Don'T Say Goodbye

Don'T Say Goodbye

chapter 1 : Awal Mula

...Aku adalah Cinderella Man...

...Yang mempunyai hobi memetik dawai biola...

...----------------...

 

Di sebuah pinggiran kota yang sangat sepi dan jauh dari keramaian orang, seorang wanita berparas cantik sedang meronta-ronta sekuat tenaga dari kedua tangan seseorang yang berusaha mencekiknya.

"To–tolong!" Dengan napas tersengal-sengal dan suara yang terbata-bata ia berusaha berteriak berharap seseorang dapat mendengar dan menolongnya.

Masih teringat siang tadi ia bertemu dengan Steve Arnold, Sutrada Film ternama yang mempunyai paras tampan berwajah blasteran Jerman.

"Steve, aku hamil. Kata dokter kandunganku menuju empat bulan," ucap Ardhilla pelan sambil meletakkan kedua tangan di perutnya.

"Apa?! kamu gila, ya? Kamu tahu sendiri, 'kan, akhir -akhir ini media gencar menggosipkan kedekatan kita, jika sampai ini tercium media, habislah kita!" kata Steve dengan intonasi nada yang tinggi.

"Terus, apa yang harus aku lakukan? Aku juga tidak mau hamil, tapi aku takut menggugurkan anak ini. Lagian ... aku merasa anak ini dikirim Tuhan untuk mempererat hubungan kita." Ardhilla melangkah mendekat dan langsung memeluk pinggang Steve, tetapi pria itu buru-buru melepasnya.

"Ardhilla, seharusnya dari awal kau sudah tahu hubungan kita hanya sebatas ranjang, aku sudah punya istri. Istriku anak seorang mentri. Habislah aku jika skandal kita ketahuan!" berangnya dengan mata yang membulat tajam seakan hendak menerkam Ardhilla lalu mencengkeramnya kuat-kuat dan membuangnya jauh.

"Apa maksudmu?"

Wajah Steve melembut sejenak. Ia meraih tangan Ardhilla berusaha membujuk selingkuhannya itu. "Gugurkan anak itu, aku akan menyuruh orang mengantarmu ke dokter dan kita akan gugurkan bayi itu di waktu yang tepat sebelum orang-orang mengetahuinya."

"Tidak ... tidak Steve! Aku akan tetap pertahankan anak ini." Ardhilla memegang perutnya, kakinya melangkah mundur menjauh dari Steve.

"Mengertilah! Kamu juga akan rugi, karirmu sekarang sangat bagus, tawaran iklan meningkat. Bukannya ini yang kamu inginkan?Ingat, aku telah banyak membantu menaikkan popularitasmu!"

Steve mencoba meyakinkan Ardhilla. Namun, Ardhilla tetap bersikukuh pada keputusannya dan langsung beranjak pergi. Ia tak habis pikir, keputusannya untuk mempertahankan janinnya akan membawanya dalam masalah besar malam ini.

 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ardhilla menutup ingatannya ketika masih terus berjuang untuk melepaskan tangan seseorang yang berusaha mencekiknya saat ini.

'Dia pasti orang suruhan Steve,' gumamnya dalam hati.

Ardhilla tidak menyangka, kehamilannya yang akan digunakan sebagai senjata agar Steve tunduk padanya dan mau menceraikan istrinya, malah berakibat fatal baginya. Lehernya makin tercekik dan ia mulai kesulitan bernapas. Ia merasa sudah sangat tidak berdaya.

BRUK!

Tiba-tiba sosok misterius yang mencekik lehernya terjatuh pingsan. Ardhilla bangun sambil terbatuk-batuk. Samar-samar, ia melihat sesosok lelaki yang terlihat tidak terawat, pakaiannya sangat lusuh dan memegang biola.

"Mba, kamu enggak apa-apa?" tanya seseorang dari balik kegelapan.

Telinganya sempat menangkap suara itu, tetapi ia tak dapat mencerna kalimat yang orang itu katakan. Saat ini kepalanya sangat pusing, pandangannya nanar, hingga kegelapan merenggut dirinya. Ia tak sadarkan diri.

Sekitar satu jam setelah kejadian yang menimpanya barusan, Ardhilla akhirnya membuka mata. Dengan penglihatan yang belum pulih sepenuhnya, ia menatap sekeliling ruangan tempatnya berada saat ini. Terlihat ruangan yang kumuh dan berantakan. Tempat ini belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Hanya ada satu ruangan di mana tempat tidur, meja makan, peralatan masak berkumpul di ruangan yang sesak.

"Kamu sudah bangun? Makanlah sedikit! Aku membawa kue. Maaf tidak ada nasi, aku belum sempat beli beras."

