.

Kalau dilihat-lihat cara Ranti berbicara dengan Rangaa seakan-akan mereka ada teman dekat, tidak seperti hubungan ibu dengan anak.

Akhirnya Rangga memperlihatkan foto selfie Andel dengan Drita di sekolah.

"Dia cantik," ucap Ranti Jujur saat melihat foto Andel.

"Iya," jawab Rangga ikut menyetujui ucapan Ranti.

Saat Rangga dan Ranti sedang berbincang-bincang membicarakan Andel, Rafael datang bersama Dina.

"Aman kan Kak?" tanya Ranti menatap Dina lembut.

"Gimana keadaan Andel?" tanya Dina, dia sangat merasa bersalah atas perlakuan yang dia lakukan kepada Andel tempo hari.

"Ga baik," jawab Ranti.

"Ga baik kenapa?" tanya Rafael meminta penjelasan kepada Ranti.

Akhirnya Ranti menceritakan dari awal sampai akhir yang dia dengar dari Faris tadi.

"Pa, kita jenguk Andel yuk," ajak Dina kepada Rafael.

"Kita tanya dulu kepada Faris Ma, nanti kalau kita datang tiba-tiba takutnya Andel dalam kondisi yang tidak baik," jawab Rafael.

"Selama ini Mama sangat prihatin dengan kondisi Andel karena kena broken home dirumah," terang Dina menatap Rafael.

"Broken homenya kaya apa sih Kak?" tanya Ranti kepo.

"Dia ga dirawat lagi setelah Mamanya ngelahirin, Andel di serahin sama pembantu sampai umur 10 tahun, abis itu di biarin sendiri aja, kalau Papanya selalu membanggakan dirinya dengan segudang prestasi dan ringan tangan sama siapapun kalau pendapatnya ga didukung,"

"Dari kecil Andel dapat hal-hal menyeramkan kaya gitu, aku ga habis pikir gimana kalau aku di posisi Andel. Tapi, aku sangat bangga sama Andel, dia mampu menutup itu semua," terang Dina.

Dina tahu semua hal karena Drita yang selalu bercerita tentang harinya kepada Dina, tidak ada hal yang ditutupi Drita darinya.

"Andel pernah ngelawan?" tanya Ranti yang belum puas terhadap cerita Dina.

"Sering, bahkan dia pernah dikurung 2 hari penuh gara-gara ngelawan omongan Papanya dan Mama Andel ga nolong sama sekali," terang Dina menatap Ranti.

Ranti kembali menahan ngeri, sekejam itukah orang tua Andel? Kalau dia jadi Andel mungkin dia akan lari dari rumah dan tidak kembali atau lebih kejamnya dia akan bunuh diri.

Namun, Andel adalah anak yang teguh dan mampu menahan semua cobaan ini dengan tabah. Ranti sangat bangga akan hal itu.

"Bagaimana jika kita bertemu orang tua andel," ucap Ranti memberi usul.

"Itu adalah hal yang buruk Ranti," jawab Rafael.

"Kepada anaknya saja dia seperti itu apalagi kepada kita yang bukan siapa-siapa," jawab Rafael.

Sebenarnya Rafael juga berpikir seperti itu tapi, dia juga memikirkan keadaan Andel yang mungkin akan dimarahi setelah keluarganya pergi dari rumah atau pamit dari rumah Andel.

Apalagi fakta bahwa Papa Andel adalah orang yang tempramen.

"Kalau begitu kita tunggu saja kabar dari Faris besok," ucap Rangga memberi usul.

"Aku harap aku bisa bertemu dengan Andel secepatnya," ucap Ranti menatap Dina penuh harap.

"Semoga saja Andel datang ke pemakaman Drita besok atau besoknya lagi dan kamu bisa bertemu dengannya," jawab Dina mengelus pundak Ranti.

Dina sangat tahu bahwa dari dulu Ranti menginginkan anak perempuan.

Bahkan Ranti dari dulu sering ke panti asuhan untuk melihat anak-anak perempuan yang akan diadopsi tapi, selama ini belum ada yang cocok baginya dan mungkin sekarang Andel adalah pilihan terbaik.

