chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab

Jam istirahat telah tiba. Angel bersama kawan-kawannya berkumpul di meja Amaira—si murid baru. Mereka menginterogasi murid itu karena meraih nilai 100 di mata pelajaran Fisika. Tampaknya, mereka tak percaya jika gadis itu benar-benar memperoleh nilai tersebut.

"Lo pasti nyontek, 'kan?!" tanya Angel setengah membentak.

"Itu sudah pasti, jarak antara bangkunya dan Naufal dekat banget." Salah satu dari anggot@ geng Angel menyambung.

Amaira memilih diam dan tetap fokus membaca buku seolah tak memedulikan tuduhan Angel dan kawan-kawannya. Sikap tak acuh gadis itu rupanya menyulut emosi Angel.

"Woi, gue lagi bicara ma lo!"

Angel menolak Amaira hingga ia jatuh tersungkur bersama kursinya. Gadis itu bangun sambil memperbaiki roknya. Ia menatap wajah Angel yang memerah dengan mata yang menyala. Namun, gadis itu tetap diam dan kembali duduk di bangkunya.

Angel semakin naik pitam dibuatnya, ia menarik kasar lengan gadis itu. "Lo denger enggak, sih? Apa Lo nganggap kita ini enggak ada?!"

Naufal yang sedari tadi melihat semuanya lantas tak tinggal diam. Ia berusaha mengalihkan perhatian Angel agar gadis itu tak terus mengusik Amaira.

"Angel, kamu ...." Naufal menjeda ucapannya sambil mencari alasan yang tepat untuk membuat Angel pergi. "Aldrin mencarimu," ucap Naufal secara tiba-tiba.

"Aldrin cari gue?" Angel memicingkan matanya. Seketika bibirnya tersenyum tipis. Ia kembali melirik Amaira, lalu mengatakan bahwa ia akan bermain-main kembali dengannya.

Gadis yang mendapat julukan primadona sekolah itu langsung pergi meninggalkan ruang kelas, diikuti ketiga temannya.

Ruang kelas hening seketika. Hanya ada Naufal dan juga gadis aneh itu. Naufal pun memberanikan diri mendekati gadis itu.

"Kamu enggak apa-apa?"

Amaira tidak meresponnya sama sekali. Ia hanya diam. Bahkan untuk menatap ke arah Naufal pun, enggan ia lakukan. Namun, cowok berkacamata itu mengerti dengan sikapnya.

Naufal kembali duduk di bangkunya. Sesekali, ia kembali melirik ke belakang sambil mencuri pandang ke arah Amaira.

Beberapa menit berlalu, keadaan kelas masih sunyi tanpa ada siapapun selain mereka berdua. Tiba-tiba gadis itu berdiri dan melangkah keluar kelas.

Naufal terhenyak. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia membuntuti gadis aneh itu dari belakang. Gadis itu berjalan pelan melewati beberapa ruang kelas sambil tetap menunduk. Sepanjang jalan yang ia lewati, tak lepas dari sorot pandang siswa-siswa yang melihatnya dengan tatapan aneh. Namun, ia tetap tak acuh dan terus melangkahkan kakinya.

Naufal masih setia membuntutinya. Ia belum tahu ke mana gadis aneh itu akan pergi. Namun, sepertinya gadis itu menuju perpustakaan sekolah yang letaknya berada paling belakang.

Naufal terus mengekor gadis itu dari belakang. Mereka melewati taman-taman sekolah yang dipenuhi pepohonan dan bunga-bunga yang Indah. Tampaknya, gadis itu berfirasat jika ia sedang diikuti seseorang. Dia membalikkan badannya seketika, lalu menatap sekeliling taman. Namun, ia tidak mendapati siapapun di belakangnya. Itu karena Naufal buru-buru bersembunyi di balik pohon.

Gadis itu berjalan kembali, dan Naufal tetap mengikutinya. Tiba-tiba gadis itu berhenti melangkah. Ia kembali membalikkan tubuhnya, tapi lagi-lagi Naufal bersembunyi. Kali ini ia bersembunyi di balik bunga-bunga yang tumbuh subur.

Begitu merasa Aman, Naufal keluar dari persembunyiannya. Namun, gadis aneh tadi sudah tidak ada. Naufal menengok ke kiri dan kanan mencari-cari sosok yang membuatnya penasaran selama dua hari ini.

"Kau mencariku?"

Tiba-tiba suara lembut seorang gadis datang dari arah belakang. Naufal berbalik dan mendapati gadis itu berdiri dengan tatapan tajam di balik masker yang menutupi hidung dan mulutnya.

Sontak, hal itu membuat cowok berkaca mata tersebut kaget dan menjadi salah tingkah.

