chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki

Aldrin membentangkan tangannya ke arah Naufal. Lelaki berkacamata itu langsung menghampirinya dan memeluknya. Mereka seperti sepasang kekasih yang telah lama berpisah.

"Loh kok kamu pakai kacamata? Sudah kayak kakek-kakek tahu!" cela Aldrin sambil mengambil kaca mata milik Naufal dan langsung mencoba di matanya.

"Kamu makin keren aja. Kayak artis Hollywood!" puji Naufal menatap penampilan Aldrin dari atas ke bawah.

"Aldrin sayang, akhirnya kau kembali, Nak!" Ardhilla menghampiri putranya yang telah tumbuh dewasa. Saathendak memeluknya, Aldrin malah memilih menghindarinya sembari melempar tatapan dingin.

"Hei, Nyonya. Kok makin kelihatan tua," ejek Aldrin sembari meringis.

Sikap Aldrin yang menolak berpelukan, ditambah lagi celaannya yang mengejeknya tua, membuat senyum yang menggantung di bibir Ardhilla memudar. Rupanya, ekspresi wajah Ardhilla tertangkap oleh Naufal.

Naufal mengalihkan pandangan ke Aldrin. "Kau tidak boleh berkata seperti itu pada ibu," tegurnya.

Mendengar nasihat Naufal, Aldrin hanya menyunggingkan. Dengan santai, ia berjalan menuju mobil sambil menarik kopernya.

Selama di perjalanan, Aldrin hanya sibuk mendengarkan musik yang terhubung di earphone-nya. Ia duduk di samping supir, sementara Naufal dan Ardhilla duduk di belakang. Lelaki yang kini berusia tujuh belas tahun itu terus bernyanyi sambil menghentak-hentakkan kaki seolah tak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Saat tiba di rumah, Aldrin memasuki kamar yang pernah ia tempati sembilan tahun lalu. Tak ada yang berubah dari kamar itu, semuanya masih sama seperti sebelum ia meninggalkan dan pergi ke luar negeri.

Aldrin membuka kopernya lalu memindahkan semua pakaiannya ke dalam lemari. Ia mengambil sebuah tas kecil lalu membuka resleting tas tersebut. Di dalam tas itu terdapat sebuah biola tua yang sempat ia ambil saat terakhir kali ke rumah Ayahnya.

Tangannya menyentuh senar biola dengan lembut. Ingatannya pun melayang pada masa lalu. Saat ia masih menjadi pengamen jalanan, yang mana ayahnya akan menyanyi sambil memetik gitar dan ia yang memainkan biola itu. Ya, mereka mengamen berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Aldrin, Ayah memintamu menemuinya!" Suara Naufal yang datang dari arah pintu kamar tiba-tiba menyadarkannya.

Aldrin menoleh. Ia mengangguk dan langsung bergegas menemui Ayah tirinya di ruang kerja.

Aldrin mengetuk pintu ruangan Tuan Adam. Tak lama kemudian, terdengar suara yang menyuruhnya masuk. Ia melangkah ke ruangan itu dan melihat ayah tirinya duduk di sofa sambil memegang sebuah koran.

"Hallo, Tuan," sapa Aldrin pada ayah tirinya.

"Duduk sini!" perintah Tuan Adam menunjuk kursi sofa di depan.

Aldrin melempar bokongnya di sofa empuk, menyandarkan tubuhnya seraya melipat satu kakinya ke atas pahanya. Ia melirik ke wajah ayah tirinya yang tampak geram.

"Apa kau tahu kenapa tiba-tiba aku menyuruhmu pulang dan melanjutkan sekolahmu di sini?" tanya Adam dengan nada serius.

"Eemmmm ... itu ... " Aldrin memutar bola matanya ke atas lalu kembali berucap, "Itu karena Tuan merindukan aku, iya, 'kan?" jawabnya cengengesan.

"Jangan membuatku bersikap tegas padamu!" tekan Adam dengan geram hingga guratan-guratan di dahinya bermunculan.

Aldrin bergeming. Ia justru mengerutkan bibirnya seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Gurumu mengatakan padaku, selama dua tahun terakhir ini, kau banyak berubah. Sering bolos kelas, membentuk gangster di sekolah, kabur dari asrama untuk pergi ke kelab malam, mabuk-mabukan dan membawa pacarmu masuk ke dalam asrama," ungkap Tuan Adam menggebu-gebu dengan mata Adam begitu tajam dan suara yang tegas.

