Pagi sekitar pukul 4 Andel terbangun dari tidur nyenyak-nya dan segera menuju kamar mandi.
Setelah mandi Andel menunggu adzan subuh dengan mengganggu Faris menggunakan flash handphone miliknya.
"Ndel!" kesal Faris terbangun karena gangguan Andel.
"Bangun lo, kita bakal ketempat Drita. Siap-siap dulu abis itu sholat subuh terus baru berangkat," jelas Andel penjang lebar.
"Iya," jawab Faris malas-malasan kemudian bangkit dari tidur nyenyak-nya.
Setelah sholat subuh dan bersiap-siap, Andel langsung turun kebawah, terlalu bersemangat dalam mengunjungi Drita.
Dia mendapat feeling yang bagus tentang bunga yang ada di makam Drita, makanya dia ingin pergi ke makam Drita pagi ini untuk melihat bunga itu.
"Lo kenapa sih gembira banget," tatap Faris menelisik kearah Andel yang sedang berputar-putar di ruang tamu yang luas.
"Lihat orang senang kok nada bicara lo kaya gitu? Ga mau ya lo gue senang?" tanya Andel heran menatap Faris.
"Ga gitu juga keles," kesal Faris kemudian menuju kulkas untuk mencari buah.
"Gue mau pir!" minta Auri saat Faris membuka kulkas.
Faris memberi Andel satu buah pir kemudian ikut memakan apel setelah dicuci, ketika jam menunjukkan stengah 6 Andel segera mengajak Faris untuk pergi.
Tentunya sesudah izin dengan Mama, hanya Faris saja, Andel katanya ga mau.
Yasudah, Faris mengikuti apa kata hati Andel saja asalkan mood Andel tidak memburuk.
Sesampainya dipemakaman sekitar pukul 6 kurang, banyak yang berziarah, Andel dapat informasi dari pembersih makam.
Katanya sekita jam 5-6 pagi banyak yang datang pergi ziarah karena ga sempat siang ataupun sore.
Dan benar, banyak yang datang berziarah, ada yang datang hanya untuk meletakkan bunga, ada yang menyampaikan doa lalu pergi.
Dan, bagian sakitnya ada yang menangis sejadi-jadinya bahkan ada yang asik bercerita dengan pusara.
Semuanya berkunjung dengan berbagai cara, seperti Andel hari ini, tujuannya hanya melihat bunga dan menyapa Drita.
Lalu, balik kesekolah Faris untuk mengantarkan Faris. Karena bunga itu memang benar-benar ga ada.
"Gue baru nyadar, kenapa lo bawa mobil ini?" tanya Andel sedikit kesal.
Faris membawa mobil yang baru dirilis pemberian Papa dengan cara melempar kunci mobilnya kepada Faris yang sedang didapur.
"Ga papa sekali-sekali," jawab Faris sombong.
"Sombong amat sih lo," geleng Andel tidak percaya dengan tingkah Faris.
Sesampainya Faris disekolah itu semua menjadi sorotan seantero sekolah karena mobil yang digunakan Faris.
"Ini lo mau keluar juga?" tanya Faris menatap Andel yang sedang memakai topi dan kacamata hitam.
"Iyalah!" jawab Andel semangat kemudian mendahului Faris keluar.
Mata semua orang hanya tertuju kepada Andel dan Faris, mereka itu kaya couple goals banget.
Andel dengan tubuh ramping dan tinggi semampai, rambut pirang dan kulit putih ditambah mata biru karena keturunan bapaknya walaupun ga kelihatan.
Faris dengan visual bak pangeran. Kombinasi yang pas untuk hubungan saudara.
"Lo kapan bawa kacamata sama topi itu?" tanya Faris yang bingung karena adanya topi dan kacamata.
"Dari rumah, tadi gue bawa dalam tas," jawab Andel yang santai berdiri didepan Faris.
Memilih tidak peduli dengan pandangan dan bisik-bisik tetangga yang dia dengar.
"Hey broo!" sapa seseroang yang mengalihkan atensi Faris dan Andel.
"Tumben udah datang lo," sambut Faris sambil bertos-tosan ala-ala cowok.
