Hari telah berganti. Maria beristirahat sejenak di lokasi syuting sinetron kejar tayang yang diperankannya. Ia mengambil sebotol jus yang diletakkan di mobilnya. Sejenak, pandangannya tertuju pada sebuah jas hitam yang berada di atas jok mobilnya. Ia baru ingat, jika jas itu adalah milik adik tiri Zaki.
Maria berpikir, Apakah lebih baik jaket ini dititipkan pada Zaki? Sayangnya, akhir-akhir ini ia dan Zaki tak saling bertemu karena kesibukan masing-masing. Lantas, haruskah dia datang ke rumah mereka?
Maria mengambil smartphone-nya, lalu membuka aplikasi Instagram. Ia mencari nama 'Aldrin Jefri' di kolom pencarian Instagram.
"Ketemu juga!" gumamnya saat melihat sebuah akun yang memasang wajah Aldrin di foto profil.
Maria membuka akun tersebut. Tak ada foto-foto pribadi Aldrin di akun Instagramnya, selain yang terpajang di foto profil. Hanya foto-foto pemandangan dan wine dari berbagai negara.
Maria lalu mengirim pesan ke akun tersebut. "Maaf mengganggu, aku Maria. Masih ingat, enggak?"
Berselang sepuluh menit kemudian, terdapat balasan pesan dari akun tersebut.
"Wow, benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan DM dari Artis terkenal!"
Maria kembali membalas pesan cowok itu. "Bisa ketemu, enggak? Aku mau balikin jaket kamu!"
"Oh yang itu, simpan aja."
"Aku kurang suka simpan barang yang bukan milikku."
"Ya ... sudah. Kalau begitu buang saja!"
Mata Maria melebar mendapati balasan pesan Aldrin. Ia kembali mengetik pesan. "Kamu yakin?"
"Oke. Kita ketemu di bar Millenium jam sepuluh malam nanti."
Setelah saling membalas pesan, akhirnya mereka sepakat untuk bertemu di bar Millenium malam nanti.
Malam pun hadir. Di waktu yang telah mereka sepakati, Maria datang ke bar sepulang dari lokasi syuting. Ia berjalan ke ruang utama Bar sambil membawa jas milik Aldrin. Malam ini tempat itu cukup sunyi, tak banyak pengunjung karena bukan malam minggu. Mata Maria berkeliaran mencari-cari sosok cowok yang akan ditemuinya.
Tak jauh darinya, ia melihat Aldrin sedang berjingkrak dengan beberapa gadis yang sedang mengelilinginya. Maria pun memilih duduk di sudut ruangan sambil menunggunya. Rupanya, Aldrin telah melihat kehadiran Maria. Ia berjalan menghampiri kekasih kakak tirinya itu.
"Sudah lama?" tanyanya sambil menyalakan sebatang rokok.
"Belum juga. Ini jasnya," kata Maria sambil menyerahkan jas Aldrin.
"Letakkan saja di situ!" perintah Aldrin sambil menghisap rokok yang baru saja ia nyalakan.
Maria meletakkan jaket itu di atas meja. Ia menatap Aldrin yang tengah menyesap rokoknya. Sepertinya, Aldrin menyadari jika saat ini gadis itu sedang menatapnya.
"Mau minum?" tawar Aldrin.
"Tidak, terima kasih," tolak Maria menggeleng.
"Ya, sudah." Aldrin meninggalkan Maria dan bergabung kembali dengan para gadis seksi. Dia bergoyang seraya merangkul seorang gadis yang memakai tanktop hitam dan rok jeans yang ketat.
"Hanya itu?" Mulut Maria menyeringai.
Maria tampak kesal. Bagaimana tidak, para lelaki selalu mencari cara untuk mendekatinya. Banyak pemuda seusia Aldrin yang sangat mengidolakannya bahkan berebut untuk sekadar meminta foto bersama. Namun, hari ini dia ada cowok yang sangat cuek padanya. Bukankah ini sangat menjengkelkan?
Maria masih duduk sendiri sambil menikmati alunan musik DJ yang menghentak keras di ruangan itu. Setelah cukup lama berada di bar, ia memutuskan untuk pulang. Saat melewati koridor bar, matanya menangkap sepasang cowok dan cewek yang sedang berciuman mesra. Kedua insan itu seakan tak peduli dengan orang yang lewat.
Maria membelalakkan matanya saat sepasang insan itu melepaskan ciuman mereka. Pasalnya, ia bisa melihat jelas wajah cowok yang baru saja berpagutan mesra dengan seorang gadis. Ya, siapa lagi kalau bukan Aldrin.
"Apa kamu mau jadi pacarku?" tanya Aldrin ke perempuan yang baru saja berciuman dengannya.
"Tentu dong!" jawab gadis itu dengan cepat. Ia mendaratkan kembali bibirnya ke bibir Aldrin. Memberi kecupan singkat ke cowok tampan itu.
Aldrin tersenyum. Ia menarik gadis itu ke pelukannya. Mereka berciuman kembali. Kali ini perempuan itu yang lebih agresif memberi serangan.
"Cih! Masih muda sudah seperti itu! Sangat playboy!" umpat Maria setelah menyaksikan kelakuan Aldrin di depan matanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam berlalu dengan cepat. Pagi hari yang cerah telah datang. Di kelas, Angel yang merupakan primadona sekolah mengumumkan ke anggota gengnya bahwa ia telah resmi berpacaran dengan Aldrin.
"Yang bener lo jadian ma Aldrin?" tanya salah satu temannya tak percaya.
Angel mengangguk bahagia. Ia lalu melanjutkan perkataannya seraya setengah berbisik, "Bahkan kami telah menghabiskan satu malam di hotel."
