chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas

Aldrin duduk di bangku paling ujung, tepatnya di belakang tempat duduk Naufal. Dengan cuek ia langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Apa yang dia lakukan? Tidur. Naufal menengok ke belakang, melihat Aldrin yang memejamkan matanya.

"Ya ampun, dia belum berubah juga ternyata. Masih sering tidur di kelas," gumam Naufal sambil menghela napas.

Jam istirahat telah datang. Sebagian siswa menggunakan waktu mereka untuk makan atau bersantai. Naufal membangunkan Aldrin yang masih tertidur di mejanya.

"Woi, mau makan, tidak? Jam istirahat cuma empat puluh lima menit, tahu!" Naufal menepuk bahu Aldrin agar ia terbangun.

"Tidak," jawabnya singkat dengan mata yang masih tertutup.

"Ya sudah, aku makan dulu, ya! Nanti kubeliin minuman deh," sahut Naufal. Ia langsung beranjak keluar dari kelas menuju kantin.

Seorang cowok bertampang keren dan sok cool berjalan ke setiap kelas. Cowok berperawakan tinggi itu memiliki ekspresinya dingin. Sepasang alisnya yang tegas menambah ketajaman tatapan matanya. Meski tampan, auranya justru menakutkan. Ia mempunyai empat anak buah yang akan selalu mengikuti kemana ia berjalan.

Bryan namanya. Siswa kelas 3. Semua Siswa takut padanya. Ia suka memalak adik kelas. Mereka yang dipalak akan memberi uang mereka karena tak mau berurusan dengannya. Tak ada yang berani padanya. Ia dijuluki preman sekolah karena selalu berkuasa.

Bryan berjalan memasuki ruang kelas Naufal. Tak banyak siswa di kelas itu karena sebagian dari mereka keluar mencari makan. Siswa-siswa langsung ketakutan begitu melihatnya bersama empat pengawal setia yang tampangnya tak kalah seram.

Mata Bryan tertuju ke arah Aldrin yang tengah tertidur pulas di meja. Ia menggebrak meja Aldrin sambil berteriak, "Oh, jadi ini murid baru dari Amerika?"

Suaranya sontak membangunkan Aldrin.

Beberapa siswi yang ada di kelas itu ketakutan melihatnya. Mereka tak rela jika murid baru itu akan disentuh oleh si cowok preman.

Aldrin terbangun. Ia menguap lebar tepat di hadapan Bryan. Kemudian menatap Bryan dengan tatapan remeh.

"Woi, woi, berani bener lo tatap Bryan kayak gitu? Mau menantang kita?!" teriak salah satu pengawalnya.

"No problem, Bray. Dia enggak tahu tentang keberadaan kita di sekolah ini. 'kan, masih murid baru. Benar, gak?" ucap Bryan santai sambil menepuk-nepuk pipi Aldrin, "Mana uang lo!" pinta Bryan tanpa basa-basi.

Aldrin masih duduk diam di bangkunya. Namun, matanya menatap tajam kakak kelas yang mengelilinginya. Melihat Aldrin tak mengacuhkan mereka, membuat Bryan berang.

"Lo ngerti gak yang gue bilang? Oke ... oke gue pakai bahasa inggris biar Lo ngerti. Give your money!" teriak Bryan sambil menarik kerah baju Aldrin hingga membuatnya tergeser dari posisi duduk

Aldrin tetap bergeming. Namun, tangannya memegang tangan Bryan yang menarik kamejanya.

BRUKK!

Sebuah suara hantaman terdengar cukup keras. Aldrin membanting Bryan ke lantai. Empat anak buahnya dipukulnya tak henti-henti. Semua orang di dalam kelas terkejut. Siswi-siswi menjerit ketakutan. Banyak siswa dari kelas lain datang untuk menyaksikan adegan heroik itu.

Naufal mengambil makanan dan minuman yang ada di Kantin. Karena ini adalah sekolah elit, jadi makanan di sini juga telah disediakan dengan menu yang beraneka ragam. Siswa-siswi hanya tinggal memilihnya.

Naufal membawa nampan yang berisi menu nasi ayam lalu berjalan menuju tempat duduk bersama kawan-kawannya. Tiba-tiba terdengar suara panik dari kakak kelas yang berbicara dengan kawannya di meja sebelah.

"Gila! Ada murid baru yang berani pukul Bryan. Sekarang lagi berkelahi tuh di kelas dua!" teriaknya heboh.

Mendengar orang itu mengatakan murid baru di kelas dua, sontak membuat Naufal terlonjak. Ia langsung berlari cepat ke ruang kelasnya. Dari jauh ia bisa melihat ruangan itu penuh dengan siswa-siswa dari kelas lain yang sedang mengintip lewat jendela dan pintu.

Naufal bergegas masuk ke kelasnya. Saat ini, Aldrin sedang menyandarkan Bryan ke dinding. Ekspresinya sangat menakutkan. Sorot matanya tajam memancar seperti wujud dewa kematian.

Naufal benar-benar terperanjat. Ini kedua kalinya ia melihat tatapan yang memancarkan tombak api dari mata Aldrin.

