Ardhilla membuka pintu kamar. Ia menunjukkan kamar yang akan ditempati putranya itu. Tampak sebuah ruangan yang cukup besar dengan nuansa merah biru. Seprei dan gorden di kamar itu memakai karakter Spiderman. Bahkan, beberapa figuran Spiderman juga tersimpan rapi di meja belajar.
"Ini kamarmu. Suka, tidak?" tanyanya sambil menuntun Aldrin memasuki kamar itu. "Ayahmu bilang, kamu suka sama Spiderman. Jadi, ibu sengaja mendesain kamar seperti ini," lanjut Ardhilla dengan senyum yang merekah di wajahnya.
Aldrin hanya membisu sambil menelisik seluruh isi kamar. Kasur yang empuk, lantai yang mengkilap, dan ruangan yang sejuk dari mesin pendingin. Sangat kontras dengan kondisi rumah ayahnya di mana satu ruangan sudah mencakup tempat tidur, ruang makan dan dapur.
"Nyonya, makanannya sudah siap." Suara asisten rumah tangga terdengar dari arah pintu.
"Ayo, kita makan! Ibu akan kenalkan kamu sama saudara-saudaramu," ajak Ardhilla sambil menariknya keluar kamar.
Di ruang meja makan, Tuan Adam beserta kedua anaknya telah menunggu. Zaki dan Naufal kompak menengok ke arah Aldrin yang turun dari tangga bersama ibu sambung mereka. Naufal memerhatikan pakaian Aldrin yang dikenakan Aldrin. Berbeda dengannya dan juga kakaknya, Aldrin hanya memakai baju lusuh yang warnanya telah memudar dimakan matahari.
"Mereka berdua adalah saudaramu, yang ini Zaki dan ini Naufal," kata Ardhilla seraya menunjuk kedua putra sambungnya yang duduk rapi di hadapannya.
"Ibu, mungkin lebih tepat jika mengatakan kita adalah saudara tirinya, karena aku dan adikku tidak memiliki hubungan darah dengan anak itu. Aku bisa menerima ibu sebagai ibuku, tapi tidak bisa menerima dia sebagai sauraku!" ucap Zaki secara terang-terang dengan tatapan mata yang sinis.
"Zaki, kau tidak boleh bicara begitu! Dia adalah anak ibumu." Tegur Adam terhadap anak sulungnya yang berusia lima tahun lebih tua dari Aldrin.
Naufal yang sedari tadi diam, kini memilih ikut menasihati kakaknya. "Kakak, kita tidak boleh begitu. Dia 'kan anak ibu kita." Bocah itu lalu menoleh ke arah Aldrin dan menyapany, "Hai, aku Naufal, kita seumuran loh! Mulai besok, kita akan berangkat ke sekolah bersama-sama."
Meskipun umur Naufal lima tahun lebih muda dari Zaki, tetapi ia mempunyai karakter yang mandiri, supel dan pengertian. Berbeda dengan kakaknya yang sedikit angkuh dan tak suka berkawan dengan siapapun.
"Jangan-jangan ... setelah dia tinggal di sini, ibu sudah tidak sayang kita lagi!" ucap Zaki menunjukkan wajah cemas.
Mendengar ucapan Zaki, Ardhilla langsung berpindah tempat untuk menghampirinya. Ia merangkul kedua anak sambungnya sambil berkata, "Jangan khawatir, Sayang. Ibu akan tetap mencintai kalian."
Melihat kehangatan antara ibu dan saudara tirinya, membuat Aldrin mengepalkan kedua tangannya. Tatapan kebencian muncul dari sepasang bola matanya. Bagaimana mungkin orang yang disebut sebagai ibunya yang meninggalkannya dari sejak bayi, tapi memperlakukan anak tirinya begitu hangat?
Rumah yang mewah, pakaian yang bagus, dan juga makanan yang enak. Semua berbanding terbalik dengan narasi yang ayahnya katakan tentang ibunya. Tadinya, dia berpikir ibunya pasti orang sangat miskin sampai dia harus dibesarkan oleh ayahnya seorang diri. Tadinya, dia berpikir ibunya pasti berpakaian compang-camping. Ibunya pasti tidak punya uang untuk membelinya susu, makanya memilih untuk pergi meninggalkannya. Namun, kenyataan tentang ibunya membuatnya tertohok. Ibunya tidak miskin. Dia bahkan wanita karir yang berprofesi sebagai artis dan dinikahi oleh pengusaha kaya raya.