"Hehehe ... aku hanya ... aku hanya ...." Naufal berkata gugup sambil menggaruk-garuk kepalanya. Ia tampak gelagapan memberi alasan. Bukankah ini memalukan? Ia ketahuan membuntuti gadis itu. Dan sekarang, alasan apa yang harus ia katakan?

"Kenapa kamu buntuti aku?" tanya Amaira datar.

"Aku cuma ingin mengenalmu. Semua teman-teman sekelas penasaran dengan wajahmu. Ada yang bilang kamu sumbing, ada juga yang bilang gigimu maju ke depan. Aku, aku ... cuma penasaran," ucap Naufal penuh hati-hati agar gadis itu tak tersinggung.

Gadis yang bernama Amaira itu terdiam. Namun matanya masih menatap tajam ke arah Naufal.

Melihat reaksi gadis itu membuatnya buru-buru berkata, "Jangan hiraukan ucapan mereka! Mereka bilang begitu karena kamu selalu memakai masker. Kamu juga selalu menunduk dan tidak mau bicara."

Naufal merasa salah tingkah. Tangannya menggaruk-garukkan kepala, lalu berpindah memegang telinganya. Sementara gadis itu terus menatapnya tanpa berkedip. Tatapan gadis itu membuatnya semakin canggung. Ia berusaha menarik sudut bibirnya, melempar senyum pada gadis itu.

Tiba-tiba tangan Amaira bergerak ke wajahnya. Ia membuka masker mulutnya, dan menyibakkan poni di depan matanya. Sehingga wajahnya terpampang jelas di hadapan Naufal.

Seketika jantung Naufal berdetak kencang. Di hadapannya saat ini, seorang gadis cantik dengan kedua bola mata yang indah dan begitu jernih, sepasang alis yang sudah terbentuk sempurna secara alami, wajah oval dan dagu yang lancip, tak lupa hidung mungil namun mancung dan bibir yang sensual membuat dirinya terlihat bak boneka hidup yang nyata.

Naufal membulatkan matanya. Pupil matanya membesar. Mulutnya ternganga. Namun, ia tak bisa berkata apapun. Lidahnya seakan menempel di langit-langit. Seluruh tubuhnya bergetar. Jantungnya makin berdetak kencang. Ia terperangkap dari rasa pesona yang tak terkira.

"Kenapa?" tanya Amaira melihat mimik wajah Naufal.

"A–ku ... aku ... aku ... cu–cuma kaget. Ka–kamu cantik sekali!" puji Naufal dengan suara yang terbata-bata.

Naufal merasakan dirinya sendiri tampak aneh. Ia tidak pernah seperti ini. Gugup dan salah tingkah di hadapan cewek. Tanpa ia sadari tangannya bergerak memegang dadanya yang dari tadi tampak berdegup kencang. Sementara gadis itu hanya diam tak berekspresi mendengar pujian dari cowok berkacamata yang berada di hadapannya saat ini.

Masih dengan wajah yang gugup, Naufal kembali bertanya, "Ke–kenapa kamu memakai masker kalau wajahmu sangat cantik?"

"Aku sedang terkena alergi debu, jadi dokter menyarankan agar memakai masker dulu sampai aku membaik," jawab Amaira.

Naufal mengangguk-anggukkan kepalanya. Sekarang ia sudah mendapatkan jawaban atas segala pertanyaannya tentang gadis itu. Sorot mata Amaira yang begitu tajam membuat Naufal tak mampu berkedip memandangnya.

"Jika rasa penasaranmu telah terjawab, pergilah! Aku juga akan pergi ke perpustakaan," lanjut Amaira.

Amaira langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Naufal yang masih terpaku dari tempatnya berpijak. Cowok itu kembali memegang dadanya, jantungnya masih berdetak kencang seolah sedang berlari maraton. Matanya pun belum bisa lepas dari kepergian Amaira.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Amaira memasuki perpustakaan. Ruangan itu sangat sunyi tanpa ada penjaga maupun orang di dalamnya. Gadis itu menyusuri rak buku sejarah. Berniat mencari bacaan sejarah Indonesia. Jari-jarinya mulai menyentuh barisan buku sejarah dari penulis-penulis Indonesia.

Di tengah kesibukannya mencari-cari buku bacaan sejarah, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Ia menatap ke arah pintu. Seorang guru laki-laki yang berusia muda baru saja masuk. Guru itu bernama Pak Angga, mengajar bahasa Inggris.

Dia merupakan guru yang digandrungi kaum hawa. Pak Angga berjalan mencari bahan sumber yang berhubungan dengan pelajaran yang ia ajarkan.

