chapter 11 : Kepergian Jefri

Jefri terbangun dari tidurnya. Ia menengok ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Sepanjang hari, ia menghabiskan waktu dengan tiduran di rumah. Tidak pergi mengamen, hanya terus memejamkan matanya di atas kasur lusuh. Ia bangkit dari ranjangnya, lalu membuka keran untuk membasuh wajah.

Jefri menyeret langkahnya sambil mengelap wajahnya yang basah. Ketika ia membuka pintu, pria itu tertegun melihat Aldrin berdiri tepat di hadapannya

"Ayah," ucap Aldrin dengan wajah berkaca-kaca.

Jefri masih tertegun. Matanya menatap sosok yang dirindukannya itu. Bocah lelaki itu memakai seragam sekolah. Wajahnya terlihat bersih, cerah dan tampan. Berbeda dari sebelumnya.

"Ayah!" Aldrin kembali memanggil ayahnya seraya memeluk pria itu.

Jefri bergeming. Ia mendongakkan kepalanya ke atas seraya meneguk ludahnya. Saat hendak membalas pelukan anak itu, tiba-tiba tangannya terlepas begitu saja. Ya, dia justru mengurungkan niatnya.

"Anak bodoh, kenapa kamu malah ke sini? Seharusnya kamu langsung pulang. Gimana kalau orangtuamu mencarimu?" Pria itu berakting seolah memarahi anaknya.

"Jangan khawatir, Ayah. Aku diantar supir ke sini," ucap Aldrin sambil tetap memeluknya dengan erat seolah tak mau melepaskannya.

"Tetap saja kamu harus pulang! Tempatmu bukan di sini lagi! Aku juga mau kerja. Cepat pulang sana!" usir Jefri sembari melepas kedua tangan Aldrin yang melingkar di tubuhnya.

"Aku masih mau bersama Ayah!" Aldrin menatap ayahnya dengan penuh kesedihan.

"Kamu enggak dengar? Ayah bilang pulang! Di sini bukan tempatmu lagi!"

"Aku tahu, Ayah juga merindukanku." Aldrin menatap wajah Ayahnya.

"Terserah kau saja, aku masih banyak kerjaan." Pria itu memilih masuk ke rumah dan menutup pintu.

Aldrin mulai menggedor-gedor pintu. "Ayah buka pintunya!" ucapnya memelas. "Ayah, aku masih mau bicara," Aldrin masih menggedor pintu sambil mulai menitikkan air matanya. Namun, tak kunjung membuat Jefri membuka pintu.

Aldrin terisak di depan pintu. Ia tahu ayahnya hanya berpura-pura. Ia tahu Ayahnya juga sangat merindukannya. Bocah itu masih berdiri di depan pintu, tetapi tidak lagi mengetuknya. Hanya berdiri diam sambil terisak. Tiba-tiba sebuah sapu tangan muncul di hadapannya.

Aldrin menoleh ke samping. Rupanya, Naufal tengah berdiri di sampingnya sambil mengulurkan sapu tangan. Aldrin mengambil sapu tangan itu dan mengusap wajahnya yang penuh dengan butiran air mata.

Akhirnya, ia memutuskan beranjak pergi kembali ke mobil bersama Naufal.

Jefri yang dari tadi diam di depan pintu, mendengar suara langkah laki yang semakin menjauh. Dari balik pintu yang terbuka kecil, ia mengintip kepergian anaknya. Bibirnya melengkungkan senyum, tapi hatinya bagai teriris sembilu. Air matanya mengalir begitu saja.

Aldrin dan Naufal telah kembali ke mobil. Kali ini Naufal tidak bicara, ia juga memilih diam. Sebelumnya, ketika Naufal mengajaknya berteman, Aldrin meminta satu syarat, yaitu membawanya ke rumah Jefri. Naufal menyetujuinya dan meminta supir membawa mereka ke sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keduanya pun tiba di kediaman rumah mereka. Saat membuka pintu rumah, samar-samar terdengar suara indah alunan musik piano yang dimainkan oleh Zaki. Akhir-akhir ini ia mengikuti less privat piano di rumahnya. Dia juga akan mengikuti kontes musik klasik yang akan diselenggarakan di London.

Zaki berhenti memainkan pianonya saat melihat kedua adiknya datang. "Sudah sesore gini, kenapa baru pulang?" tanyanya.