"Pacar lo ya? Cantik juga," terang orang yang menyapa Faris tadi, sementara Andel sudah risih karena ditatap terus menerus.
"Itu matanya nanti copot liatin gue terus!" kesal Andel yang akhirnya mengeluarkan suara.
"Woooo!! Pacar lo ya?" sekali lagi pertanyaan itu keluar dari orang yang bernama Andi, dilihat dari name tag.
"Iya," jawab Faris singkat kemudian menyuruh Andel segera berangkat sekolah karena takut terlambat.
"Gue pergi," pamit Andel kemudian masuk kedalam mobil dan meninggalkan sekolah Faris.
"Itu beneran pacar lo? Kok mirip?" Andi penasaran menarik-narik baju Faris.
"Adek gue, jangan bilang siapa-siapa," jawab Faris membisikkannya ditelinga Andi.
Teman Faris ada 3 orang, yang berdua selalu telat, kalau mereka datang cepat berarti ada maunya.
"Cantik banget sumpah! Lo ga nawarin gue buat jadi pacar dia?" tanya Andi menatap Faris penuh harapan.
"Ga, akhlak lo ga rapi!" jawab Faris cepat kemudian segera pergi meninggalkan Andi sebelum pertanyaan lain keluar dari mulutnya.
Tidak beda disekolah Faris tadi, Andel juga mendapat sorotan besar, bahkan semua orang rela berhenti hanya ingin melihat siapa yang ada didalam mobil terbaru dan limited edition itu.
Saat Andel keluar semua orang terkejut, apalagi dengan penampilan Andel tanpa kuncir rambut.
Menambah kesan feminim dari Andel.
"Ndel," sapa seseorang dan Andel langsung melihat kearah itu.
"Eh.. Kak Rangga," Andel tersenyum saat melihat Rangga menghampirinya.
"Ga di antar Faris?" tanya Rangga menatap Andel tersenyum manis.
"Faris hari ini gue yang anter," jawab Andel sambil berjalan beriringan dengan Rangga.
Semua itu menjadi tanda tanya bagi seluruh siswa-siswi sekolah, melihat Rangga si kapten futsal berjalan bersama orang yang baru-baru ini dikenal.
"Kenapa? Kok bisa?" tanya Rangga penasaran.
"Kemaren gue kepikiran aja kesekolah Faris sekalian ngaku-ngaku jadi pacar dia," terang Andel yang di angguki Rangga.
"Mobil? Biasanya Faris kan ga bawa mobil itu," sepertinya Rangga selalu memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan Andel.
"Oh itu, ga tahu Faris yang pengen bawa itu katanya," jawab Andel yang kembali di angguki Rangga.
"Lo cantik kalau rambut dilepas kaya gini, sana masuk," suruh Rangga yang membuat Andel mengangguk cepat dan pamit kepada Rangga.
Andel sempat terkesiap tadi karena pujian Rangga yang berhasil ditangkapnya dengan cepat.
"Lo beneran Andel?" langkah kaki Andel berhenti saat suara cewek masuk ke indra pendengarannya.
"Iya," jawab Andel memutar badannya kembali menghadap pintu.
"Jangan deketin Rangga," larang orang itu yang membuat alis Andel bertaut.
"Hubungannya sama lo?" tanya Andel santai, tanpa ada embel-embel 'kak'.
Andel tahu yang didepannya saat ini adalah kakak kelas, tapi dia ga harus sopan bukan?
"Gue calon pacarnya," jawab orang itu pd dengan mengibaskan rambutnya.
"Oh." jawab singkat Andel dan memutuskan untuk pergi ketempat duduknya, lama-lama berdiri membuat kakinya perih.
Setelah Andel duduk, dia mengeluarkan handphone miliknya, melihat instagram Faris yang memasukkan foto mereka berdua disekolah Faris tadi lewat instagtam story.
Andel tahu itu bukan Faris atau suruhan Faris yang mengambil, banyak yang mengambil gambar mereka berdua tadi.
Bahkan, Andel sampai terkejut karena saat dia keluar dari mobil semua orang sudah menyediakan handphone masing-masing.
Namun, tangkapan foto itu sangat bagus, wajah Faris dan Andel sama-sama terlihat. Ditambah rambut Andel yang terbang karena angin.