Teman-temannya berteriak histeris. Mereka iri karena cowok pindahan dari Amerika itu jatuh ke pelukan Angel. Apalagi Aldrin sangat populer sejak ia berkelahi dengan Bryan.
"Wajarlah Angel bisa dapatin hatinya. Angel, kan, siswa tercantik di sekolah ini, laki-laki mana yang tidak mau pacaran ma elo?" ujar salah satu temannya.
Obrolan mereka terdengar sampai ke telinga Naufal. Cowok berkacamata itu langsung keluar kelas mencari Aldrin. Ia berjalan menuju ke lapangan dan melihat Aldrin tengah bermain basket seorang diri.
Naufal menghampirinya seraya bertanya, "Kamu sudah jadian sama Angel?"
"Iya, semalam," jawab Aldrin sambil melakukan dribble pada bola basket.
"Kamu tahu tidak, Angel itu suka permainkan cowok. Dia tidak pernah serius menjalin hubungan dan selalu gonta ganti pacar. Takutnya, kamu malah dicampakkan nanti," ujar Naufal memperingatinya. Ia tampak tak setuju jika saudaranya itu berpacaran dengan gadis yang tidak baik.
Aldrin terdiam sejenak sembari mengatur napasnya. Ia menatap wajah Naufal yang penuh kekhawatiran.
"Kalau kamu tidak setuju, aku bisa putuskan dia sekarang. Lagian aku juga tidak pernah serius kok dengan gadis manapun. Bagiku, mereka cuma untuk kesenangan," ucap Aldrin sambil tersenyum dan mengangkat ujung alisnya.
Aldrin kembali melakukan dribble. Bola itu ia masukkan ke dalam keranjang, lalu melakukan shooting ke arah ring basket dengan satu tangan. Hanya dengan sekali tembakan, bola itu masuk sempurna ke dalam ring.
"Apa kamu pernah jatuh cinta?" tanya Naufal tiba-tibam
Aldrin berhenti sejenak. Mengambil bola lalu memeluknya ke samping. Ia menatap ke arah Naufal sambil berkata, "Cinta?"
Aldrin tersenyum kecut. Salah satu sudut bibirnya terangkat.
"Dari sekian banyak pacarmu, apa tidak ada satu pun yang benar-benar kau sukai?" tanya Naufal kembali.
Aldrin menggelengkan kepalanya.
"Jika suatu saat nanti kita menyukai gadis yang sama ... "
Belum sempat Naufal meneruskan ucapannya, Aldrin langsung memotong, "Itu tidak mungkin terjadi. Seleraku sudah pasti berbeda denganmu."
"Tapi jika itu benar terjadi. Kita menyukai gadis yang sama, bagaimana?" tanya Naufal iseng.
"Aku akan mengalah, memberikan dia padamu," jawab Aldrin spontan.
"Yakin? " tanya Naufal kembali.
"Tentu. Aku tidak akan kehabisan stok cewek. Jadi kita menyukai gadis yang sama, aku akan mengalah untukmu."
Aldrin mengedipkan sebelah mata dan melemparkan bola basket ke arah Naufal. Naufal menangkap bola itu.
Sebenarnya, Naufal hanya iseng memberi pertanyaan itu pada Aldrin. Ia hanya ingin menguji persahabatan mereka sekaligus ingin mengetahui apakah Aldrin yang sekarang masih sama seperti Aldrin yang dulu. Ternyata, hanya mendengar jawaban Aldrin, sudah membuatnya merasa senang.
Bel pelajaran pertama telah berbunyi, tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Semua murid masuk ke kelas bersiap menerima pelajaran.
"Bel sudah berbunyi tuh, ayo masuk!" ajak Naufal
"Duluan saja, aku masih mau bermain," jawab Aldrin. Ia kembali berlari ke lapangan sambil terus melakukan dribble ke bola basket.
Naufal pun kembali ke kelas. Dari jauh, ia melihat Ihsan—ketua kelas—berlari menuju kelas mereka dengan wajah gembira.
"Ada siswa baru lagi! Kita kedatangan siswa baru lagi!" Teriak Ihsan sambil masuk ke ruang kelas.
Seisi ruangan terkejut. Bukankah mereka baru saja menerima murid baru? Mengapa akan ada lagi murid baru yang masuk ke kelas mereka?
Teman-teman sekelasnya langsung mengepung Ihsan. Mereka ingin mencari tahu tentang murid baru yang akan masuk. Naufal berjalan menuju ke tempat duduknya. Ia mempersiapkan alat tulisnya di atas meja. Namun, ia juga penasaran dengan sosok murid baru yang akan masuk ke kelas mereka. Dari tempat duduknya, ia mendengar gosip tentang murid baru yang di beri tahu oleh ketua kelas mereka.
"Bener, enggak, bakal ada murid baru lagi di kelas kita?" tanya salah satu siswa.
"Iya, dia lagi menuju ke sini bersama ibu guru," jawab ketua kelas dengan penuh semangat.
"Apa dia laki-laki? atau perempuan?" tanya Angel dengan penasaran.
"Dia ... perempuan!"
.
.
.
catatan kaki :
Dribble : suatu cara membawa bola ke depan dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan atau secara bergantian baik dengan berjalan atau berlari.
Shooting : Usaha memasukkan bola ke dalam keranjangatau ring basket lawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
ngeri kejadian beneran lhoooo😭😭😭
2023-07-28
0
sakura🇵🇸
wealah mbiaaaakkkk gampang amat dikibulin aldrin😄😄😄 paling bentar lagi dihempaskan
2023-07-28
1
Ambu Di La
dan memang begitu
2022-09-21
0