"Hhmm .... terjebak macet," jawab Naufal seadanya.

"Hei, kamu! Guru less-mu sudah nunggu tuh di ruang belajar. Ayah menyewa guru profesional agar kamu bisa lebih cepat menguasai segalanya. Ayahku pengusaha terpandang di negeri ini, dan ibu Artis terkenal. Jadi, jangan mempermalukan keluarga kami. Ayo cepat ke sana!" ketus Zaki dengan wajah sinis. Sepertinya Zaki masih belum senang dengan kehadirannya di sini.

Hari pertama mengikuti kursus privat, Aldrin malah tertidur di sepanjang jam pelajaran berlangsung. Meskipun gurunya berkali-kali membangunkannya, ia tetap tertidur.

Hari kedua, ia sudah tidak tidur lagi, tetapi hanya diam melamun. Apa pun yang guru katakan padanya, ia hanya diam dengan pandangan kosong. Sama sekali tidak merespon gurunya.

Hari ketiga, ia hanya bermain mobil-mobilan di atas meja belajarnya. Sekeras apa pun guru itu memanggil namanya, ia tetap tak acuh. Bocah itu hanya sibuk dengan mainannya seolah-olah menganggap guru itu tidak ada.

"Pak, saya sudah berusaha selama tiga hari ini. Anak itu benar-benar tidak punya minat untuk belajar. Mau mendengar penjelasan saya saja tidak. Selama saya mengajar les privat, ini pertama kalinya saya menyerah," keluh sang guru pada Tuan Adam.

"Maafkan kelakuan anak saya. Saya akan menasihatinya supaya lebih giat lagi," ucap Adam meminta guru itu memaklumi Aldrin.

"Tidak perlu Pak, hari ini saya mengundurkan diri," kata guru itu.

Adam diam tak berdaya. Ia terpaksa mengiyakan keputusan guru itu dan memberi gajinya selama tiga hari.

Di sekolah, guru matematika masuk dan memeriksa PR kemarin. Guru itu berjalan ke setiap bangku untuk memeriksa hasil pekerjaan rumah. Setiap anak diminta meletakkan buku PR mereka masing-masing di atas meja.

Saat guru ingin memeriksa PR Aldrin, anak itu langsung berdiri, sebuah buku terlempar di atas mejanya. Aldrin terhenyak. Ia menoleh ke samping dan melihat Naufal langsung berdiri.

"Bu, maaf saya lupa mengerjakan PR," seru Naufal.

Seketika, suara teriakan seisi kelas terdengar riuh. Teman sekelasnya terkejut karena ini pertama kalinya murid teladan itu tak mengerjakan PR.

"Cepat berdiri ke depan!" perintah ibu guru dengan mata melotot tajam seolah hendak menelannya.

Naufal langsung berdiri di depan papan tulis. Ia mengangkat salah satu kakinya dan menarik kedua telinganya. Aldrin membuka buku yang baru saja Naufal lemparkan padanya. Ternyata, itu adalah buku PR milik Naufal. Namun, karena tahu Aldrin tak mengerjakan tugas yang diberikan guru, ia memberikan buku itu padanya agar saudara tirinya itu terbebas dari hukuman.

Aldrin menatap dingin ke arah Naufal yang diam di pojok ruangan sambil mengangkat kakinya. Ia kembali menoleh ke buku pelajaran yang diberikan Naufal padanya. Kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain 'bodoh'.

Sudah sejam berlalu, Naufal tetap berdiri di sana. Pandangan Aldrin tak pernah lepas ke depan. Memandangi saudara tirinya yang telah berkorban untuk dirinya.

Bel berbunyi tanda jam istirahat. Naufal akhirnya dapat keluar dari hukuman setelah tiga jam berdiri.

"Kamu anak yang cerdas, ibu tidak menyangka kamu bisa lupa kerja PR. Besok-besok jangan lakukan ini lagi," kata Ibu Guru memberi nasihat padanya.

"Iya, Bu," jawab Naufal menunduk.

Naufal keluar dari kelas menuju ke kantin sekolah. Di depan sana, Aldrin berdiri menunggunya sedari tadi. Mereka saling memandang untuk beberapa detik.

