chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian

Sudah sembilan tahun berlalu. Sekarang Ardhilla telah menginjak usia tiga puluh tujuh tahun. Kecantikannya tidak berubah sama sekali. Popularitasnya sebagai Artis sejak usia sembilan belas tahun tahun telah mengantarkannya menjadi artis senior yang diperhitungkan saat ini. Ia juga merupakan sosialita kelas atas di Indonesia.

Hari ini malam penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) yang di selenggarakan di teater besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Ardhilla memenangkan nominasi sebagai Pemeran utama wanita terbaik di film yang dibintanginya.

"Terima kasih untuk keluargaku serta para fans yang telah mendukungku selama ini. Terima kasih juga untuk rekan-rekan Artis, Sutradara, Produser dan semua pekerja seni yang bekerja dibelakang layar. Saya mencintai kalian semua," ucap Ardhilla di atas panggung sambil memegang piala FFI yang ia terima.

Hari ini, ia terlihat sangat cantik dan anggun. Dengan gaun hitam panjang rancangan desainer Ivan Gunawan dan makeup soft glamour hasil polesan dari profesional MUA nomor satu di Indonesia Bennu Sorumba. Di meja VIP, Adam bersama dua anaknya yang telah beranjak dewasa tengah duduk menyaksikan dirinya dari atas panggung. Mereka kompak mengenakan setelan jas hitam.

Usia Zaki sekarang telah menginjak dua puluh dua tahun tahun. Ia baru saja meraih gelar master jurusan manajemen keuangan di Harvard. Sedangkan Naufal baru menuju tujuh belas tahun. Ia baru naik kelas 2 SMA di sekolah swasta berbasis Internasional di Jakarta pusat.

"Selamat, ya, Bu," kata Zaki sambil memeluk ibu sambungnya itu.

"Selamat banyak, Bu." Naufal tak mau kalah dengan memberi buket bunga besar untuk Ardhilla.

Setelah acara penganugerahan bubar, para wartawan langsung mengerumuni Ardhilla, menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.

"Selamat Mba atas kemenangannya. Apakah sebelumnya Mba sudah memprediksi akan memenangkan kategori ini?" tanya salah satu wartawan.

"Oh, tentu saja ini di luar dugaan. Aku sama sekali tidak menduga piala ini akan jatuh ke tanganku. Apalagi, semua yang masuk dalam kategori adalah artis-artis hebat," jawab Ardhilla sembari memegang dadanya, mencoba untuk merendah.

"Oh, iya, akhir-akhir ini ada gosip yang mengatakan sebelum menikah dengan pak Adam, Mba memiliki seorang anak laki-laki, dan sampai sekarang anak itu Mba sembunyikan di luar negeri. Benar, tidak?" Salah satu wartawan memberikan pertanyaan menyelidik.

"Ah, itu tidak benar," bantah Ardhilla dengan cepat, "Aku tidak menyembunyikan identitasnya. Dia bersekolah di luar negeri dan akan kembali besok lusa," tangkasnya sambil tetap berusaha tersenyum meskipun kesal karena merasa disudutkan.

"Berarti benar dong kalau selama ini Mba mempunyai seorang anak dan itu bukan anak dari Pak Adam!" sahut wartawan lainnya.

"Benar. Sebenarnya dia adalah anakku satu-satunya dari pernikahanku sebelumnya. Waktu itu aku pernah menikah dengan bule dan mempunyai anak. Makanya aku pernah vakum di dunia hiburan selama setahun, 'kan?" Ardhilla mencoba mengarang cerita untuk menjawab pertanyaan wartawan.

Rupanya, wartawan belum juga puas. Mereka semakin brutal menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan. "Kalau begitu kenapa Mba baru berani mengungkapkan anak Mba sendiri ke publik?"

"Itu ... karena anakku tidak ingin diekspos media. Dia sangat rendah hati. Usianya sekarang seumuran dengan anak sambungku yang kedua," jawabnya lagi.

Wartawan tak henti-henti untuk melempar pertanyaan yang semakin membuatnya tercekik. Merasa lelah menjawab dan mencari alasan, Ardhilla pun menyudahi sesi wawancaranya itu.

"Maaf, ya, teman-teman, tanya jawabnya sampai di sini dulu. Keluargaku sudah menunggu dari tadi," tolak Ardhilla dengan sopan saat wartawan terus menyerangnya dengan pertanyaan yang semakin mengorek privasinya.

Baginya, menghadapi wartawan harus dengan kepala dingin. Mereka tidak boleh dikasari, dan jika memilih bungkam, mereka akan membuat judul berita yang tidak mengenakkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, tepatnya di sebuah studio yang dipenuhi dengan kamera, seorang gadis cantik berwajah oriental keturunan Jepang tengah melakukan syuting iklan produk kecantikan terbaru.

"Cut! kita break sejenak!" perintah sutradara iklan.

Gadis itu menghentikan aktivitas syutingnya lalu menghampiri seorang lelaki yang sedari tadi menunggunya. Rupanya, lelaki itu adalah Zaki, dan gadis yang baru saja selesai syuting adalah Maria—kekasihnya.

