chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai

Sudah tujuh bulan berlalu, sejak Ardhilla melahirkan anak itu, naluri keibuannya muncul seketika. Ia lupa akan tujuannya setelah melahirkan, yaitu akan meninggalkan bayi itu dan meraih popularitasnya kembali. Ia tetap di rumah kumuh ini bersama Jefri, bapak asuh anak itu. Mereka berdua bersama-sama mengasuh anak itu layaknya sepasang suami istri yang dikarunia seorang anak meskipun hanya tinggal di sebuah gubuk kecil. Kedengarannya sangat indah. Namun kenyataan yang ada, mereka bukanlah sepasang suami istri.

Sudah hampir setahun Jefri dan Ardhilla hidup seatap tanpa ikatan status. Ardhilla masih tetap saja dingin terhadap pria itu. Walaupun segala cinta lelaki itu perlihatkan untuknya dan juga anaknya, tidak mengetuk pintu hatinya untuk melihat pengorbanan laki-laki itu.

Saat ini, untuk membantu Jefri menopang kebutuhan anaknya, Ardhilla memutuskan mencari pekerjaan tambahan. Ya, wanita itu sudah melupakan statusnya yang dulu. Ia sudah tak peduli lagi dengan cita-citanya dulu. Ia tak lagi takut keluar melihat dunia, dan ia tak lagi memakai masker ketika bertemu dengan orang-orang.

Sudah dua bulan ia diterima kerja sebagai baby sitter di keluarga Adam Ardhani. Pengusaha nomor tiga di negara ini yang baru saja kehilangan istrinya saat melahirkan anak kedua mereka. Ardhilla bekerja untuk mengasuh anak kedua di keluarga kaya nan terpandang. Besar gaji yang ia dapatkan membuatnya tergiur dan betah dengan profesinya saat ini.

***

Malam terasa sunyi, Angin malam menerobos masuk di sela-sela jendela yang kacanya sudah tak lengkap lagi. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Ardhilla belum juga pulang ke rumah. Jefri terus melihat ke arah pintu sambil memeluk Aldrin yang sedang terlelap. Beberapa malam ini Ardhilla selalu pulang malam.

Ketika pulang, Ardhilla selalu membawa barang mewah berupa tas, baju, dan sepatu dari merk ternama. Kadang-kadang membawa makanan enak dan juga pakaian bayi yang lucu. Ia juga terlihat sangat bahagia dan bersemangat. Ia mulai sering berdandan cantik, setidaknya ketika ia akan berangkat kerja ia akan memoles wajahnya dengan riasan yang natural tapi memesona.

Awalnya, Jefri tak sadar akan perubahannya, tapi lambat laun ia mulai curiga. Namun, sebagai apa ia harus curiga? Ia bukan suaminya. Ia ingin bertanya, tetapi ia mengerti betul dengan sifat Ardhilla yang sangat tertutup padanya.

***

Keesokan harinya, seperti biasa bila pagi tiba Jefri akan menjadi kuli bangunan, sedang bila malam datang ia akan menjadi pengamen jalanan. Hanya itu yang bisa ia kerjakan karna ia hanya lulusan SD. Sementara bayi mereka terpaksa harus dititipkan ke tetangga bila keduanya sama-sama bekerja.

Sepulang mengamen malam hari, ia duduk bersandar di depan ruko yang telah tutup sambil menghitung uang hasil ngamen hari ini.

"Huf!"

Jefri menyandarkan punggungnya ke tembok sambil menutup matanya. Tidak lama kemudian ia berdiri seraya berkata, "Semangat! Demi Aldrin dan juga dia."

Ya, setiap ia merasa lelah, ia akan menyemangati dirinya sendiri seperti itu. Kemudian ia berjalan terus berjalan hingga menemukan sebuah restoran besar. Nama restoran ini sama seperti tidak asing. Ternyata ia mengingat nama itu ada di logo tempat Ardhilla membawa makanan ke rumah belakangan ini.

Mungkinkah ia membelinya di sini? Dia terlihat sangat lahap makan makanan itu. Apakah uangku cukup untuk membeli makanan di sana?

Jefri melihat uangnya dan bergegas menuju ke restoran tersebut.