Aldrin menghampiri Naufal seraya memberikan sebotol air mineral. "Apa kamu mau jadi temanku?"

Naufal terdiam sesaat. Ia melirik tangan Aldrin yang menyerahkan sebotol minuman dingin padanya. Bocah pintar itu melebarkan senyumnya.

"Tentu saja," jawab Naufal sambil mengambil air mineral itu dari tangan Aldrin.

Keduanya sama-sama tertawa. Ini adalah awal dari persahabatan mereka. Persahabatan antara saudara tiri. Persahabatan yang akan menjadi begitu manis dan dalam.

Sejak saat itu mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi. Tak peduli siapapun yang mengganggu Naufal di sekolah, Aldrin akan mengejar dan memukuli mereka.

Di rumah, mereka selalu bermain bersama menciptakan keributan yang kadang-kadang membuat Zaki kesal karena menggangunya belajar. Orangtua mereka yang jarang terlihat di rumah, tidak membuat Naufal merasa kesepian lagi karena telah ada Aldrin di sisinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tidak terasa, sudah sebulan penuh Aldrin di rumah ini. Ia mulai giat belajar, sudah tahu membaca dan mau mendengar apa yang disampaikan guru privat padanya. Namun, ia masih saja tak mau bicara pada Ardhilla dan juga Adam.

"Hei, Aldrin, coba tebak apa yang kubawa!" Naufal mendekatinya secara tiba-tiba sambil membawa dua buah kotak yang ia sembunyikan di belakang punggungnya.

"Apa itu?" Aldrin mengintip tangan Naufal yang sembunyi di belakang perutnya.

"Tadaaa ... " Naufal memperlihatkan dua ponsel yang masih tersegel dalam kardus.

Aldrin tampak mengerjapkan matanya. Mulutnya refleks terbuka lebar.

"Aku membelikan ini untukmu dan juga ayahmu supaya kalian bisa saling teleponan," kata Naufal dengan senyum sumringah.

Aldrin menerima ponsel itu dengan riang. "Terima kasih. Kamu baik sekali. Dulu ayahku punya hp tapi di jual lagi untuk beli beras," kenang Aldrin.

"Kalau begitu, ayo kita ketemu ayahmu!" seru Naufal.

Aldrin mengangguk cepat. Kebetulan, sudah sebulan ia tak lagi bertemu dengan ayahnya.

Sesampainya di rumah sederhana itu, Aldrin merasa aneh melihat suasana gubuknya yang begitu sepi. Pintu rumahnya tergembok. Apakah ayah belum pulang kerja? Batinnya bertanya-tanya.

"Kenapa?" tanya Naufal dapat menebak sesuatu yang tidak beres terjadi.

"Sepertinya ayah belum pulang, tapi aku akan menunggu di sini," kata Aldrin memegang gembok rumah itu.

Secara kebetulan, ia melihat teman ayahnya lewat. "Paman Rusli, Paman Rusli!" panggil Aldrin setengah berteriak.

"Aldrin?" Paman rusli mengernyitkan matanya. Memastikan apakah bocah yang barusan memanggilnya adalah anak Jefri.

"Iya, Paman. Ini aku." Aldrin berjalan mendekati sahabat ayahnya.

"Ke mana ayahku, Paman?" tanyanya.

"Kamu tidak tahu? Sebulan lalu dia mengurus keberangkatannya menjadi TKI di Dubai dan mungkin sekarang dia telah pergi karena aku tidak melihatnya lagi sejak tiga hari yang lalu."

Bagaikan tersengat aliran listrik, Aldrin menjatuhkan ponsel yang akan ia berikan pada ayahnya. Seketika air matanya mengalir deras bagai tanggul yang jebol.

"A–yaaahhhhh ...."

Terpopuler

Comments

Her Lina

Her Lina

huwaaa kasian aldrin 😭. jahat banget kamu ardhila, ngambil anak dari jefri tapi juga ga kamu urus sibuk sama duni keartisan kamu. yg ada jefri mala kehilangan sosok ayah dan ibu 😭😭😭

2024-03-04

0

maytrike risky

maytrike risky

Apalagi ini wei😭

2024-02-28

0

Tina Nine

Tina Nine

Nyesek nya😭😭😭,mana bacanya tengah malam,besok mata ku bengkak....