Ingatannya melayang kembali saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, Aldrin yang masih duduk di kelas 1 memukuli anak kelas 6, karena memanggilnya dengan sebutan anak haram. Aldrin yang masih kecil terus menyerang anak itu hingga membuatnya terbaring di Rumah sakit selama enam hari. Tuan Adam sampai harus memberi sejumlah uang dan membiayai seluruh pengobatan anak itu demi menjaga nama baik keluarga. Bahkan, Ardhilla mengutus asistennya untuk datang ke rumah anak itu, memohon maaf atas perbuatan Aldrin berharap agar orangtuanya tak membocorkan masalah ini ke orang-orang.

Jangan. Jangan lakukan itu lagi ....

Naufal terus mengucapkan kalimat itu di dalam hati dengan perasaan yang cemas. Berharap agar Aldrin tidak mengulang kejadian yang sama. Namun, tampaknya ia masih belum puas memukul Bryan.

Ketika Aldrin hendak melayangkan tinju ke wajah Bryan, Naufal langsung berteriak memanggil namanya.

"Aldrin!"

Suara panggilan Naufal menghentikan gerakan tangan Aldrin. Ekor matanya menangkap bayang Naufal yang penuh kekhawatiran. Ia melepaskan tangannya yang mencengkram kerah baju Bryan, kemudian mengambil kursi yang terletak di sampingnya lalu melempar kursi itu ke dinding.

Suara benturan kursi itu membuat para siswi kembali berteriak ketakutan. Aldrin pun memilih keluar dari ruang kelas itu. Ia melewati Naufal dengan pandangan lurus ke depan. Semua siswa membuka jalan untuknya. Sepertinya, mereka terkesima melihat aksi Aldrin barusan. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ada siswa yang berani memukuli Bryan, si penguasa sekolah.

Naufal menoleh ke arah Bryan yang terduduk lemas tak berdaya.Wajahnya penuh dengan luka memar akibat pukulan. Naufal sangat tahu, dari kecil Aldrin memang tidak suka diusik. Dia akan memukuli orang-orang yang berani mengusiknya.

Satu jam setelah kejadian, Aldrin, Bryan dan empat siswa lainnya yang terlibat perkelahian keluar dari ruang BK. Sepertinya mereka mendapat panggilan dari guru BK.

Naufal yang dari tadi menunggunya di depan ruangan, langsung menghampirinya. "Apa yang guru katakan? Apa guru menghukummu?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Hanya kasih nasihat," jawabnya sambil berjalan.

"Sesimpel itu?" Naufal melebarkan matanya, "Kalau ayah tahu kamu berkelahi, pasti ayah akan marah besar!" ucapnya sambil mengikuti langkah kaki Aldrin.

Aldrin menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Naufal sambil berkata, "Kalau begitu, sembunyikan ini dari ayahmu."

Sejak saat itu, Aldrin menjadi sangat populer di sekolah. Bukan hanya di kelas 2 saja, tapi juga kelas 1 dan kelas 3. Para siswa laki-laki mengakui kehebatan bela dirinya, sedangkan siswi-siswi begitu menggilai ketampanannya.

Hari ini, Bryan menemuinya kembali di ruang kelas. Semua siswa di kelas itu menyingkir ketakutan melihat kehadiran Bryan. Mereka mengira Bryan datang untuk melakukan pembalasan dendam. Pikiran itu juga terlintas di benak Naufal saat ini.

Bryan menuju ke meja Aldrin. Dia menghampiri Aldrin yang sedang duduk santai sambil mendengarkan musik dari earphone-nya. Naufal berusaha menghadang Bryan. Namun, dia gagal keren ketika dengan mudahnya Bryan menggeser tubuhnya hingga kembali terduduk di tempatnya.

Kini, Bryan dan Aldrin kembali saling berhadapan. Manik legam mereka saling melempar tatapan tajam. Suasana tegang menyelimuti ruangan itu. Tiba-tiba, Bryan menyodorkan tangannya yang membentuk kepalan tinju.

"Lo mau jadi teman gue, enggak? Anggap aja ini permintaan maaf gue," ucap Bryan tanpa merasa gengsi.

Aldrin bergeming. Tatapannya masih tak lepas dari mata Bryan. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum. Tangannya ikut mengepal dan menyambut salam tinju yang terulur dari Bryan. Mereka berpelukan sebagai tanda masalah telah selesai. Tanpa ada drama, tanpa ada bumbu-bumbu lainnya. Karena persahabatan antara lelaki hanya sesederhana itu.

Naufal tersenyum melihat kedua orang itu saling berpelukan dan tertawa bersama. Ia tak menyangka sosok murid yang begitu ditakuti murid-murid lainnya, kini mau datang meminta maaf langsung, bahkan menurunkan ego dan harga dirinya. Aldrin yang pendendam pun, mau memaafkan serta menerimanya sebagai teman.

.

.

.

.

btw, visual Bryan yang lebih jelas ada di chapter-chapter berikutnya yaa... tak kalah cakep Lo sama Aldrin 🙄😁

Terpopuler

Comments

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

ini sih ada kepentingan masing2 kayaknya..bukan berdamai
biang rusuh berkumpul😄

2023-07-28

1

Ntah

Ntah

mngkin aldrin bgtu utk mmbntuk pertahanan yakkk heeee sotoy bgt aku pdhl gk bsa nebak jln crta engkong 😅😅

2021-10-14

0

🌴😋jingga😋🌴

🌴😋jingga😋🌴

Ya elaaah jangan2 mau bikin geng lagi si aldrin., 😂😂😂😂

2021-06-20

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!