Semua

"Gue baru mati tahun kemaren, jadi terserah gue," jawab hantu yang menyakiti Andel kemaren.

"Lah, kan gue ga nanya kapan lo mati," sewot Andel, memilih duduk di kursi belajar, kayanya lebih enakan debat sama Faris dari pada sama hantu.

Bayangin aja, disini Andel yang kaya orang gila ngomong sendiri. Padahal kan dia sedang debat sama hantu.

"Lo layak mati," yakin hantu tadi tersenyum menatap Andel.

"Halah! Baru juga mati, masih junior udah sok-sok an lo," jawab Andel sedikit meremehkan hantu itu.

Ini kayanya mereka udah deket aja, padahal kan baru pertama kali ngomong, dan pertemuan pertama mereka juga ga baik.

Pertemuan kedua malah adu debat, malah saling ngeremehin. Seindah itu hidup Andel dengan hantu itu.

"Junior enak aja! Udah satu tahun ngerti ga lo? Percuma sekolah," Andel mendengus kesal, rasanya hantu ini lebih egois dari pada Faris.

"Oh!" jawab Andel kemudian mulai kembali fokus kepada bunga-bunganya.

"Itu bunga yang jelek-jelek itu kenapa lo simpan?" tanya hantu itu mendekat kearah Andel.

"Sewot banget sih setan, lo bau jauh-jauh," kesal Andel, mengusir hantu tadi agar menjauh darinya.

Sebenarnya ga bau sih, Andel kan risih kalau ditemenin sama hantu yang ga tahu asal-usulnya.

"Lo dari mana sih? Kok bisa nyasar dikamar gue sih?" tanya Andel.

"Dari komplek sebelah, terus jalan-jalan ketemu rumah bagus yaudah gue lihat-lihat deh kamarnya. Pas banget kamar lo gue suka," jelas hantu itu yang membuat Andel mengangguk-angguk.

"Lo bisa pulang? Gue males lihat muka lo," tanya Andel yang lebih ke arah mengusir.

"Rumah gue jelek ga kaya rumah lo," jawab hantu itu dengan nada senang.

"Eh maemunah! Yang namanya rumah di komplek deket-deket sini ga ada yang jelek!" kesal Andel menggeleng tidak percaya.

"Bagusan rumah lo," jawab hantu itu tidak mau kalah.

"Lo mati gara-gara kalah debat ya?" tanya Andel heran, karena dari tadi hantu didepannya ini tidak mau kalah.

Entah apa masalah hantu ini selama hidup, yang menjadikan dia ga mau kalah debat.

"Iya," jawaban singkat hantu itu hanya ditanggapi dengan jari jempol.

Setelah itu Andel tidak mendengarkan perkataan tidak penting dari hantu tadi karena dia sibuk mencari-cari maksud dari bunga-bunga yang berada didepannya sekarang.

"Jangan kacangin gue dong, ga ada temen nih," kesal hantu yang dari tadi menganggu Andel tapi dihiraukan Andel.

"Kan dari sononya lo ga punya temen," jawab Andel bodoamat dan memilih kekamar Faris agar tidak diganggu hantu itu.

Andel menyesal karena telah mengajak hantu tadi bicara, karena setelah diajak bicara hantu itu membuat hidupnya buruk.

Kerjaan dia cuma ganggu Andel selama satu jam lebih dan dia ga berhenti, Andel salut dengan ketekunan hantu itu.

"Numpang disini dulu Ris, ada yang gangguin gue dari tadi," terang Andel saat masuk kamar Faris.

Faris sedang mengerjakan tugas sekolah, entahlah, Faris sepertinya sedang dirasuki setan rajin.

"Siapa yang ganggu lo? Perasaan ga ada siapa-siapa yanh datang," jawab Faris heran.

"Ituloh, yang kemaren," jawab Andel berusaha membuat Faris kepo.

"Siapa sih? Lo jangan becanda deh, gue lagi buat tugas nih!" kesal Faris, kalau dia sudah di ganggu dalam membuat tugas.

Tugasnya akan kacau semua, makanya Faris hampir ga pernah bikin tugas dirumah. Ujung-ujungnya pasti di ganggu Andel.