2024-01-30

1

lihat semua
Episodes
1 chapter 1 : Awal Mula
2 chapter 2 : Terlahir
3 chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4 chapter 4 : Siapa Ibuku?
5 chapter 5 : Dia Anakku!
6 chapter 6 : Namaku Naufal.
7 chapter 7 : Dia kembali
8 chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9 chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10 chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11 chapter 11 : Kepergian Jefri
12 chapter 12 : Sebuah permintaan
13 chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14 chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15 chapter 15 : Pianish VS Violinis
16 chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17 chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18 chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19 chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20 chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21 chapter 21 : Fall in Love
22 chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23 chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24 chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25 chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26 chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27 chapter 27 : Masa Pendekatan
28 chapter 28 : Menjadi Target Angel
29 chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30 chapter 30 : Terkejut!
31 chapter 31 : Tatapan Berbeda
32 chapter 32 : Malaikat Penolong
33 chapter 33 : Skandal Video Maria
34 chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35 chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36 chapter 36 : Parasit
37 chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38 chapter 38 : First Kiss
39 chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40 chapter 40 : Ancaman Aldrin
41 chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42 chapter 42 : Who is Bryan ?
43 chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44 chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45 chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46 chapter 46 : EGOIS
47 chapter 47 : Ekspektasi
48 chapter 48 : Bersama Hujan
49 chapter 49 : LABIL
50 chapter 50 : Berubah Total
51 chapter 51 : Di batas Asa
52 chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53 chapter 53 : Kembali ke Amerika
54 chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55 chapter 55 : Teddy Bear
56 chapter 56 : PIL PAHIT
57 chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58 chapter 58 : Menolak Menyerah!
59 chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60 chapter 60 : Perpustakaan
61 chapter 61 : Gadis Tomboy
62 chapter 62 : Kembali Bersama?
63 chapter 63 : Love Triangle
64 chapter 64 : Gara-gara Angel
65 chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66 chapter 66 : Dia Milikku!
67 chapter 67 : Poor Boy :(
68 chapter 68 : Seperti Air
69 chapter 69 : Panggil gue, Er!
70 chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71 chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72 chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73 chapter 73 : I'll be Gentle
74 chapter 74 : Menyimpan Rasa
75 chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76 chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77 chapter 77 : Jefri (?)
78 chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79 chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80 chapter 80 : Saling Cemburu
81 chapter 81 : VIRAL
82 chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83 chapter 83 : Kiss the Rain
84 chapter 84 : Awal Perubahan
85 chapter 85 : I'm Cinderella Man
86 chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87 chapter 87 : Mencari Pelarian
88 chapter 88 : Tentang Er
89 chapter 89 : Serangan Mematikan
90 chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91 chapter 91 : Mulai Terkuak
92 chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93 chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94 chapter 94 : Kertas Harapan
95 chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96 chapter 96 : Perubahan Jefri
97 chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98 chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99 chapter 99 : Cincin Couple
100 chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101 chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102 chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103 chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104 chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105 chapter 105 : Malam Kelabu
106 chapter 106 : Lebih Memanas!
107 chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108 chapter 108 : Acara Malam
109 chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110 chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111 chapter 111 : Maria vs Zaki
112 chapter 112 : Masih Berharap
113 chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114 chapter 114 : Kepingan Sedih
115 chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116 uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117 chapter 117 : Labirin Waktu
118 chapter 118 : Anak Haram
119 chapter 119 : Acara Talkshow
120 chapter 120 : Romantisme Malam
121 chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122 chapter 122 : Masih Mencintainya
123 chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124 chapter 124 : Takkan Terganti
125 chapter 125 : Biola Misterius
126 chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127 chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128 chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129 chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130 chapter 130 : Ajakan Er
131 chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132 chapter 132 : Perceraian
133 chapter 133 : Sang Violinis
134 chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135 chapter 135 : Restu
136 chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137 chapter 137 : Malam Pertama
138 chapter 138 : Bulan Madu
139 chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140 chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141 chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142 chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143 chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144 chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145 chapter 145 : Ketegaran Amaira
146 chapter 146 : Gadis Pelukis
147 chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148 chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149 chapter 149 : Terulang Kembali
150 chapter 150 : Secerca Kehidupan
151 chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152 Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153 chapter 153 : Fly away Love
154 INFO PENTING
155 chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156 chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157 chapter 156 : Namaku Aldrin
158 BIG THANKS
Episodes