"Followers gue meningkat gini?" gumam Andel saat mendapat notifakasi pengikut baru.
Soalnya, di insta story instagram Faris tadi menandai Andel jadi semua orang dengan mudah mengetahui username instagram Andel.
Saat guru masuk Andel segera memasukkan handphone miliknya kedalam laci dan memulai pelajaran hari ini dengan senyuman.
Saat jam keluar main tiba-tiba handphone Andel bergetar.
Line!
Rangga.Z
Ke kantin Ndel gue tungguin di kantin.
Andel mengangkat alis heran, kenapa tiba-tiba Rangga jadi peduli seperti ini kepadanya?
Dari pada kepo Andel segera menuju kantin, ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di kantin setelah perginya Drita.
Rangga melambaikan tangan saat melihat Andel yang celingak-celinguk dipintu kantin. Saat Andel melihat lambaian Rangga.
Andel segera berjalan menuju meja Rangga. Jadi dibalik perhatian Rangga ini ada Faris yang memerintah Rangga untuk menjaga dan mengawasi Andel.
Rangga dengan santai mengiyakan, entah setan dari mana. Biasanya dia tidak ingin repot-repot membantu orang.
Tapi, sekarang semua yang dilakukannya kepada Andel dilakukan dengan senang hati.
"Mau makan apa?" tanya Rangga bersiap berdiri untuk memesan makanan.
"Samain aja kak," jawab Andel yang diangguki oleh Rangga.
Rangga tidak tahu apa yang harus dibelinya, dengan penuh akal sehat Rangga mengirim line kepada Faris.
Menanyakan makanan favorit Andel apa. Setelahnya segera membelikannya untuk Andel dan untuk dirinya sendiri.
Seniat itu Rangga menjaga Andel dengan baik dan aman.
Sampai-sampai Faris yang mendapat pesan dari Rangga juga ikutan bingung dengan hal yang dilakukan Rangga.
Tapi, di satu sisi dia juga merasa aman karena Rangga menjaga Andel sampai segitunya.
Setelah selesai makan Rangga mengantarkan Andel kekelas dan pamit untuk kembali kekelas juga.
Setidaknya Andel bisa menggantikan sosok Drita yang pergi untuk selamanya.
Andel menyimak dengan tekun semua penjelasan guru dari masuk sampai pulang tapi, semuanya sudah takdir, tidak ada yang masuk kekepalanya.
Andel segera menuju parkiran, memikirkan fakta bahwa sekolah Faris satu jam lebih dulu pulang dari sekolahnya.
Dia takut di amuk Faris karena terlalu lama menjemputnya, tahu saja bagaimana Faris.
Saat sampai disekolah Faris yang masih ramai Andel segera memarkirkan mobil dan segera mencari dimana kelas Faris.
"Kelas dia dimana ya?" gumam Andel melihat satu persatu kelas yang dilewatinya sampai dia tiba ditujuan.
"Ayo Ris pulang!" ajak Andel saat tiba didepan pintu masuk kelas Faris.
"Mau ketempat Drita lagi?" tanya Faris tepat sasaran.
Bisa dilihat dari mimik wajah bersemangat Andel menatapnya mengajak pulang.
Akhirnya Andel menuju tempat Drita yang memakan waktu lama karena macet, jam-jam pulang kantor.
Mata Andel membola ketika melihat bunga berbeda terletak di atas makam Drita. Feelingnya tadi pagi rupanya salah.
Kakinya serasa mati rasa, Andel memilih duduk dengan beralaskan beberapa helai daun.
Matanya mulai berkaca-kaca karena bunga yang ketiga juga ada.
Apa maksud sebenarnya dari bunga-bunga asing ini?
"Lo tahu bunga apa?" tanya Andel memperlihatkan bunga kepada Faris.
"Gue foto dulu terus tanya sama temen gue," jawab Faris sambil memfoto bunga yang dipegang Andel.
Setelah beberapa menit diam dengan Andel yang merapalkan berbagai doa untuk Drita akhirnya Faris menerima balasan.
"Namanya bunganya Magenta," jawab Faris membacakan pesan yang diterimanya dari temannya.