Aldrin menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, lalu berkata dengan santai, "Oh, guru itu rupanya lebih cocok menjadi mata-mata."

"Aku bicara serius padamu," bentak Adam dengan suara yang meninggi. Tampaknya, ia mulai kehilangan kesabaran.

Aldrin kembali melirik ke arah Tuan Adam yang menampilkan raut wajah menegang. Bukannya meminta maaf, matanya malah mendelik seraya memajukan bibirnya seperti bebek.

"Dua tahun lalu kau pergi ke Dubai diam-diam, dan setelah itu kau malah berubah!" Adam kembali mengungkap semua yang dilaporkan guru Aldrin.

Diam. Lagi-lagi Aldrin hanya bergeming. Namun, matanya menatap sinis ke arah ayah sambungnya itu.

"Apa kau lupa sewaktu memohon padaku, kau bilang ingin seperti Zaki? Kupikir kau benar-benar serius, ternyata aku salah!" Adam menunjukkan ekspresi kekecewaan.

"Hidup seperti yang dia lakukan sangat membosankan! Aku sih ingin hidup bebas." Aldrin menyipitkan sebelah matanya dengan pandangan lurus ke depan.

Tampaknya, Adam telah kehabisan kata-kata untuk menegurnya. Berbicara dengannya sama seperti bicara dengan tembok. Percuma! Seribu nasihat seolah tak mempan. Aldrin malah tak mengambil pusing dengan teguran keras ayah sambungnya.

Setelah cukup lama berada di ruang ayahnya, Aldrin pun keluar dari ruangan ayahnya. Secara kebetulan, ia dan Zaki berpapasan bertepatan saat ia melangkah keluar dari ruangan kerja ayahnya.

"Ada yang baru pulang dari luar negeri ternyata. Kupikir, dia pulang membawa prestasi, nyatanya hanya membawa segudang masalah." Zaki menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menatap miris ke arah Aldrin. Ia lalu kembali berkata "Hufftt ... aku terlalu berlebihan menganggapmu sebagai saingan. Ternyata kau sama sekali bukan sainganku," ucap Zaki melempar senyum remeh.

Kata-kata yang dilontarkan Zaki, membuat Aldrin menghentikan langkahnya. Ia berbalik, menatap Zaki dengan sebelah alis yang terangkat, lalu berkata, "Mungkin, aku tidak sepintar dirimu, tapi pesonaku bisa mengalahkanmu. Lihat saja nanti!"

Senyum sinis langsung menghiasi wajah Aldrin. Ia memilih beranjak meninggalkan Zaki yang merasa kesal dengan ucapannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari pun telah berganti. Malam ini, akan diselenggarakan pesta perayaan kelulusan Zaki. Acara itu diselenggarakan di sebuah hotel mewah Jakarta. Banyak undangan yang datang dari berbagai kalangan, seperti: rekan bisnis, artis, sosialita dan penyanyi-penyanyi top papan atas yang akan menghibur mereka.

Para wartawan turut datang untuk mencari bahan berita yang bisa mereka liput. Zaki dan Naufal kompak memakai setelan jas hitam. Mereka menyambut setiap tamu yang berdatangan. Beberapa artis muda yang menjadi sahabat Zaki yang datang memberi selamat padanya.

"Hei, Bro, selamat, ya! Dengar-dengar, sudah mau jadi manajer nih!"kata salah satu sahabat Zaki yang merupakan anak salah satu pengusaha terkenal di Jakarta.

Zaki tersenyum. "Elu sendiri, gimana?" tanya Zaki

"Masih kuliah, Bro. Doain aja biar cepat selesai kayak lo. Eh, Maria mana? Lo masih jalan, kan, ma dia?" tanyanya lagi.

"Maria lagi di jalan. Bentar lagi ke sini kok. Eh, selamat bersenang-senang, ya." Zaki menepuk pundak sahabatnya lalu pamit permisi. Ia menyepi dari keramaian lalu mengambil ponsel dari saku jas, kemudian menghubungi pacarnya.

"Halo, lagi di mana?" tanya Zaki begitu telepon tersambung.

"Sudah di hotel kok. Tapi mau ke toilet dulu," jawab pacarnya dari balik saluran telepon.

"Oke, jangan lama-lama, ya? Acara sudah mau mulai nih!" ucap Zaki sembari mengedarkan pandangannya ke aula yang menjadi tempat acaranya berlangsung. Ia menutup telepon, lalu kembali menyapa tamu undangan.