Itupun kalau Andel mau dan orang tuanya mengizinkan, kita lihat saja nanti kedepannya Apa yang terjadi.

Walaupun sebenarnya Rangga cukup sebagai anak tapi, Ranti sangat menginginkan anak perempuan dalam hidupnya.

"Kalau andel jadi pacar kamu juga nggak papa Ga," ucap Ranti sambil tertawa.

"Pikiran aku nggak pernah ke sana mah," jawab Rangga kesal menetap Ranti.

"Mana tahu kamu berpikir seperti itu, tidak ada yang tahu Ga," jawab Ranti tidak mau kalah.

"Males debat sama Mama, ga mau kalah," Rangga menatap Mamanya kesal yang sudah tertawa lepas.

Hal yang harus dilakukan setelah ini adalah membuka lembaran baru dengan hal baru, berusaha melupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi.

Biarlah sosok Drita selalu berada di hati, sebagai pemanis kehidupan.

Selamat jalan Drita, semua hal yang telah kamu lakukan selalu berkesan di hati masing-masing orang, nama mu tidak akan pernah dilupakan.

Sebagai malaikat tanpa sayap yang selalu menolong orang tanpa mementingkan gengsi dan martabat.

Senyuman mu akan selalu terukir dihati karena ketulusan yang penuh makna, tawa mu akan selalu terdengar karena tawa yang ikhlas dan menyejukan hati.

Terima kasih untuk selalu menjaga senyum mu selalu ada walaupun sedang sedih, nasehat kecil mu mampu membuat orang berubah.

Dan, terimakasih karena selalu berbagi hal-hal kecil kepada semua orang, mengajarkan kami apa makna berbagi sesungguhnya.

Terimakasih telah mengajarkan bahwa semuanya harus dibayar dengan kebaikan walau orang itu berbuat jahat.

Semua hal yang telah kamu lakukan akan tersimpan apik didalam memori ini.

Tempat peristirahatan kamu akan selalu basah dan rapi dengan ditaburi bunga-bunga yang harum setiap hari.

Orang-orang yang kamu tinggalkan akan selalu menyayangimu dan mengingat namamu.

Sahabat terdekat mu akan selalu kami jaga dengan segenap hati untuk kamu yang meminta itu sebelum pergi.

Untuk laki-laki yang kamu sukai, tenang dia akan selalu mengingat nama mu beserta senyum cerah mu ketika bertemu dengannya.

Terimakasih telah jadi happy virus bagi siapapun yang berada disekitar mu, hal yang kamu lakukan selama ini sangat bermakna.

Dari Andel untuk Drita, jangan lupakan kami disini yang selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu, aku selalu sayang kepada mu.

Terimakasih telah menjadi tempat bersandar aku selama ini, menjadi pelindung ku selama ini jika aku sedang rapuh.

Menjadi penyemangat ku ketika mereka semua tidak menganggap langkah kaki ku tidak ada.

Menjadi motivator dadakan yang selalu membuat ku berfikir positif, terimakasih semuanya, berkat mu aku tahu arti hidup sesungguhnya.

Arti hidup dengan penuh kebahagiaan walaupun banyak yang membenci bahkan tidak menganggap dirimu ada.

Aku sayang kamu, aku akan selalu mengunjungi mu setiap harinya, menceritakan segalanya.

Dari Drita untuk semua.

Terimakasih telah menyayangi Drita yang sangat merepotkan ini. Maaf, Drita pergi terlalu cepat tanpa pamit.

Namun, ini semua ada alasannya dan cepat atau lambat kalian akan mengetahui hal itu, jangan marah terima semuanya demi Drita.

Untuk semua orang yang pernah Drita buat dongkol maaf, Drita tidak bermaksud.

Untuk yang belum pernah terkena senyum ramah Drita atau kesal karena Drita tidak pernah senyum maaf, mungkin Drita sedang berada dalam mood yang tidak baik.

Terpenting kepada Rangga, janga nangis ataupun galau karena gue ga ada, buka lembaran baru dan cobalah terbuka kepada lingkungan.

Drita sayang kalian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!