Suara seorang laki-laki datang dari arah pintu. Ardhilla menoleh ke sosok yang baru saja masuk. Ia dapat melihat jelas wajah lelaki yang kini berada di hadapannya.

"Apakah kau yang menyelamatkanku semalam?"

"Iya, kau pingsan semalam. Aku bingung, jadi aku bawa saja kamu ke rumahku. Jangan khawatir! Semalam aku tidak tidur di sini kok, aku tidur di luar. Hehehe," jelas pria itu sambil menyengir.

Pria yang belum diketahui namanya itu berusaha menjelaskan panjang lebar, tetapi Ardhilla sama sekali tidak tertarik dengan penjelasannya. Bola matanya justru berkeliling melirik ke kiri dan ke kanan ruangan tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel miliknya. Ardhilla segera mengambil ponselnya dari saku celananya. Panggilan telepon tersebut ternyata dari manajernya sendiri. Dengan segera, ia berdiri menepi dari sosok pria yang ada di hadapannya lalu menerima panggilan telepon tersebut.

"Hallo."

"Ardhilla, kamu di mana? Kamu sudah nonton gosip hari ini, enggak? Kau menjadi berita utama. Ada wartawan yang lihat kamu ke dokter kandungan beberapa hari yang lalu," tutur manajer dari balik telepon dengan nada serius.

'Gawat! Ternyata ada wartawan yang melihatku,' gumam Ardhilla.

"Terus, kita harus gimana?" tanya Ardhilla panik.

"Apanya yang gimana? Aku tanya kamu, ini benar enggak, sih? Kamu hamil? Apa kamu tahu, sekarang ini banyak wartawan yang berkumpul di depan apartemen kamu. Mendingan kamu jangan dulu pulang. Mereka juga sudah wawancara Steve Arnold dan terus menanyakan hubungan kalian," jelas manajernya yang sebelumnya memberi pertanyaan bertubi-tubi berusaha mencari tahu kebenaran.

"Terus, gimana tanggapan Steve?"

"Hei, pria sialan itu bilang dia sama sekali tidak ada hubungan sama kamu. Dia mengatakan hubunganmu dengannya hanya sebatas kerja. Kamu tahu, apa lagi yang dia katakan?" Manajer menjeda ucapannya sebelum kembali melanjutkan, "dia bilang, akan membatalkan semua proyek film yang terikat kontrak denganmu."

"Apa?!" Ardhilla terperanjat dari rasa keterkejutan dan langsung menutup telepon.

Wajah wanita itu memerah dengan rahang yang mengeras. Ia tidak menyangka lelaki yang begitu ia cintai justru tega melakukan hal itu padanya. Lelaki pertama yang dikenalnya dan membawanya menjadi artis papan atas saat ini. Ya, dia Steve Arnold. Seorang sutradara muda yang namanya terkenal di dunia hiburan Tanah Air.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ardhilla seorang yatim piatu yang hidup di panti asuhan. Saat ini usianya baru dua puluh tahun. Ia datang ke ibu kota sejak tiga tahun yang lalu. Kehidupannya yang monoton di panti membuatnya ingin mengubah nasib. Ia sangat terobsesi menjadi artis terkenal yang mempunyai banyak uang.

Bermodal wajah cantik, putih, dan mulus serta postur badan yang tinggi dan langsing membuatnya diterima menjadi model di usia tujuh belas tahun. Sayangnya, ia malah memasuki model majalah dewasa. Namun, semua itu tak masalah baginya asal bisa membuatnya menjadi terkenal dan bergelimang harta.

Sampai ia tak sengaja bertemu dengan Steve, seorang sutradara muda berusia tiga puluh lima tahun yang berdarah Jerman. Steve mengajaknya membintangi film terbarunya yang berjudul 'Cinta Anak Sekolah'. Ia menjadi wanita pemeran kedua saat itu. Tanpa diduga, film tersebut meledak di pasaran. Sehingga membuat ia dan Steve semakin dekat. Pada akhirnya, mereka menjalin hubungan diam-diam di balik layar.

"Mba, kamu baik-baik saja?" tanya pria itu setelah melihat reaksi Ardhilla selepas menerima panggilan telepon dari manejernya.

Ardhilla tersadar. Ia menoleh ke ara pria itu dan berkata, "Hmmm ... aku tidak apa-apa. Oh, ya, apa kamu bisa menolongku?"

"Katakan saja. Sebisa mungkin aku akan menolongmu," ucap pria itu sambil menyengir bodoh.

"Boleh enggak aku tinggal di sini untuk beberapa hari?" tanya Ardhilla ragu-ragu. Sebenarnya ia merasa dirinya terlalu konyol meminta hal itu pada pria yang tak dikenalnya. Namun, keadaannya yang terdesak membuat dirinya harus mengambil langkah cepat.