Updated 158 Episodes

1
chapter 1 : Awal Mula
2
chapter 2 : Terlahir
3
chapter 3 : Cinta Tapi Tak Dicintai
4
chapter 4 : Siapa Ibuku?
5
chapter 5 : Dia Anakku!
6
chapter 6 : Namaku Naufal.
7
chapter 7 : Dia kembali
8
chapter 8 : Yang Terbaik Untuknya
9
chapter 9 : Kuantar Kau Pada Ibumu
10
chapter 10 : Ayo Kita Berteman
11
chapter 11 : Kepergian Jefri
12
chapter 12 : Sebuah permintaan
13
chapter 13 : Sembilan Tahun Kemudian
14
chapter 14 : Pesta Perayaan Kelulusan Zaki
15
chapter 15 : Pianish VS Violinis
16
chapter 16 : Namaku Aldrin Jefri!
17
chapter 17 : Berkelahi dengan Kakak Kelas
18
chapter 18 : Menyukai Gadis yang Sama
19
chapter 19 : Murid Baru yang Aneh
20
chapter 20 : Rasa Penasaran yang Terjawab
21
chapter 21 : Fall in Love
22
chapter 22 : Si Tampan dan Si Jelek
23
chapter 23 : Pelajaran Bahasa Inggris
24
chapter 24 : Hubungan yang Merenggang
25
chapter 25 : Pembalasan Aldrin pada Zaki
26
chapter 26 : Kecurigaan Zaki
27
chapter 27 : Masa Pendekatan
28
chapter 28 : Menjadi Target Angel
29
chapter 29 : Ayo Kita Bertemu!
30
chapter 30 : Terkejut!
31
chapter 31 : Tatapan Berbeda
32
chapter 32 : Malaikat Penolong
33
chapter 33 : Skandal Video Maria
34
chapter 34 : Aldrin VS Zaki
35
chapter 35 : Suara dari Masa lalu
36
chapter 36 : Parasit
37
chapter 37 : Kedekatan Naufal dan Amaira
38
chapter 38 : First Kiss
39
chapter 39 : Sebuah Pengakuan
40
chapter 40 : Ancaman Aldrin
41
chapter 41 : Antara Aldrin, Amaira dan Naufal
42
chapter 42 : Who is Bryan ?
43
chapter 43 : Pertama Kali Melihatnya
44
chapter 44 : Kolaborasi Bersama?
45
chapter 45 : The Battle : Pianis vs Violinis jilid 2
46
chapter 46 : EGOIS
47
chapter 47 : Ekspektasi
48
chapter 48 : Bersama Hujan
49
chapter 49 : LABIL
50
chapter 50 : Berubah Total
51
chapter 51 : Di batas Asa
52
chapter 52 : Jefry Telah Meninggal ?
53
chapter 53 : Kembali ke Amerika
54
chapter 54 : Tidak untuk saat ini ....
55
chapter 55 : Teddy Bear
56
chapter 56 : PIL PAHIT
57
chapter 57 : Terlalu Menyedihkan!
58
chapter 58 : Menolak Menyerah!
59
chapter 59 : Mengubah Jati Diri Demi
60
chapter 60 : Perpustakaan
61
chapter 61 : Gadis Tomboy
62
chapter 62 : Kembali Bersama?
63
chapter 63 : Love Triangle
64
chapter 64 : Gara-gara Angel
65
chapter 65 : Naufal vs Aldrin
66
chapter 66 : Dia Milikku!
67
chapter 67 : Poor Boy :(
68
chapter 68 : Seperti Air
69
chapter 69 : Panggil gue, Er!
70
chapter 70 : Baru Saja Dimulai
71
chapter 71 : Kembalinya Si Pengamen Jalanan
72
chapter 72 : Perubahan Hak Waris
73
chapter 73 : I'll be Gentle
74
chapter 74 : Menyimpan Rasa
75
chapter 75 : Who is Hussain Al-Fath?
76
chapter 76 : Dari Dubai menuju Jakarta
77
chapter 77 : Jefri (?)
78
chapter 78 : Merencanakan Pertemuan
79
chapter 79 : Pasangan Dansa Maria
80
chapter 80 : Saling Cemburu
81
chapter 81 : VIRAL
82
chapter 82 : Menelan Kenyataan Pahit
83
