Aldrin duduk di bangku paling ujung, tepatnya di belakang tempat duduk Naufal. Dengan cuek ia langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Apa yang dia lakukan? Tidur. Naufal menengok ke belakang, melihat Aldrin yang memejamkan matanya.
"Ya ampun, dia belum berubah juga ternyata. Masih sering tidur di kelas," gumam Naufal sambil menghela napas.
Jam istirahat telah datang. Sebagian siswa menggunakan waktu mereka untuk makan atau bersantai. Naufal membangunkan Aldrin yang masih tertidur di mejanya.
"Woi, mau makan, tidak? Jam istirahat cuma empat puluh lima menit, tahu!" Naufal menepuk bahu Aldrin agar ia terbangun.
"Tidak," jawabnya singkat dengan mata yang masih tertutup.
"Ya sudah, aku makan dulu, ya! Nanti kubeliin minuman deh," sahut Naufal. Ia langsung beranjak keluar dari kelas menuju kantin.
Seorang cowok bertampang keren dan sok cool berjalan ke setiap kelas. Cowok berperawakan tinggi itu memiliki ekspresinya dingin. Sepasang alisnya yang tegas menambah ketajaman tatapan matanya. Meski tampan, auranya justru menakutkan. Ia mempunyai empat anak buah yang akan selalu mengikuti kemana ia berjalan.
Bryan namanya. Siswa kelas 3. Semua Siswa takut padanya. Ia suka memalak adik kelas. Mereka yang dipalak akan memberi uang mereka karena tak mau berurusan dengannya. Tak ada yang berani padanya. Ia dijuluki preman sekolah karena selalu berkuasa.
Bryan berjalan memasuki ruang kelas Naufal. Tak banyak siswa di kelas itu karena sebagian dari mereka keluar mencari makan. Siswa-siswa langsung ketakutan begitu melihatnya bersama empat pengawal setia yang tampangnya tak kalah seram.
Mata Bryan tertuju ke arah Aldrin yang tengah tertidur pulas di meja. Ia menggebrak meja Aldrin sambil berteriak, "Oh, jadi ini murid baru dari Amerika?"
Suaranya sontak membangunkan Aldrin.
Beberapa siswi yang ada di kelas itu ketakutan melihatnya. Mereka tak rela jika murid baru itu akan disentuh oleh si cowok preman.
Aldrin terbangun. Ia menguap lebar tepat di hadapan Bryan. Kemudian menatap Bryan dengan tatapan remeh.
"Woi, woi, berani bener lo tatap Bryan kayak gitu? Mau menantang kita?!" teriak salah satu pengawalnya.
"No problem, Bray. Dia enggak tahu tentang keberadaan kita di sekolah ini. 'kan, masih murid baru. Benar, gak?" ucap Bryan santai sambil menepuk-nepuk pipi Aldrin, "Mana uang lo!" pinta Bryan tanpa basa-basi.
Aldrin masih duduk diam di bangkunya. Namun, matanya menatap tajam kakak kelas yang mengelilinginya. Melihat Aldrin tak mengacuhkan mereka, membuat Bryan berang.
"Lo ngerti gak yang gue bilang? Oke ... oke gue pakai bahasa inggris biar Lo ngerti. Give your money!" teriak Bryan sambil menarik kerah baju Aldrin hingga membuatnya tergeser dari posisi duduk
Aldrin tetap bergeming. Namun, tangannya memegang tangan Bryan yang menarik kamejanya.
BRUKK!
Sebuah suara hantaman terdengar cukup keras. Aldrin membanting Bryan ke lantai. Empat anak buahnya dipukulnya tak henti-henti. Semua orang di dalam kelas terkejut. Siswi-siswi menjerit ketakutan. Banyak siswa dari kelas lain datang untuk menyaksikan adegan heroik itu.
Naufal mengambil makanan dan minuman yang ada di Kantin. Karena ini adalah sekolah elit, jadi makanan di sini juga telah disediakan dengan menu yang beraneka ragam. Siswa-siswi hanya tinggal memilihnya.
Naufal membawa nampan yang berisi menu nasi ayam lalu berjalan menuju tempat duduk bersama kawan-kawannya. Tiba-tiba terdengar suara panik dari kakak kelas yang berbicara dengan kawannya di meja sebelah.
"Gila! Ada murid baru yang berani pukul Bryan. Sekarang lagi berkelahi tuh di kelas dua!" teriaknya heboh.
Mendengar orang itu mengatakan murid baru di kelas dua, sontak membuat Naufal terlonjak. Ia langsung berlari cepat ke ruang kelasnya. Dari jauh ia bisa melihat ruangan itu penuh dengan siswa-siswa dari kelas lain yang sedang mengintip lewat jendela dan pintu.
Naufal bergegas masuk ke kelasnya. Saat ini, Aldrin sedang menyandarkan Bryan ke dinding. Ekspresinya sangat menakutkan. Sorot matanya tajam memancar seperti wujud dewa kematian.
Naufal benar-benar terperanjat. Ini kedua kalinya ia melihat tatapan yang memancarkan tombak api dari mata Aldrin.