Ardhilla sudah berpikir baik-baik. Sekarang wartawan sedang mencarinya. Sementara, Steve juga tidak akan membiarkannya hidup. Melapor ke polisi tidak ada gunanya, hanya akan membuka aibnya sendiri. Mungkin pria ini bisa membantunya. Menurutnya, pria ini terlihat seperti orang baik-baik.

"Tentu saja boleh," kata pria itu sambil tersenyum. Walaupun wajahnya sangat kusam tapi senyum pria ini sangat menawan.

Pria itu memerhatikan wajah Ardhilla secara seksama. "Sepertinya aku pernah melihatmu, kamu seperti ... bintang iklan sabun mandi."

Ardhilla bergeming sambil menahan napas. Ia berusaha menghindar dari pandangan pria itu.

Sepertinya pria itu mengerti jika Ardhilla saat ini merasa tak nyaman. "Oh, iya, kita belum berkenalan. Namaku Jefri. Aku pengamen jalanan."

Pria berkulit eksotis tersebut mengulurkan tangannya. Namun, melihat wanita yang di depannya hanya diam, ia buru-buru menarik tangannya dan meletakkan di atas kepalanya seolah sedang menggaruk.

"Baiklah, aku kerja dulu. Kamu istirahat saja di sini!" sambung Jefri sambil menenteng biolanya dan langsung pergi begitu saja.

Ardhilla yang dari tadi sudah merasa muak langsung berdiri sambil memegang perutnya. "Dasar tidak berguna! Kupikir dengan kehadiranmu, aku bisa menjadi Nyonya Steve. Ternyata kehadiranmu malah membuat bencana bagiku."

Tangisan Ardhilla pecah, wanita itu menangis tersedu-sedu sambil memukul perutnya. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya, hingga membuatnya terkejut. Ia segera membalikkan badannya.

"Kamu ...." Ardhilla terkejut melihat pria yang bernama Jefri itu sekarang berada di depannya. Ia pikir pria itu telah pergi, tetapi tak disangka jika ia kembali.

"Kamu hamil?" tanya pria itu.

Mata Ardhilla terbelalak. Jantungnya berdegub kencang seketika. Ia ingin mengelak, tapi mulutnya seperti terkunci.

"Kamu Ardhilla, 'kan? Artis yang sering masuk televisi. Kenapa kamu ingin bunuh bayi itu? Apa bayi itu anak dari hubungan tanpa ikatan pernikahan?" tanya Jefri secara beruntun.

Ardhilla hanya terdiam. Sudut matanya terlihat ada genangan air mata yang siap jatuh ke pipinya. Tentu saja ia sangat malu! Sekarang, bertambah satu orang lagi yang tahu tentang kehamilannya. Ya, kehamilan yang tadinya membuat ia bahagia, kini berubah menjadi mimpi buruk baginya.

"Aku ... aku ... diperkosa. Jadi, bayi ini anak hasil pemerkosaan. Aku tidak menginginkan bayi ini. Tolong aku! Aku ingin menggugurkan bayi ini. Jika orang-orang luar sampai mengetahui aku hamil, lebih baik aku mati saja!" terangnya dengan wajah panik.

Jefri hanya bergeming dengan tatapan menilik.

"Tolong aku, ya? bantu aku menghilangkan anak ini," lanjut Ardhilla memohon setengah menunduk pada Jefri.

"Jangan digugurkan! Bayi itu tidak bersalah. Lahirkan anak itu. Jika kau tidak mau mengurusnya, berikan ia padaku. Aku akan menjadi ayah untuk anak itu." Tiba-tiba raut wajah Jefri berubah serius .

"A–apa katamu?" Ardhilla seolah tak percaya dengan kata yang baru saja dikeluarkan pria itu.

"Tinggallah di sini sampai anak itu lahir! Setelah anak itu lahir, kamu boleh memilih meninggalkan bayi itu bersamaku atau melanjutkan hidupmu sendiri," ucap lelaki itu dengan wajah yang tegas.

.

.

.

.

Hola! saya Aotian Yu. Terima kasih sudah mampir ke sini, selamat bergabung. Ini adalah karya saya yang paling saya favoritkan di antara karya saya lainnya, dan hanya ada di mangatoon/noveltoon. Novel ini memakai alur maju. Beberapa episode awal menceritakan masa kecil Tokoh utama. semoga kalian suka dan terima kasih bagi yg sudah merekomendasikan cerita ini pada teman2 lain.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

mampir di mari kaka Yu.

like
favorit
👍❤

2024-11-07

0

zaskia nurcahayati

zaskia nurcahayati

mampir lah kak yu,,,walaupun terlambat. kayaknya 5 taun yang lalu ya?🤭🤭

2024-09-06

1

Abie Mas

Abie Mas

baik bgt si jefri. adrian yg bikin jefri yg tanggung jawab

2024-08-28

1

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!