Saat ia ingin memasuki pintu restoran, satpam menahannya. "Maaf, pengamen dilarang masuk!" kata satpam tersebut.

Jefri melihat biola yang ia bawa lalu berkata, "Maaf, Pak. Saya memang pengamen tapi saya ke sini—"

Suara Jefri senyap seketika saat sepasang bola matanya menangkap sosok yang baru saja keluar dari restoran tersebut. Ia melihat sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar. Pria itu memakai setelan jas yang sangat mewah. Sementara wanita itu menggunakan dress hitam anggun dengan rambut lurus yang terurai panjang menambah kecantikannya.

Jefri sama sekali tak mengenali pria berjas mahal tersebut. Namun, ia sangat mengenal betul wanita yang tengah menggandeng mesra pria tersebut.

Dia adalah Ardhilla!

Jefri menatap tak berkedip ke arah Ardhilla. Hingga kedua pasang kekasih itu berjalan makin dekat dengan posisi ia berdiri. Tiba-tiba Ardhilla menghentikan langkahnya saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Jefri. Keduanya saling melempar tatapan. Wanita itu terperangah. Wajah cantiknya memucat seketika.

"Ada apa?" tanya pria di sampingnya begitu melihat perubahan wajah Ardhilla.

Ardhilla mengalihkan pandangannya untuk kembali menatap wajah pria itu. Ia menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Bukan apa-apa."

Ardhilla dan pria itu lalu berjalan kembali menuju mobil mewah yang telah menunggu mereka. Saat melewati Jefri, wajahnya sama sekali tak menoleh. Ia bahkan bersikap seolah tak mengenal pria itu. Pria yang hidup serumah dengannya dan telah menampungnya selama hampir setahun.

Akhirnya, Jefri mendapatkan jawaban atas segala pertanyaannya selama ini. Kenapa wanita itu berubah sebulan terakhir ini, tidak lagi memedulikan anaknya, sering berdandan, pulang larut malam dan membawa barang-barang mahal. Perasaan kecewa dan marah berkumpul menjadi satu. Namun, sekali lagi ....

Siapa dia?

Dia bukan siapa-siapa!

Jefri telah kembali ke rumah. Ia duduk bersandar di bangku halaman rumahnya. Pria itu berdiam diri dan tidak mau masuk ke dalam rumah.

Ardhilla yang dari tadi telah pulang ke rumah, mendekatinya sambil ikut duduk di samping pria itu. Namun, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut wanita itu. Ia juga tak mencoba menjelaskan apa yang baru saja dilihat Jefri. Keduanya sama-sama canggung. Tampaknya malam ini menjadi malam yang suram bagi keduanya.

"Sudah berapa lama?"

Setelah sekian lama membisu, Jefri memecahkan keheningan dengan melemparkan sebuah pertanyaan.

"Baru saja. Tadi dia melamarku," jawab Ardhilla dengan pandangan lurus ke depan.

"Kau menerimanya?"

"Tadinya aku tidak menerimanya, tapi anaknya yang pertama memohon padaku—"

"Dia sudah punya anak?" potong Jefri dengan pandangan yang tajam.

Ardhilla mengangguk seraya menunduk. Ia tak berani menatap wajah pria di sampingnya. "Ia seorang duda kaya. Pemilik Adam Grup. Istrinya meninggal saat melahirkan anaknya yang kedua. Aku sangat kasihan padanya dan dua anaknya."

Ardhilla mencoba menjelaskan walaupun kenyataannya ia menerima lamaran laki-laki itu karna tergiur kemewahan dan kekayaan yang dimiliki pria dua anak tersebut.

"Kau kasihan pada anaknya, tapi kau tak kasihan pada anakmu?" tanya Jefri sambil mengerutkan dahi.

"Aku akan membawanya ikut bersamaku," jawabnya dengan cepat.

"Tidak ... tidak! Kau lupa dengan janjimu? Bukannya kau bilang begitu anak itu lahir, ia menjadi milikku!" seru Jefri sambil menggelengkan kepalanya.

Ardhilla terdiam sesaat. Ia mengalihkan pandangannya sesaat. "Baiklah ... aku tidak akan membawanya. Dia akan tetap tinggal bersamamu di sini."

Jawaban Ardhilla membuat pria itu membulatkan matanya. Ia tak habis pikir wanita itu dengan mudah mengatakan akan meninggalkan anak itu bersamanya.