Di pikirannya terus bertanya, jika ibunya tidak miskin, kenapa tidak membawanya dari dulu? Kenapa harus meninggalkan dia dan ayahnya? Apakah demi keluarga ini?
Otak bocah itu terus berpikir keras sambil menyaksikan kehangatan keluarga itu di depan matanya. Melihat senyum hangat dari ibu dari dua saudara tirinya, membuatnya iri.
Mereka adalah keluarga yang lengkap, harmonis, dan berada. Berbeda dengannya yang hidup bertahun-tahun bersama seorang ayah tanpa ibu. Dia dan ayahnya harus mengamen dari satu lokasi berpindah ke lokasi lainnya untuk bisa makan. Namun di sini, mereka seakan tidak pernah kekurangan makanan.
Satu hari telah berlalu begitu saja. Matahari terbit dengan malu-malu siap untuk menemani orang-orang beraktivitas. Zaki, Naufal, dan Aldrin bersiap-siap berangkat ke sekolah. Tuan Adam telah mengurus sekolah Aldrin di tempat yang sama dengan anak keduanya.
Aldrin dan Naufal masuk ke mobil dan bersiap menuju ke sekolah diantar supir pribadi mereka. Di dalam mobil, Naufal terus mengajak Aldrin bercerita. Sayangnya, Aldrin memilih diam dan menunjukkan sikap dinginnya.
Meskipun tak dihiraukan, Naufal tak henti-hentinya bercerita tentang keluarganya. Ia menjelaskan jika ayah dan ibu mereka sangat sibuk.
"Ayahku orang yang sangat tegas. Dia juga sangat disiplin waktu. Sepertinya, kakakku mengikuti jejaknya. Ibu juga sangat sibuk. Dia selalu menghabiskan waktu di lokasi syuting. Hanya aku sendiri di rumah. Membosankan, bukan?" tutur Naufal memperlihatkan raut kesal.
Naufal menceritakan segalanya pada Aldrin. Termasuk tentang ibunya yang baru saja menjalani operasi pengangkatan rahim yang menyebabkan wanita itu tidak bisa punya anak lagi.
Mendengar cerita Naufal, membuat Aldrin makin geram. Kini, Ia telah mendapat jawaban atas pertanyaanengapa ibunya baru mengambilnya sekarang. Mungkinkah karena sang ibu sudah tak bisa punya keturunan?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ini adalah hari pertama Aldrin masuk sekolah. Sepanjang pelajaran berlangsung, ia hanya tertidur. Wajar, karena ia tak mengerti apa-apa dan tidak pernah bersekolah sebelumnya. Untungnya, Naufal selalu membangunkannya jika tiba-tiba guru melirik ke bangku mereka.
Jam pulang pun telah tiba. Semua murid bersorak sambil menggendong tas mereka masing-masing. Naufal menghampiri Aldrin yang baru saja berdiri.
"Ini bukumu, aku sudah mencatat semua pelajaran hari ini. Kau bisa membacanya di rumah," ucap Naufal menyerahkan buku catatan pada Aldrin.
"Aku tidak tahu membaca," jawab Aldrin sambil berlalu.
Naufal bergegas mengejarnya. "Kalau aku ajari membaca, mau tidak? Itu bukan hal yang sulit. Oh, iya, hari ini ada tugas matematika, kamu bisa—"
"Bisa diam, tidak? Dari pagi kau tidak berhenti bicara, bikin sakit telinga tahu!" ketus Aldrin kesal.
Aldrin langsung masuk ke mobil yang telah menunggu mereka. Tak menyerah, Naufal ikut bergegas masuk ke mobil dan duduk di samping Aldrin.
"Aku akan berhenti bicara kalau kau jadi temanku. Ayo kita berteman!" Naufal mengulurkan jari kelingkingnya di depan Aldrin.
Lagi-lagi Aldrin hanya diam. Ia kembali melempar tatapan dingin sambil menatap Naufal yang tersenyum hangat padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Her Lina
kasian naufal, tapi kasian juga aldrin. 😔
2024-03-04
0
sakura🇵🇸
ya ampun si naufal anak baik berharap berteman sama aldrin tp malah begini😭😭😭
sabar ya bro,aldrin aslinya baik koo....
2023-07-27
0
dimpi^ippuni
Naufal deketin Aldrin terus yaa... jangan nyerah
2023-03-17
0