Maria adalah seorang pesinetron yang namanya sedang naik daun. Ia dan Zaki telah menjalani hubungan selama hampir dua tahun, bahkan keduanya telah dekat sejak mengecam bangku sekolah. Netizen sangat menyukai pasangan tersebut. Pasalnya, Zaki dan Maria menjalani hubungan yang dewasa, dalam artian tidak terlalu terlalu mengumbar kemesraan di media sosial seperti artis-artis pada umumnya.

"Tumben ke sini!" ujar Maria sambil membuka botol air mineral, lalu meneguknya.

"Kebetulan tadi lewat sini. Jadi, aku mampir sebentar," jawab Zaki tersenyum.

"Oh, iya, tadi pagi aku nonton di televisi, ibumu mengakui punya anak dari hasil pernikahannya sebelumnya. Berarti, kamu masih punya adik selain Naufal dong?" selidik Maria.

Zaki mengembuskan napasnya. "Ya, gitu deh. Dia sekolah di Amerika. Besok dia akan pulang karena ayah menyuruhnya menghadiri acaraku.

"Kok kamu baru bilang ke aku?" protes Maria seraya menunjukkan wajah cemberut.

"Soalnya ... tidak penting sama sekali!" cetus Zaki sambil memegang dagu lancip pacarnya.

"Aku penasaran, tampan tidak, ya? Katanya ayahnya bule. Berarti dia blasteran dong!"

Zaki tersenyum miring. Ia mendekatkan bibirnya di telinga Maria, lalu berbisik, "Dia lebih jelek dariku!"

Deru ponsel yang berdering mengalihkan perhatian Zaki. Ia merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Rupanya, telepon itu dari ayahnya yang menyuruhnya cepat pulang karena mereka akan makan siang bersama di rumah. Setelah menutup telepon, Zaki pun pamit pada Maria dan bergegas pulang ke rumah.

Satu jam kemudian, Zaki tiba di rumahnya. Ia menghampiri Tuan Adam, Ardhilla, dan Naufal yang telah duduk di meja makan. Zaki menarik kursi lalu memosisikan duduk di samping Naufal, dan berhadapan dengan Ardhilla.

"Bagaimana persiapan acaramu besok?" tanya Adam pada Zaki.

"Sudah rampung, Yah. Semua sudah siap. Gedungnya lagi didekor," jawab Zaki sambil mengambil piring.

"Aku mengundang beberapa teman Artis dan teman grup sosialitaku," imbuh Ardhilla sambil menyantap hidangan makan siang.

"Bagaimana dengan Aldrin, apa dia sudah berangkat?" Adam bertanya lagi.

"Sudah, Yah. Kira-kira sejam lagi dia tiba di bandara," jawab Naufal.

"Aku kira dia akan tiba besok," terka Zaki.

"Kalau begitu kalian berdua pergi menjemputnya bersama-sama," perintah Tuan Adam.

"Aku enggak bisa, Yah. Masih banyak urusan yang harus kuselesaikan hari ini," tolak Zaki sambil mengelap mulutnya dari sisa-sisa makanan.

"Biar aku saja yang menjemputnya bersama Naufal. Aku sudah merindukannya," kata Ardhilla sambil memegang punggung tangan Adam.

"Ya sudah, kalau begitu kau dan Naufal bersiap ke bandara. Kalau dia sudah datang, suruh dia menungguku di ruang kerja!" ucap Adam. Pria itu memanggil supir pribadinya, menyuruhnya menyiapkan mobil yang akan dipakai untuk menjemput Aldrin.

Setelah makan siang selesai, Naufal dan Ardhilla berangkat menuju bandara. Sesampainya di sana, mereka bergegas menuju terminal dua untuk penerbangan internasional. Ardhilla memantau layar monitor yang berisikan info kedatangan pesawat.

"Ibu, aku mau hubungi Aldrin dulu, ya! Tadi sih dia nge-WA aku, katanya lagi nunggu kita," ucap Naufal sambil mengambil ponselnya.

Saat hendak menelepon Aldrin, tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang menyapanya dari arah belakang.

"Sedang mencariku, ya?"

Naufal dan Ardhilla kompak menoleh ke belakang. Saat ini, seorang remaja lelaki yang memakai jaket hitam berjalan perlahan mendekati mereka. Penampilannya begitu memikat. Kulit putih bersih, sepasang mata indah yang berhiaskan alis tebal nan rapi, hidung mancung, serta rahang tegas. Sangat tampan! Sebuah tindikan yang menghiasi telinga kirinya makin menambah pesona lelaki yang bertubuh tinggi itu.

"Aldrin!" panggil Naufal saat melihat remaja lelaki tampan berwajah cantik.

catatan Author : kisah Aldrin, Naufal dan Zaki baru saja dimulai. Nantikan terus kisahnya ya. Maaf ya, ini visual Jepang. aku gak terlalu ngikutin artis indo, jadi gak kenal. kalo kalian ga Srek, bayangin aja sesuai imajinasi kalian.

Terpopuler

Comments

lily

lily

aldrin🥰🥰

2024-01-29

2

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

meleleh liat aldrin kayak gitu😍😍😍😍😍 cakep banget nih bibit premium🤭
maaf zaki...minggir dulu
yang super cakep mau lewat🤪

2023-07-28

0

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸ🦎ᵏᵉʸ мαк вυαуα

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸ🦎ᵏᵉʸ мαк вυαуα

waaah aldrin paling cakep😍😍😍😍

2022-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!