Amaira tetap fokus melihat buku-buku sejarah. Berbagai judul telah dibacanya sekilas, tapi belum ada yang benar-benar serius dibacanya. Suara langkah kaki terdengar mendekatinya. Amaira tampak tak acuh. Ia tetap sibuk dengan bahan bacaannya sambil berdiri di depan rak buku.

Pak Angga berjalan menuju ke arahnya. Ekor mata gadis itu menangkap bayangan guru tampan. Namun, Gadis bermasker itu tetap tak acuh dan terus membaca. Sementara, Pak Angka terus berjalan mendekatinya. Bahkan sekarang ia berada di belakang gadis itu.

Tiba-tiba Amaira merasakan sentuhan jari-jari pak Angga di bahunya. Matanya melebar seketika. Namun, gadis itu tetap diam. Ia bisa merasakan aroma tubuh Pak Angga. Kini, jari-jari milik pria itu mulai turun ke pinggang. Pak Angga mendekatkan wajahnya ke telinga Amaira. Ia mengembuskan napasnya ke telinga gadis itu.

Amaira menutup matanya dalam-dalam. Tubuhnya bergetar ketakutan. Wajahnya memucat. Namun, bibirnya tetap terkunci rapat. Jari-jari nakal Pak Angga mulai turun ke pahanya. Gadis itu mulai melakukan perlawanan. Ia meronta. Tangannya berusaha menepis tangan nakal pria itu. Namun, yang ada malah pria itu mencengkram pergelangan tangannya dan menyandarkan tubuhnya ke rak buku.

Amaira panik. Pak Angga berusaha mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Amaira berusaha menghindar. Ia berteriak. Namun, percuma! Tak akan ada yang mendengarnya.

Pak Angga menarik masker Amaira hingga masker itu terjatuh di lantai. Wajah cantik gadis itu kini terpampang jelas tanpa penutup. Gadis itu mulai menangis ketakutan.

"Tenanglah, tenanglah! Di sini tidak ada siapa-siapa," ucap pak Angga dengan wajah mesum sambil menahan kedua tangan Amaira.

Gadis itu tetap meronta sekuat tenaga. Ia berusaha mendorong tubuh pak Angga yang tengah memeluknya. Ia menjerit. Terus melakukan perlawanan. Ia berhasil keluar dari pelukan tubuh guru bejad itu. Namun, Kakinya tersangkut di ujung rak buku. Ia terjatuh. Pak Angga langsung menindih tubuhnya. Gadis itu kembali berteriak sekuat tenaga.

Tiba-tiba, terdengar suara dari arah belakang. "Woi! Bisa tidak kalian melakukan itu tanpa mengganggu orang yang lagi tidur!" Suara teriakan terdengar dari arah lorong sebelah rak buku.

Pak Angga dan Amaira sama-sama terkejut mendengar teriakan orang itu. Mereka kompak menoleh ke arah sumber suara.

Saat ini, Aldrin baru saja bangun. Rupanya, ia telah lama tertidur di bawah lorong rak buku. Ia berdiri sambil menguap. Matanya menatap wajah pucat Pak Angga dan wajah ketakutan Amaira.

Dengan wajah panik, Pak Angga mencoba menjelaskan, "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kita hanya ... kita hanya ...."

"Lagi bicara apa, sih? Aku tidak mengerti!" ucap Aldrin sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, untuk melakukan peregangan otot.

Pak Angga terdiam. Bukankah itu artinya Aldrin tak mengetahui apapun? Dengan cepat, Pak Angga memutuskan keluar dari perpustakaan tersebut.

Perpustakaan itu menjadi hening. Aldrin menatap Amaira yang menunduk diam ketakutan di sudut ruangan. Wajah cantiknya jelas terlihat di mata cowok berambut blonde itu. Suara napasnya terdengar begitu tak beraturan. Seragamnya terlihat kusut. Sesekali terdengar suara isak tangis yang berusaha ia tahan.

Aldrin berjalan ke arah Amaira. Gadis itu kembali ketakutan dan berusaha menyembunyikan wajahnya. Aldrin menunduk untuk mengambil masker yang terjatuh di lantai. Ia melempar masker itu ke arah Amaira yang masih terduduk di lantai. Setelah melemparnya, cowok itu berbalik dan pergi tanpa sepatah kata.

Terpopuler

Comments

yza_arata

yza_arata

mackenyuuuuu aldrin gusnteng polll

2023-09-10

1

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

aldrin dapet 1 0 nih,secara tidak langsung nyelametin amaira

2023-07-28

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

cantik banget kek barbie😍 fix lah rebutan ini...apa aldrin beneran akan mengalah😄😄

2023-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!