"Artinya apa?" tanya Andel.
"Ga tahu," jawab Faris singkat.
"Lo kenapa nanyain arti bunga terus dari kemaren?" tanya Faris penasaran menatap Andel.
"Ya ga kenapa-napa sih," jawab Andel acuh.
Akhirnya Faris mengalah dan memilih diam, tidak menanya apapun kepada Andel karena sedang sibuk bermain handphone.
Andel mengerutkan alis, kenapa artinya itu? Mental? Spritual?
"Ris, makan dulu yuk laper," ajak Andel yang diangguki Faris, banyak yang harus difikirkannya hari ini.
Maksud dari tiga bunga dengan arti-arti aneh, kenapa ada di makam Drita.
Faris memilih stan-stan dipinggir jalan saja, dia juga tidak terlalu suka kemewahan yang berlebihan.
Jika ada yang ditepi jalan dan murah ngapain harus milih yang mahal, walaupun kesehatannya ga terjamin yang penting enak.
Lagian Faris milih tempatnya kan yang bersih bukan yang kotor dan sembarangan.
"Bakso Ris!" ajak Andel semangat menarik tangan Faris.
Faris hanya mengiyakan ajakan Andel karena tidak mau berdebat dan lebih tepatnya, tidak mau meninggalkan Andel makan sendirian.
"Selamat makan," ucap Andel pelan yang didengar Faris, setelah itu hanya sedikit percakapan antara Andel dan Faris karena sibuk makan.
Setelah makan Andel langsung mengajak Faris pulang karena dia harus kembali memikirkan bunga-bunga ini dan memasukkan bunga magenta ini kedalam vas.
"Sekali lagi gue tanya nih ya, kenapa semua bunga yang ada dimakam Drita lo ambil? Siapa tahu itu bunga dari keluarga dia," tanya Faris menjabarkan kebingungannya.
"Bukan dari keluarga dia, kata Mama Drita ga akan ada orang yang ngasih bunga kaya gitu soalnya kalau ada keluarga yang ziarah mereka bakal bawa bunga mawar putih. Kalaupun itu Rangga dia bakal bawa bunga matahari," terang Andel yang membuat Faris mengangguk mengerti.
"Lalu, itu bunga dari siapa?" tanya Faris lagi.
"Gue juga ga tahu, makanya gue bawa pulang dan ngumpulin mereka semua," jawab Andel yang di angguki Faris.
Hanya sampai sana pertanyaan Faris, dia ga nanya apa tujuan Andel bawa bunganya? Kenapa harus dibawa? Kalau ga dibawa gimana? Dan masih banyak lagi pertanyaan.
Sayangnya Faris bukan orang yang cukup peka untuk menanyakan hal yang sangat penting ditanyakan itu.
Saat sampai digarasi Andel segera turun dari mobil, berlari kecil untuk masuk kerumah dengan cepat.
Dia harus segera memasukkan bunga ini ke vas dan membawanya kekamar, bukan kamar Faris tapi kamar miliknya sendiri.
Bisa jadi kan, 'orang' yang mengganggu dia kemaren-kemaren sudah pergi karena ga ada orang dikamar lagi.
Saat Andel masuk kekamar, Andel langsung menemukan 'orang' yang sangat dia hindari.
Awalnya Andel hanya pura-pura tidak tahu, dia merasa menyesal mendapat kemampuan seperti ini.
Selama dia ziarah ke tempat Drita kan sering diganggu, bahkan ada yang mau ikut pulang dengan Andel.
Andel hanya diam, ketika pulang nanti dia bakal mengusir 'orang' itu dengan aba-aba tangan, karena takut diketahui oleh Faris.
Karena risih ditatap dari tadi, apalagi yang natap bukan manusia Andel memberanikan diri bertanya.
"Lo fans ya sama gue? Natap gue dari tadi," kesal Andel menatap hantu itu yang berada di sudut ruangan.
"Ini kamar saya kenapa anda disini?"
Andel mengerutkan dahinya heran, yang tidur disini siapa? Yang mandi dll disini kan dia.
"Halu lo! Udah meninggal masih aja halu," jawab Andel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments