Sudah tujuh bulan berlalu, sejak Ardhilla melahirkan anak itu, naluri keibuannya muncul seketika. Ia lupa akan tujuannya setelah melahirkan, yaitu akan meninggalkan bayi itu dan meraih popularitasnya kembali. Ia tetap di rumah kumuh ini bersama Jefri, bapak asuh anak itu. Mereka berdua bersama-sama mengasuh anak itu layaknya sepasang suami istri yang dikarunia seorang anak meskipun hanya tinggal di sebuah gubuk kecil. Kedengarannya sangat indah. Namun kenyataan yang ada, mereka bukanlah sepasang suami istri.
Sudah hampir setahun Jefri dan Ardhilla hidup seatap tanpa ikatan status. Ardhilla masih tetap saja dingin terhadap pria itu. Walaupun segala cinta lelaki itu perlihatkan untuknya dan juga anaknya, tidak mengetuk pintu hatinya untuk melihat pengorbanan laki-laki itu.
Saat ini, untuk membantu Jefri menopang kebutuhan anaknya, Ardhilla memutuskan mencari pekerjaan tambahan. Ya, wanita itu sudah melupakan statusnya yang dulu. Ia sudah tak peduli lagi dengan cita-citanya dulu. Ia tak lagi takut keluar melihat dunia, dan ia tak lagi memakai masker ketika bertemu dengan orang-orang.
Sudah dua bulan ia diterima kerja sebagai baby sitter di keluarga Adam Ardhani. Pengusaha nomor tiga di negara ini yang baru saja kehilangan istrinya saat melahirkan anak kedua mereka. Ardhilla bekerja untuk mengasuh anak kedua di keluarga kaya nan terpandang. Besar gaji yang ia dapatkan membuatnya tergiur dan betah dengan profesinya saat ini.
***
Malam terasa sunyi, Angin malam menerobos masuk di sela-sela jendela yang kacanya sudah tak lengkap lagi. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Ardhilla belum juga pulang ke rumah. Jefri terus melihat ke arah pintu sambil memeluk Aldrin yang sedang terlelap. Beberapa malam ini Ardhilla selalu pulang malam.
Ketika pulang, Ardhilla selalu membawa barang mewah berupa tas, baju, dan sepatu dari merk ternama. Kadang-kadang membawa makanan enak dan juga pakaian bayi yang lucu. Ia juga terlihat sangat bahagia dan bersemangat. Ia mulai sering berdandan cantik, setidaknya ketika ia akan berangkat kerja ia akan memoles wajahnya dengan riasan yang natural tapi memesona.
Awalnya, Jefri tak sadar akan perubahannya, tapi lambat laun ia mulai curiga. Namun, sebagai apa ia harus curiga? Ia bukan suaminya. Ia ingin bertanya, tetapi ia mengerti betul dengan sifat Ardhilla yang sangat tertutup padanya.
***
Keesokan harinya, seperti biasa bila pagi tiba Jefri akan menjadi kuli bangunan, sedang bila malam datang ia akan menjadi pengamen jalanan. Hanya itu yang bisa ia kerjakan karna ia hanya lulusan SD. Sementara bayi mereka terpaksa harus dititipkan ke tetangga bila keduanya sama-sama bekerja.
Sepulang mengamen malam hari, ia duduk bersandar di depan ruko yang telah tutup sambil menghitung uang hasil ngamen hari ini.
"Huf!"
Jefri menyandarkan punggungnya ke tembok sambil menutup matanya. Tidak lama kemudian ia berdiri seraya berkata, "Semangat! Demi Aldrin dan juga dia."
Ya, setiap ia merasa lelah, ia akan menyemangati dirinya sendiri seperti itu. Kemudian ia berjalan terus berjalan hingga menemukan sebuah restoran besar. Nama restoran ini sama seperti tidak asing. Ternyata ia mengingat nama itu ada di logo tempat Ardhilla membawa makanan ke rumah belakangan ini.
Mungkinkah ia membelinya di sini? Dia terlihat sangat lahap makan makanan itu. Apakah uangku cukup untuk membeli makanan di sana?
Jefri melihat uangnya dan bergegas menuju ke restoran tersebut.
Saat ia ingin memasuki pintu restoran, satpam menahannya. "Maaf, pengamen dilarang masuk!" kata satpam tersebut.
Jefri melihat biola yang ia bawa lalu berkata, "Maaf, Pak. Saya memang pengamen tapi saya ke sini—"
Suara Jefri senyap seketika saat sepasang bola matanya menangkap sosok yang baru saja keluar dari restoran tersebut. Ia melihat sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar. Pria itu memakai setelan jas yang sangat mewah. Sementara wanita itu menggunakan dress hitam anggun dengan rambut lurus yang terurai panjang menambah kecantikannya.
Jefri sama sekali tak mengenali pria berjas mahal tersebut. Namun, ia sangat mengenal betul wanita yang tengah menggandeng mesra pria tersebut.
Dia adalah Ardhilla!
Jefri menatap tak berkedip ke arah Ardhilla. Hingga kedua pasang kekasih itu berjalan makin dekat dengan posisi ia berdiri. Tiba-tiba Ardhilla menghentikan langkahnya saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Jefri. Keduanya saling melempar tatapan. Wanita itu terperangah. Wajah cantiknya memucat seketika.
"Ada apa?" tanya pria di sampingnya begitu melihat perubahan wajah Ardhilla.
Ardhilla mengalihkan pandangannya untuk kembali menatap wajah pria itu. Ia menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Bukan apa-apa."
Ardhilla dan pria itu lalu berjalan kembali menuju mobil mewah yang telah menunggu mereka. Saat melewati Jefri, wajahnya sama sekali tak menoleh. Ia bahkan bersikap seolah tak mengenal pria itu. Pria yang hidup serumah dengannya dan telah menampungnya selama hampir setahun.
Akhirnya, Jefri mendapatkan jawaban atas segala pertanyaannya selama ini. Kenapa wanita itu berubah sebulan terakhir ini, tidak lagi memedulikan anaknya, sering berdandan, pulang larut malam dan membawa barang-barang mahal. Perasaan kecewa dan marah berkumpul menjadi satu. Namun, sekali lagi ....
Siapa dia?
Dia bukan siapa-siapa!
Jefri telah kembali ke rumah. Ia duduk bersandar di bangku halaman rumahnya. Pria itu berdiam diri dan tidak mau masuk ke dalam rumah.
Ardhilla yang dari tadi telah pulang ke rumah, mendekatinya sambil ikut duduk di samping pria itu. Namun, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut wanita itu. Ia juga tak mencoba menjelaskan apa yang baru saja dilihat Jefri. Keduanya sama-sama canggung. Tampaknya malam ini menjadi malam yang suram bagi keduanya.
"Sudah berapa lama?"
Setelah sekian lama membisu, Jefri memecahkan keheningan dengan melemparkan sebuah pertanyaan.
"Baru saja. Tadi dia melamarku," jawab Ardhilla dengan pandangan lurus ke depan.
"Kau menerimanya?"
"Tadinya aku tidak menerimanya, tapi anaknya yang pertama memohon padaku—"
"Dia sudah punya anak?" potong Jefri dengan pandangan yang tajam.
Ardhilla mengangguk seraya menunduk. Ia tak berani menatap wajah pria di sampingnya. "Ia seorang duda kaya. Pemilik Adam Grup. Istrinya meninggal saat melahirkan anaknya yang kedua. Aku sangat kasihan padanya dan dua anaknya."
Ardhilla mencoba menjelaskan walaupun kenyataannya ia menerima lamaran laki-laki itu karna tergiur kemewahan dan kekayaan yang dimiliki pria dua anak tersebut.
"Kau kasihan pada anaknya, tapi kau tak kasihan pada anakmu?" tanya Jefri sambil mengerutkan dahi.
"Aku akan membawanya ikut bersamaku," jawabnya dengan cepat.
"Tidak ... tidak! Kau lupa dengan janjimu? Bukannya kau bilang begitu anak itu lahir, ia menjadi milikku!" seru Jefri sambil menggelengkan kepalanya.
Ardhilla terdiam sesaat. Ia mengalihkan pandangannya sesaat. "Baiklah ... aku tidak akan membawanya. Dia akan tetap tinggal bersamamu di sini."
Jawaban Ardhilla membuat pria itu membulatkan matanya. Ia tak habis pikir wanita itu dengan mudah mengatakan akan meninggalkan anak itu bersamanya.
"Kenapa kau berkata seperti itu?
Kenapa kau lebih memilih lelaki itu di banding anakmu sendiri. Apa karna anak itu sejak awal tidak kau inginkan?!" tanyanya dengan intonasi tinggi dan mata yang melotot tajam.
Ardhilla memicingkan mata. Ia merasa heran dengan reaksi Jefri saat ini. Pria itu tak pernah membentaknya. Juga tak pernah memperlihatkan wajah marahnya. Namun, saat ini ia sungguh berbeda. Bukankah reaksinya terlalu berlebihan?
"Kau kenapa? Aku sudah memberi anak itu padamu. Seharusnya masalah ini selesai sampai di sini! Bukannya kau juga pernah mengatakan setelah aku melahirkan aku boleh pergi." Adhilla terlihat bingung dengan sikap Jefri.
Jefri tersadar dari reaksinya yang berlebihan. Ia bergeming. Tak lagi membalas ucapan Ardhilla. Pria itu hanya menatap diam ke arahnya.
Ya benar, aku orang yang sangat lucu. Kenapa aku sampai emosi? Apakah karena bayi itu? Atau karena perasaanku sendiri yang tidak bisa menerimanya yang akan pergi tinggalkan aku? Dia sudah menemukan kebahagiaannya, seharusnya aku ikut bahagia. Wanita ini memang tidak seharusnya ada di tempat seperti ini.
Jefri memalingkan wajahnya. Ia mendongakkan kepalanya seraya bersusah payah meneguk ludahnya sendiri. Pria mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kau benar! Kau boleh melakukan apa yang kau mau."
Jefri menarik napas panjang lalu menghembus kasar. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu Ardhilla. "Selamat ya! Kudoakan kau bahagia dengannya."
Jefri menepuk-nepuk pundak Ardhilla. Ia berusaha melengkungkan senyum di bibirnya, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
Tadinya, ia berpikir wanita itu lambat laun pasti akan terbiasa di rumah ini. Tadinya, ia berpikir wanita itu pasti akan menerimanya suatu saat nanti. Tadinya juga ia berpikir wanita itu pasti akan ikut mencintainya suatu hari nanti. Namun, ternyata pikirannya sangatlah naif.
Orang seperti Ardhilla, tidak bisa dicintai oleh orang biasa. Tidak cukup jika hanya bermodalkan cinta dan kehangatan. Kau harus menjadi seperti yang ia inginkan, yaitu memiliki harta dan kedudukan.
Untuk wanita yang berambisi besar seperti dia, cinta bukanlah hal penting!
Namun, bagi pria tulus seperti Jefri, ia hanya mampu memberikan cintanya. Ia masih bisa bisa tersenyum lebar di hadapan wanita yang ia cintai. Bahkan mendoakan dengan tulus kebahagiaannya. Ia juga ikut membantu wanita itu mengemas barang-barangnya. Bahkan menawarkan diri mengantarnya ke tempat lelaki idaman wanita itu.
Lihatlah! Betapa besar cinta lelaki ini, bukan?
Dia telah menerima anak dari wanita ini, bahkan mencintai anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Sekarang, ia mengorbankan perasaannya untuk kebahagiaan wanita ini. Baginya, tidak ada hal yang lebih menyakitkan, selain mencintai tapi tidak dicintai.
catatan Author : makasii banyak buat readers yang sudah baca novelku ini. jangan lupa tekan tombol like, dan berikan komentar kalian yaa. untuk chapter-chapter awal memang ceritanya masih di kisah orang tua mereka. tapi kisah cinta orangtua mereka seru juga loo dan bakalan berlanjut saat mereka sudah dewasa nanti. chapter selanjutnya, tokoh utama dalam cerita ini sudah dihidupkan , nantikan terus yaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
pipi gemoy
Jefri 🥀
2025-03-15
0
Dewa Rana
kasian jefri
2024-12-20
0
hyunity
❤️❤️❤️
2024-11-29
0