Jefri terdiam sesaat, matanya tak lepas memandang figur cantik di hadapannya. Wanita itu jauh lebih cantik dari tujuh tahun yang lalu. Sesaat ia tersadar dari lamunannya saat Ardhilla membuka suara,
"Kau masih mengenaliku? " tanyanya sekedar basa basi.
"Tentu!" jawabnya singkat.
Ardhilla tersenyum manis dan berkata, "Apa kau hanya biarkan aku berdiri di sini?"
"Rumahku berantakan. jika ada perlu katakanlah sekarang ! " jawab Jefri.
Mata mereka saling bertemu satu sama lain. Suasana tiba-tiba menjadi begitu dingin.
"Di mana Aldrin? Aku ingin bertemu dengannya," tanyanya kembali matanya mencoba mengintip masuk ke ruangan.
"Dia tidak ada!" tegas Jefri.
Ardhilla terdiam sesaat. "Aku merindukannya." tutur Ardhilla di ikuti dengan raut wajah sedih.
"Setelah tujuh tahun kau baru merindukannya? Tanya Jefri.
"Makanya aku ingin menebus kesalahanku. mungkin kau sudah mendengar apa yang aku alami. Aku sudah tidak bisa punya anak lagi. Aku ingin membawanya tinggal bersamaku," terang Ardhilla.
"Tidak bisa!" tegas Jefri.
"Aku ibunya!" kata wanita itu dengan nada yg agak tinggi.
"Dia tidak mengenal ibunya!" Jefri tak kalah dari Ardhilla, intonasinya lebih besar.
Ardhilla menatap tajam mata Jefri, diambilnya tangan pria itu sambil berkata, "Tolong, aku mohon! Biarkan aku membawanya. Aku ingin menebus kesalahanku, aku ingin membahagiakannya dengan membuat dia tinggal di tempat yang semestinya ia berada."
"Jadi maksudmu, aku tidak cukup membahagiakannya?" tanya Jefri
"Aku tahu kamu sangat menyayanginya dan kau pasti sudah berusaha yang terbaik untuknya. Tapi, apa kau tega membiarkan ia menjalani hidup seperti yang kau jalani. Tolong, dia masih punya aku. Setidaknya kau harus memikirkan masa depannya. Ia tidak mungkin akan terus begini," jelas wanita itu.
Jefri tak membalas ia hanya terdiam. Ardhilla melanjutkan ucapannya.
"Lagipula, saat ini dia tidak mengerti apa-apa, siapa yang tahu ketika dewasa nanti apa dia akan menerima kehidupannya yang sekarang? Apa kau bisa menjamin kehidupan ia dimasa depan akan lebih baik? Jika saat dewasa nanti ia mengetahui ibunya dan lebih memilih bersamaku bukannya akan lebih membuatmu sakit."
Satu per satu kata yang keluar dari mulut wanita itu bagaikan pedang yang menghunus tajam ke jantungnya. Ia tidak membalas ucapan wanita itu. Karena semua yang dikatakannya ada benarnya. Ia tidak mungkin membiarkan Aldrin akan terus menjalani hidup menyedihkan seperti dirinya. Mungkin suatu saat bocah lelaki itu akan bosan dengan kehidupannya dan memilih meninggalkannya.
"Keluarlah!" kata Jefri dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Baiklah. Kuharap kau bisa pikirkan itu baik-baik. Aku yakin kamu tahu sendiri apa yang terbaik untuknya. Aku pamit dulu. Ini kartu namaku, jika kau berubah pikiran silahkan hubungi aku," kata Ardhilla.
Ia membalikkan badannya hendak pergi. Namun, tiba-tiba ia mengingat sesuatu lalu berkata kembali, "Oh iyya, mengenai imbalannya. Jangan khawatir, aku akan memberikan kau uang yang banyak, mungkin bisa kau gunakan untuk modal usaha. Anggap saja itu imbalan karena telah menjaganya dengan baik selama ini. Atau jika kau mau aku bisa meminta suamiku untuk memperkerjakanmu."