"Becanda doang, lanjutkan kakanda," canda Andel kemudian kembali sibuk dengan bunga-bunganya.

Satu jam sudah Andel menghabiskan waktu diatas kasur sambil berselancar di mbah google.

Yang ditemukannya ga ketemu-ketemu, nihil semua, atau Andel disuruh mikir sendiri?

"Ris, udah selesai belum?" tanya Andel menatap Faris yang sudah mulai bermain handphone.

"Udah," jawab singkat Faris tanpa mengalihkan pandangannya.

"Besok subuh kita ke tempat Drita lagi ya?" ajak Andel berharap semoga tidak ada apa-apa lagi.

"Iya," jawab singkat Faris.

Setelah itu Andel kembali berselancar di google, belum mau menyerah dengan waktu ber jam-jam yang dia gunakan tadi.

"Kira-kira hantu tadi udah pergi ga ya?" monolog Andel. Tapi, tidak mungkin jika hantu itu pergi.

Andel segera balik kekamar karna kepo kemana hantu tadi.

"Eh, setan. Mau nanya dong," tanya Andel saat melihat hantu tadi sedang duduk dikursi belajar Andel.

"Lo ngefans sama gue? Pake nanya-nanya," Andel mengerutkan alisnya, kayanya hantu ini meninggal pada masa pubertas.

"Serius setan," kesal Andel kemudian duduk diatas kasur setelah meletakkan vas bunganya di meja belajar.

"Apa?" tanya hantu tadi kalem.

"Jadi, kenapa lo mau celakain gue pas awal ketemu? Sekarang lo malah kaya gini," heran Andel.

"Itu, pas gue meninggal ada satu tugas dulu yang harus gue lakuin, ga tahu dari siapa yang penting gue lakuin dulu," terang hantu tadi yang membuat Andel mengangguk mengerti.

"Jadi lo celakaian gue bukan mau lo?" Andel kembali bertanya, memastikan semuanya.

"Iya," kemudian Andel kembali kekamar Faris, dia ga mau sekamar sama hantu.

Gimanapun kan dia hantu, bisa ngelihatin wujud aslinya gimana, siapa tahu dia mati gara-gara ketabrak atau apalah kan ngeri.

"Farisss!! Ke mini market yuk," ajak Andel kepada Faris.

"Ngapain?" tanya Faris yang jawabannya sudah sangat jelas.

"Jajan, buat kebutuhan malam minggu," jawab Andel kemudian segera bersiapa.

"Kan masih lama, besok masih jumat btw," ingat Faris namun, Andel hanya bodoamat karena sudah pergi kekemar untuk ganti baju.

"Adek gue kok gini amat," gumam Faris menghela nafas kemudian ikut ganti baju dan bersiap.

Setelah selesai bersiapa Andel segera kebawah, pemandangan yang aneh pun dilihatnya.

Diatas meja makan ada banyak makanan yang baru masak dan asapnya masih terlihat.

Andel kebingungan, siapa yang masak?

Saat ingin memanggil Faris, Andel melihat Mama-nya dari dapur tersenyum hangat.

Faris yang baru datang pun juga sempat bingung dengan situasi dimeja makan kali ini.

"Mama yang buat ini semua?" tanya Faris penasaran.

"Iya, ayo makan dulu. Kalian mau kemana?" tanya Mama saat melihat pakaian Faris dan Andel yang rapi.

"Mau ke mini market sekalian keliling-keliling," jawab Faris, karena Faris yakin. Andel tidak akan ikutan menjawab.

"Yaudah makan dulu sini, ayo duduk. Papa lagi ke Malaysia ngurus cabang di luar negri," terang Mama walaupun Faris dan Andel tidak bertanya.

Faris menarik tangan Andel yang sibuk memikirkan sesuatu.

"Eh," gugup Andel dan segera menuju meja makan.

Faris duduk dan diikuti dengan Andel, mulai mengambil nasi dan lauk yang ada di meja.

Andel makan dengan khidmat, hanya Faris dan Mama sesekali berbincang memuji enaknya masakan Mama.