"Kenapa kau berkata seperti itu?

Kenapa kau lebih memilih lelaki itu di banding anakmu sendiri. Apa karna anak itu sejak awal tidak kau inginkan?!" tanyanya dengan intonasi tinggi dan mata yang melotot tajam.

Ardhilla memicingkan mata. Ia merasa heran dengan reaksi Jefri saat ini. Pria itu tak pernah membentaknya. Juga tak pernah memperlihatkan wajah marahnya. Namun, saat ini ia sungguh berbeda. Bukankah reaksinya terlalu berlebihan?

"Kau kenapa? Aku sudah memberi anak itu padamu. Seharusnya masalah ini selesai sampai di sini! Bukannya kau juga pernah mengatakan setelah aku melahirkan aku boleh pergi." Adhilla terlihat bingung dengan sikap Jefri.

Jefri tersadar dari reaksinya yang berlebihan. Ia bergeming. Tak lagi membalas ucapan Ardhilla. Pria itu hanya menatap diam ke arahnya.

Ya benar, aku orang yang sangat lucu. Kenapa aku sampai emosi? Apakah karena bayi itu? Atau karena perasaanku sendiri yang tidak bisa menerimanya yang akan pergi tinggalkan aku? Dia sudah menemukan kebahagiaannya, seharusnya aku ikut bahagia. Wanita ini memang tidak seharusnya ada di tempat seperti ini.

Jefri memalingkan wajahnya. Ia mendongakkan kepalanya seraya bersusah payah meneguk ludahnya sendiri. Pria mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kau benar! Kau boleh melakukan apa yang kau mau."

Jefri menarik napas panjang lalu menghembus kasar. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu Ardhilla. "Selamat ya! Kudoakan kau bahagia dengannya."

Jefri menepuk-nepuk pundak Ardhilla. Ia berusaha melengkungkan senyum di bibirnya, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Tadinya, ia berpikir wanita itu lambat laun pasti akan terbiasa di rumah ini. Tadinya, ia berpikir wanita itu pasti akan menerimanya suatu saat nanti. Tadinya juga ia berpikir wanita itu pasti akan ikut mencintainya suatu hari nanti. Namun, ternyata pikirannya sangatlah naif.

Orang seperti Ardhilla, tidak bisa dicintai oleh orang biasa. Tidak cukup jika hanya bermodalkan cinta dan kehangatan. Kau harus menjadi seperti yang ia inginkan, yaitu memiliki harta dan kedudukan.

Untuk wanita yang berambisi besar seperti dia, cinta bukanlah hal penting!

Namun, bagi pria tulus seperti Jefri, ia hanya mampu memberikan cintanya. Ia masih bisa bisa tersenyum lebar di hadapan wanita yang ia cintai. Bahkan mendoakan dengan tulus kebahagiaannya. Ia juga ikut membantu wanita itu mengemas barang-barangnya. Bahkan menawarkan diri mengantarnya ke tempat lelaki idaman wanita itu.

Lihatlah! Betapa besar cinta lelaki ini, bukan?

Dia telah menerima anak dari wanita ini, bahkan mencintai anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Sekarang, ia mengorbankan perasaannya untuk kebahagiaan wanita ini. Baginya, tidak ada hal yang lebih menyakitkan, selain mencintai tapi tidak dicintai.

catatan Author : makasii banyak buat readers yang sudah baca novelku ini. jangan lupa tekan tombol like, dan berikan komentar kalian yaa. untuk chapter-chapter awal memang ceritanya masih di kisah orang tua mereka. tapi kisah cinta orangtua mereka seru juga loo dan bakalan berlanjut saat mereka sudah dewasa nanti. chapter selanjutnya, tokoh utama dalam cerita ini sudah dihidupkan , nantikan terus yaa...

Terpopuler

Comments

we

we

Jefri baper kan dari pertama kali ardhilla seperti itu ... jgn berpikir waktu dapat merubah watak seseorang

2024-02-01

2

Tina Nine

Tina Nine

Definisi ibu macam apa ini ya..

2024-01-30

0

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

heeemmmm penyakit lama datang kembali,alias kumat sepertinya🙄

2023-07-27

2

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!