Lagi-lagi Jefri hanya diam mematung. Di hadapan Tuan Adam ia tampil bak hero yang memasang badan untuk anaknya. Namun, di depan wanita ini ia telah kalah telak. Tak ada bantahan lagi atau aksi memukau seperti yang ia lakukan saat berada dikediaman Adam. Ia terus mematung sambil memandang tubuh wanita yang ia cintai berlalu hingga bayangannya menghilang dari pandangan pria itu.
**
Tak terasa pagi sudah berlalu dan berganti malam. Nampaknya Jefri hanya menghabiskan waktu dirumahnya sambil berdiam diri. Satu per satu ucapan Ardhilla pagi tadi terus terngiang di kepalanya.
"Apa dia akan menerima kehidupannya yang sekarang? Apa kau bisa menjamin kehidupan ia dimasa depan akan lebih baik?"
ucapan itu bagaikan sihir yang terus mengganggu ketenangannya. Pikirannya sangat kacau, Ia seperti berada ditengah lautan yang terombang-ambing ombak.
"Ayah, kau duluan pulang? " Aldrin datang membangunkan lamunannya.
"Iya," jawabnya singkat.
"Ayah aku capek sekali hari ini," keluh Aldrin sambil membaringkan tubuhnya.
"Oh ya ayah, apa tidak ada makan malam hari ini? " lanjutnya.
Jefri tersadar. Seharian ia hanya duduk mematung hingga ia lupa makan dan juga lupa membeli makan malam.
" Tunggulah di sini! aku akan membelimu makanan."
"Tidak usah ayah, aku sudah makan. Aku hanya heran kenapa ayah datang cepat dan tidak ada makanan dimeja makan. Tapi kupikir, kita harus menghemat supaya bisa segera menjemput ibu."
"Apa kau sangat ingin bertemu ibumu?"
"Tentu."
"Baiklah. Besok kita akan bertemu ibu." Wajah Jefri menjadi tak berdaya.
"Jangan becanda ayah. Ayah mengatakan itu hanya ingin membuatku senang atau hanya ingin menutup mulutku yang cerewet ?" tanya Aldrin dengan polos.
"Tidak, aku akan benar-benar membawamu bertemu dengan ibumu. Tidurlah cepat agar kau segera bertemu ibu!"
"Apakah kita akan naik kapal? Atau naik pesawat? "
"Jalan kaki. "
"Hmm ... udah kubilang kau hanya bercanda!" ketus Aldrin dan langsung membalikkan badannya memeluk bantal dan menutup matanya.
Beberapa saat kemudian Jefri mendekatinya yang telah tertidur. Ia mengusap rambutnya sambil berkata, " Terima kasih telah menemaniku selama tujuh tahun, besok aku akan membawamu ketempat yang lebih baik".
Jefri meraih tangan mungil anak itu, dikecupnya secara mendalam punggung tangan anak yang ia telah besarkan selama 7 tahun.
**
Keesokan paginya.
"Ayah kita sudah berjalan sejauh ini, sebenarnya kita mau kemana? " tanya Aldrin dengan peluh.
Ditengoknya ke kiri dan kanan. Ia tidak pernah ke sini sebelumnya. Ini adalah lokasi perumahan elit, di sekeliling lokasi penuh dengan rumah mewah dan mobil-mobil mewah yang melewati jalanan. Jefri menghentikan langkahnya, matanya memandang ke sebuah rumah paling megah dan mewah yang berada di lokasi itu.
"Aldrin, kita akan segera bertemu ibumu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Nacita
ih sedih bgt deh ah 😭
2024-03-08
0
Her Lina
kasian kamu jefri, semoga aldrin tidak melupakan mu 😭
2024-03-04
0
Tina Nine
😭😭😭😭😭
2024-01-30
0