Setelah selesai makan Andel memutuskan membantu Mama membersihkan bekas piring kotor.

Sebenci-bencinya dirinya, dia ga mau bikin orang kesusahan gara-gara dia. Itu prinsip yang selalu dipegang Andel.

"Gimana? Enak ga makanannya?" tanya Mama saat Andek sibuk mencuci piring.

"Enak, makasih," ucap Andel, kata terimakasih tidak akan pernah hilang di diri seorang Andel, kepada siapapun. Walaupun orang itu adalah musuhnya sendiri.

Setelah selesai Andel segera mengajak Faris pergi, nanti takutnya pulang malem banget.

"Mama ada yang mau di titip ga?" tanya Faris saat memakai sneakers miliknya.

"Ga ada, hati-hati ya. Pulangnya jangan malam-malam," pesan Mama yang di angguki Andel dengan patuh.

Saat diatas mobil, sebenarnya sunyi tapi karena Faris bosan dengan kesunyian akhirnya memutuskan untuk mewawancarai Andel.

"Masih belum terima Mama?" oke, pertanyaan pertama pertanyaan yang cukup sensitif.

"Belum," jawab Andel singkat.

"Jadi, siapa yang ganggu lo di kamar tadi?" pertanyaan yang mulai memancing pertengkaran.

"Ga ada," jawab Andel lagi.

"Bunga yang lo bawa kemana-mana itu buat apa?" akhirnya pertanyaan bermutu keluar.

"Ya ga buat apa-apa," jawab Andel, sekarang gantian Andel yang menjawab pertanyaan dengan tidak bermutu.

Tidak lama kemudian Faris dan Andel sampai di mini market, Andel langsung turun dari mobil.

Inilah waktu luang paling dia sukai, berbelanja di mini market, milih-milih makanan yang bakal di beli.

Kapan lagi ngabisin uang, lagian Andel dikasih uang banyak banget per-bulan. Dari pada ga kepake lebih baik beli cemilan.

Kalo kalian nanya pepatah itu dari mana dapat, jawabannya Andel yang ngarang sendiri.

Setelah belanja, Andel langsung mengajak Faris pulang, udah malam sekali, dia takut nanti ga kebangun buat pergi subuh-subuh.

Saat sampai rumah Andel langsung masuk kekamar miliknya untuk meletakkan cemilan dan balik kekamar Faris untuk tidur.

Paginya pukul 4, Andel bangun dari tidurnya, waktu yang pas banget.

"Fariss~~ Ooh Fariss~~" Andel membangunkan Faris dengan nada-nada ga jelas.

Sampai Faris terganggu dan akhirnya bangun, ga langsung mandi, cuma duduk terus tidur lagi.

Ga tidur beneran, palingan pas Andel selesai mandi Faris juga udah otw mau mandi. Itulah Faris.

Andel selesai mandi, sekarang giliran Faris yang mandi, selesai Faris mandi adzan subuh berkumandang.

Faris dan Andel shalat berjamaah, lihat mereka berdua itu adem banget.

Setelah sholat dan berkemas-kemas Andel memilih kesebelah untuk mengambil cemilan kemaren.

Nunggu stengah 6 bagusan makan cemilan, itu pikir Andel.

"Lah setan, ngapain lo duduk didepan cemilan gue?" tanya Andel heran saat melihat hantu dikamarnya sedang duduk didepan cemilan yang dia beli kemaren.

"Mau dong," minta hantu itu mengangkat satu coklat yang sempat Andel beli.

"Ambil aja, habis itu buang jauh-jauh ampasnya," jawab Andel kemudian mengambil semua cemilannya.

"Makasih," jawab hantu itu tadi yang hanya di angguki Andel, Andel sempat berfikir, emangnya hantu tadi ga tidur?

Jam segini udah duduk diepan cemilan dia.

Setelah sampai dikamar Faris, Andel melihat Faris yang sibuk bermain di handphone miliknya.

"Udah kelas 12 masih aja main game," geleng Andel sambil membuka cemilan miliknya.

Faris hanya diam, tidak berminat membalas perkataan Andel yang menurutnya tidak penting.