Tidak jauh dari tempat Zaki berdiri, Ardhilla sedang di wawancara beberapa wartawan yang menanyakan kehadiran putra kandungnya. Ternyata, keberadaan Aldrin sebagai anak kandungnya baru terekspos media dan menduduki puncak berita terhangat. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun Ardhilla menyembunyikan darah dagingnya.

Tak ayal, wartawan pun sibuk memburu informasi tersebut. Mereka mempertanyakan status Aldrin dan siapa ayah kandungnya. Beberapa media malah menyangkut pautkan gosip hubungan gelapnya dengan mendiang sutradara Steve Arnold beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, Ardhilla langsung membantah semua tuduhan para wartawan.

"Tentu. Tentu dia akan datang ke sini. Ini 'kan acara kelulusan kakaknya. Mungkin, dia sedang menuju ke sini. Tunggu saja, ya!" ucap Ardhilla ramah.

Ardhilla buru-buru meninggalkan wartawan yang masih ingin mewawancarainya. Ia mendekati Naufal yang tengah menikmati alunan lagu yang dibawakan Glen Fredly.

"Apa Aldrin akan ke sini?" bisik Ardhilla cemas.

"Aku tidak tahu, Bu. Tadi aku tanya malah tidak dijawab," jawab Naufal.

"Tolong telepon dan bujuk dia agar segera datang!" pinta Ardhilla masih berbisik.

"Sudah ku telepon, Bu. Tapi nomornya tidak aktif."

Ardhilla mengembuskan napas kasar. Sialan! Ia mengumpat dalam hati, seraya bertanya-tanya keberadaan putranya itu. Wajahnya tampak kesal dan sesekali matanya menelisik ke seluruh ruangan berharap Aldrin ada di antara kerumunan tamu yang hadir. Ia ingin anak itu hadir agar bisa diperkenalkan dengan para kolega bisnis suaminya.

Di tempat lain, Maria berjalan memasuki toilet umum wanita. Ia berdiri di depan wastafel lalu mengambil tisu di dalam tas untuk membersihkan lipstik di bibirnya, kemudian mengganti warna lipstik sebelumnya dengan warna yang lebih cerah.

"Nah, kalo begini kan lebih cocok!" gumamnya di depan cermin sambil tersenyum.

Setelah merasa penampilannya lebih baik, ia pun terburu-buru keluar dari toilet menuju tempat acara. Saat berjalan di koridor, tiba-tiba ia bertabrakan dengan seorang pemuda tampan yang memakai setelan jas hitam bermotif bunga.

"Maaf ... maaf," ucap Maria pada pemuda itu sambil berlalu.

"Nona, anting-antingmu terjatuh." Seseorang dengan logat bahasa Indonesia yang kaku menegurnya dari belakang.

Maria memegang telinganya dan menyadari salah satu antingnya lepas. Ia membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah pemuda yang baru saja memanggilnya. Rupanya, dia adalah pemuda yang baru saja bertabrakan dengannya. Dengan cepat, Maria langsung mengambil anting-antingnya dari tangan pemuda itu.

"Terima kasih, ya," ucap Maria sambil memasang kembali anting-anting ke telinganya.

Pemuda yang memiliki wajah tampan itu hanya tersenyum dan memilih pergi. Maria tertegun. Ia merasa tak asing dengan wajah pemuda itu. Ia berpikir keras seraya mencoba mengingat di mana ia melihat sosok pemuda itu sebelumnya.

Mata Maria terbuka lebar seketika. Saat langkah pemuda itu belum terlalu jauh darinya, Maria bergegas memanggil.

" Hei, apa namamu Aldrin?"

Langkah pemuda itu terhenti sesaat, ia memutar tubuhnya perlahan lalu melempar senyum yang mematikan.

"Kok tahu?"

"Aku ... aku hanya menebaknya," jawab Maria ragu-ragu karena takut salah orang.

"Oh, tebakan yang benar!" ucap Aldrin sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah Maria.

Terpopuler

Comments

Her Lina

Her Lina

haduh bau2nya bakalan ada perang dingin antara zaki dan aldrin nih.

2024-03-04

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

omg...bad boy nih turunan bapaknya🙈🙉🙊

tp emang ganteng gimana donk....
klo kelakuan kayak naufal terlalu sempurna ya🤭

2023-07-28

2

Ambu Di La

Ambu Di La

adegan ini yg di bagian ending bikin nyesek

2022-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!