Ingatannya melayang kembali saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, Aldrin yang masih duduk di kelas 1 memukuli anak kelas 6, karena memanggilnya dengan sebutan anak haram. Aldrin yang masih kecil terus menyerang anak itu hingga membuatnya terbaring di Rumah sakit selama enam hari. Tuan Adam sampai harus memberi sejumlah uang dan membiayai seluruh pengobatan anak itu demi menjaga nama baik keluarga. Bahkan, Ardhilla mengutus asistennya untuk datang ke rumah anak itu, memohon maaf atas perbuatan Aldrin berharap agar orangtuanya tak membocorkan masalah ini ke orang-orang.
Jangan. Jangan lakukan itu lagi ....
Naufal terus mengucapkan kalimat itu di dalam hati dengan perasaan yang cemas. Berharap agar Aldrin tidak mengulang kejadian yang sama. Namun, tampaknya ia masih belum puas memukul Bryan.
Ketika Aldrin hendak melayangkan tinju ke wajah Bryan, Naufal langsung berteriak memanggil namanya.
"Aldrin!"
Suara panggilan Naufal menghentikan gerakan tangan Aldrin. Ekor matanya menangkap bayang Naufal yang penuh kekhawatiran. Ia melepaskan tangannya yang mencengkram kerah baju Bryan, kemudian mengambil kursi yang terletak di sampingnya lalu melempar kursi itu ke dinding.
Suara benturan kursi itu membuat para siswi kembali berteriak ketakutan. Aldrin pun memilih keluar dari ruang kelas itu. Ia melewati Naufal dengan pandangan lurus ke depan. Semua siswa membuka jalan untuknya. Sepertinya, mereka terkesima melihat aksi Aldrin barusan. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ada siswa yang berani memukuli Bryan, si penguasa sekolah.
Naufal menoleh ke arah Bryan yang terduduk lemas tak berdaya.Wajahnya penuh dengan luka memar akibat pukulan. Naufal sangat tahu, dari kecil Aldrin memang tidak suka diusik. Dia akan memukuli orang-orang yang berani mengusiknya.
Satu jam setelah kejadian, Aldrin, Bryan dan empat siswa lainnya yang terlibat perkelahian keluar dari ruang BK. Sepertinya mereka mendapat panggilan dari guru BK.
Naufal yang dari tadi menunggunya di depan ruangan, langsung menghampirinya. "Apa yang guru katakan? Apa guru menghukummu?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Hanya kasih nasihat," jawabnya sambil berjalan.
"Sesimpel itu?" Naufal melebarkan matanya, "Kalau ayah tahu kamu berkelahi, pasti ayah akan marah besar!" ucapnya sambil mengikuti langkah kaki Aldrin.
Aldrin menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Naufal sambil berkata, "Kalau begitu, sembunyikan ini dari ayahmu."
Sejak saat itu, Aldrin menjadi sangat populer di sekolah. Bukan hanya di kelas 2 saja, tapi juga kelas 1 dan kelas 3. Para siswa laki-laki mengakui kehebatan bela dirinya, sedangkan siswi-siswi begitu menggilai ketampanannya.
Hari ini, Bryan menemuinya kembali di ruang kelas. Semua siswa di kelas itu menyingkir ketakutan melihat kehadiran Bryan. Mereka mengira Bryan datang untuk melakukan pembalasan dendam. Pikiran itu juga terlintas di benak Naufal saat ini.
Bryan menuju ke meja Aldrin. Dia menghampiri Aldrin yang sedang duduk santai sambil mendengarkan musik dari earphone-nya. Naufal berusaha menghadang Bryan. Namun, dia gagal keren ketika dengan mudahnya Bryan menggeser tubuhnya hingga kembali terduduk di tempatnya.
Kini, Bryan dan Aldrin kembali saling berhadapan. Manik legam mereka saling melempar tatapan tajam. Suasana tegang menyelimuti ruangan itu. Tiba-tiba, Bryan menyodorkan tangannya yang membentuk kepalan tinju.
"Lo mau jadi teman gue, enggak? Anggap aja ini permintaan maaf gue," ucap Bryan tanpa merasa gengsi.
Aldrin bergeming. Tatapannya masih tak lepas dari mata Bryan. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum. Tangannya ikut mengepal dan menyambut salam tinju yang terulur dari Bryan. Mereka berpelukan sebagai tanda masalah telah selesai. Tanpa ada drama, tanpa ada bumbu-bumbu lainnya. Karena persahabatan antara lelaki hanya sesederhana itu.
Naufal tersenyum melihat kedua orang itu saling berpelukan dan tertawa bersama. Ia tak menyangka sosok murid yang begitu ditakuti murid-murid lainnya, kini mau datang meminta maaf langsung, bahkan menurunkan ego dan harga dirinya. Aldrin yang pendendam pun, mau memaafkan serta menerimanya sebagai teman.
.
.
.
.
btw, visual Bryan yang lebih jelas ada di chapter-chapter berikutnya yaa... tak kalah cakep Lo sama Aldrin 🙄😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
ini sih ada kepentingan masing2 kayaknya..bukan berdamai
biang rusuh berkumpul😄
2023-07-28
1
Ntah
mngkin aldrin bgtu utk mmbntuk pertahanan yakkk heeee sotoy bgt aku pdhl gk bsa nebak jln crta engkong 😅😅
2021-10-14
0
🌴😋jingga😋🌴
Ya elaaah jangan2 mau bikin geng lagi si aldrin., 😂😂😂😂
2021-06-20
0