Saat jam menunjukkan pukul stengah 6 Andel segera mengajak Faris untuk pergi.

"Ini Mama bungkusin sandwich buat sarapan diatas mobil," Andel terkejut dengan suara itu saat dia turun dari tangga dengan Faris.

Faris yang mengerti keadaan segera mengambil kotak makan yang diserahkan Mama-nya.

"Mama dari mana tahu kita bakalan berangkat pagi-pagi kaya gini?" tanya Faris penasaran.

"Mama ga sengaja dengar," jawaban singkat itu membuat Andel maupun Faris mengangguk, kemudian Faris pamit pergi.

Ditengah perjalanan, Andel dan Faris memakan sandwich tadi.

"Enak?" tanya Faris meminta pendapat Andel yang hanya dijawab dengan anggukan.

Sesampai Andel di pusara Drita, Andel terkejut, disana ada 3 bunga yang digabung.

Lily orange, Marigold dan Magenta.

"Itu, kumpulan bunga yang kemaren kan?" tanya Faris memastikan saat melihat bunga yang ada di pusara Drita.

Andel hanya diam, masih syok dengan adanya 3 bunga dengan arti yang aneh itu.

"Ndel?" Faris memegang bahu Andel yang membuat Andel terkejut.

"Apa?" tanya Andel saat kesadarannya kembali.

"Bunga yang lo kumpulin kan?" tanya Faris sekali lagi. Andel mengangguk sebagai jawaban.

Bibirnya kelu ingin berbicara apapun, dirinya masih syok dengan semua ini.

Apakah semua ini? Apakah Drita ingin dia ikut pergi? Kalau iya jangan seperti ini.

"Gue... boleh izin sehari ini boleh ga Ris?" tanya Andel dengan mata yang berkaca-kaca, berusaha menahan tangis yang bisa pecah kapan saja.

"Boleh," jawab Faris kemudian mengajak Andel pulang, Faris tahu, Andel sedang tidak baik-baik saja.

Faris mengantarkan Andel pulang dan segera berangkat kesekolah dengan motor, dia takut telat.

Sementara itu Andel hanya berdiam diri diatas kasur masih memegang bunga tadi dengan erat.

"Lo ga sekolah?" tanya hantu menatap Andel yang terdiam.

Tidak ada jawaban apapun dari Andel, hanya sunyi tanpa suara.

Hari ini hari terburuk bagi Andel, hari yang sangat ingin dihindarinya, sangat-sangat.

Sementara itu Faris sedang sibuk memikirkan apa yang terjadi dengan Andel, dia hanya ingin Andel nyaman dan menjalani hidup biasa.

Tanpa adanya kecemasan dan beban masa lalu, Faris ingin Andel melupakan semua yang terjadi di masa lalu.

Faris ingin Andel bahagia.

Akhirnya Faris memutuskan untuk menelfon Rangga meninta Rangga untuk kerumah nanti.

Menjenguk Andel, siapa tahu karena Rangga, Andel jadi terbuka dan mengeluarkan semua keluh kesahnya.

Rangga mengiyakan permintaan Faris apalagi saat mendengar cerita dari Faris karena Andel yang syok karena melihat bunga di makam Drita.

Ditambah bahwa Andel pernah bertanya kepada Rangga siapa yang membawa bunga Lily warna orange kemakam Drita.

Bahkan Andel sampai bertanya kepada Mama Drita, apa yang terjadi kepada Andel dan bunga-bunga aneh itu.

Rangga tidak tahu itu tapi, dia ingin mencari tahu, mendapatakn sebanyak-banyaknya informasi dari Andel walaupun akan sulit nantinya.

Saat pulang sekolah, Rangga langsung tancap gas menuju rumah Andel. Sangat menantikan respon Andel nanti.

Saat sampai dirumah Andel, Rangga sudah disambut dengan Mama Andel yang ingin pergi diantar sopir pribadi.

Rangga langsung menyapa dan meminta izin untuk menemui Andel yang di izinkan oleh Mama Andel.

Rangga sampai bingung, dimana kamar Andel saking besarnya rumah ini. Kamar Andel terbuka lebar, sekarang Andel sedang berbincang dengan hantu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!