chapter 83 : Kiss the Rain
84
chapter 84 : Awal Perubahan
85
chapter 85 : I'm Cinderella Man
86
chapter 86 : Bahagiamu adalah Kesedihanku
87
chapter 87 : Mencari Pelarian
88
chapter 88 : Tentang Er
89
chapter 89 : Serangan Mematikan
90
chapter 90 : Siapa Ayahmu?
91
chapter 91 : Mulai Terkuak
92
chapter 92 : Berdamai dengan Diri Sendiri
93
chapter 93 : Tulisan Tentang Ayah
94
chapter 94 : Kertas Harapan
95
chapter 95 : Kisah Kasih Tak Sampai
96
chapter 96 : Perubahan Jefri
97
chapter 97 : Goodbye, Bryan!
98
chapter 98 : Aldrin VS Ardhilla
99
chapter 99 : Cincin Couple
100
chapter 100 : Ketika Zaki Membuka Suara
101
chapter 101 : Menggantikan Posisinya di Hatimu
102
chapter 102 : Hati yang Tak Bisa Berkompromi
103
chapter 103 : Hari Pertama di Perusahaan
104
chapter 104 : Hubungan di Ujung Tanduk
105
chapter 105 : Malam Kelabu
106
chapter 106 : Lebih Memanas!
107
chapter 107 : Aldrin vs Zaki jilid 2
108
chapter 108 : Acara Malam
109
chapter 109 : Cinta Segi Lima?
110
chapter 110 : Mengulang Kesalahan yang Sama
111
chapter 111 : Maria vs Zaki
112
chapter 112 : Masih Berharap
113
chapter 113 : Don't Judge By The Cover
114
chapter 114 : Kepingan Sedih
115
chapter 115 : Menanggung Konsekuensi
116
uchapter 116 : Hasil Tes DNA
117
chapter 117 : Labirin Waktu
118
chapter 118 : Anak Haram
119
chapter 119 : Acara Talkshow
120
chapter 120 : Romantisme Malam
121
chapter 121 : Romantisme Hilang Sekejab
122
chapter 122 : Masih Mencintainya
123
chapter 123 : Belajarlah Mencintaiku ...
124
chapter 124 : Takkan Terganti
125
chapter 125 : Biola Misterius
126
chapter 126 : Menemui Tuan Yussef
127
chapter 127 : Malam yang Mengejutkan
128
chapter 128 : Pertemuan Mengharukan
129
chapter 129 : Nasihat Menyentuh
130
chapter 130 : Ajakan Er
131
chapter 131 : Perahu Kertas dan Sebuah Mawar
132
chapter 132 : Perceraian
133
chapter 133 : Sang Violinis
134
chapter 134 : Calon Pengantin Pria
135
chapter 135 : Restu
136
chapter 136 : Hari Bahagia Itu Datang
137
chapter 137 : Malam Pertama
138
chapter 138 : Bulan Madu
139
chapter 139 : Mengunjungi Mertua
140
chapter 140 : Menghalangi Aldrin
141
chapter 141 : Pianish VS Violinis jilid 3 (part 1)
142
chapter 142 : Pianish vs Violinis jilid 3 (part 2)
143
chapter 143 : Penyesalan Seorang Ibu
144
chapter 144 : Bertahanlah, Aldrin!
145
chapter 145 : Ketegaran Amaira
146
chapter 146 : Gadis Pelukis
147
chapter 147 : Hati yang Tak Termiliki
148
chapter 148 : Naufal dan Kisah Cintanya
149
chapter 149 : Terulang Kembali
150
chapter 150 : Secerca Kehidupan
151
chapter 151 : Kata yang Sulit Diucapkan
152
Chapter 152 : Permintaan Aldrin
153
chapter 153 : Fly away Love
154
INFO PENTING
155
chapter 154 : Setiap Waktu Berharga
156
chapter 155 : Biola Tak Bertuan
157
chapter 156 : Namaku Aldrin
158
BIG THANKS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!