I Love You, Mr Angel

I Love You, Mr Angel

Bab 1 Sang Malaikat Huateng

Huateng terbangun dari tidurnya lalu beranjak cepat seraya turun dari atas ranjangnya yang terbuat dari batu es.

Menguap sembari menggeliat pelan lalu berdiri sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Sepertinya raja neraka mengirimkan misi aneh lagi padaku...", ucap Huateng.

Muncul kedua sayap dari arah punggungnya lalu mengibas kuat.

"Apalagi yang harus kukerjakan disini ?" gumam Huateng.

Huateng berjalan lambat sedangkan kedua sayapnya terus mengepak kuat di balik punggungnya.

WUZHHH... !

WUZHHH... !

WUZHHH... !

Terlihat tubuh Huateng terbang di atas ruangan luas dengan bangunan menjulang tinggi yang mirip sekali bangunan kastil.

Huateng meraih sebutir berlian dari atas cawan bening yang terletak di atas meja konsul dari kristal.

"Aku harus menambah lagi berlian-berlian kehidupan ini karena hampir habis setelah aku memakannya", ucap Huateng.

Belum sempat Huateng memakan berlian kehidupan sebagai sumber energinya.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang menyayat hati dari arah kedua telinganya, menggema kuat hingga nyaris merusak gendang telinga Huateng.

"JANGAN SIKSA AKU !!!"

Suara jeritan aneh muncul menggema kuat di gendang telinga Huateng.

PRAAAANG... !

Tanpa sengaja Huateng menyenggol gelas kristal di dekat cawan sampai hancur berkeping-keping ke atas lantai ruangan.

Kembali lagi suara lengkingan muncul mengiang kuat di telinga Huateng.

"BALAS MEREKA SEMUA !!!"

Huateng berteriak keras seraya menutupi kedua telinganya yang kesakitan.

"AAAAAAAKHHHH... !!!" teriak Huateng.

BRUK !

Huateng langsung melesat cepat meninggalkan ruangan luas terbuat dari es yang menjadi tempatnya tinggal.

KRAAAK... !

Suara aneh langsung terdengar dari dahan ranting pohon ketika angin menghembus kencang.

Terlihat kilatan cahaya terang terbang meluncur cepat bagaikan kilat ke arah sebuah bangunan rumah sakit.

BLAAAR... !

Disertai semburan hawa dingin bagaikan es menyelimuti ruangan yang tampak sepi.

Huateng bergerak pelan, kedua sayapnya terlihat mengepak samar dari arah punggungnya ketika dia berjalan.

Seluruh penampilannya berubah, kini Huateng telah menjelma penampilannya menjadi seorang dokter berwajah tampan.

Langkah kakinya pelan tapi kuat saat dia melangkahkan kedua kakinya di atas lantai.

Tap... !

Tap... !

Tap... !

Huateng terus berjalan menuju ke salah satu kamar yang memancarkan cahaya terang.

"Rupanya kamar itu sumber dari masalah tadi", ucap Huateng.

Salah satu tangan Huateng lalu memancarkan cahaya berkilauan, angin dingin bertiup lembut disekitar telapak tangannya.

Sebuah tas medis lalu muncul bersamaan dengan tiupan angin dingin tadi.

Huateng terus melangkahkan kedua kakinya menuju kamar yang bercahaya terang.

KLEK !

Diputarnya pegangan pintu dengan sekali kibasan tangan hingga pintu kamar di depannya terbuka perlahan-lahan.

Seorang perempuan sedang duduk di lantai dengan kepala tertunduk lalu menoleh ke arah Huateng yang berdiri tepat di depan kamar.

"Hmm...", gumam Huateng saat membalas tatapan mata perempuan itu.

Tiba-tiba perempuan itu melempari Huateng dengan berbagai benda hingga mengenai wajah tampannya.

BRUK !

"Haish... ?!" gumam Huateng sambil menggeram pelan, berusaha menahan amarahnya.

Sedetik kemudian perempuan itu lalu menerjang cepat ke arah Huateng dengan mencoba menancapkan garpu padanya.

Spontan membuat Huateng terkejut kaget ketika mendapatkan serangan brutal dari seorang perempuam asing.

Huateng dengan sigapnya menghindari serangan perempuan itu yang terlihat mengamuk lalu ditahannya tangan perempuan lusuh yang menggenggam kuat sebuah garpu dengan kedua tangannya.

"Grrr... ! Bunuh mereka !" gumam perempuan yang mengamuk itu.

"Siapa yang kau maksudkan ?" sahut Huateng sembari menautkan kedua alisnya.

"Grrrmmm... ! Grrrrmmm... ! Grrrrmmm...! Mereka semua !" ucap perempuan itu.

"Apa kau sudah tidak waras ?" tanya Huateng.

"Yah... Aku memag sudah tidak waras...", sahut perempuan itu.

"Kenapa denganmu, nona ?" ucap Huateng.

"Mereka telah menjebakku ! Bukan aku pelakunya tapi mereka membuatku seperti seorang morfinis akut !" sahut perempuan itu dengan kedua mata berkilat-kilat.

"Aku tidak mengerti ucapanmu, nona", ucap Huateng lalu membalas tatapan perempuan itu.

"Lepaskan aku ! Biarkan aku pergi dari sini !" ucap perempuan itu sembari mendesis pelan.

Perempuan dalam ruangan kamar rehabilitasi itu terus memaksa keluar seraya mendorong kuat tubuh Huateng agar menyingkir dari depan kamar.

"Menyingkirlah dari hadapanku !" geram perempuan itu yang dipenuhi kemarahan.

SRET !

Huateng menggenggam kuat tangan perempuan di hadapannya supaya dia tidak mengamuk.

"Diamlah nona !" perintah Huateng agak kewalahan saat menahan tubuh pasien perempuan itu.

"Jangan halangi aku !" ucap perempuan itu.

Huateng terpaksa mengambil tindakan cepat agar perempuan itu tidak lagi mengamuk padanya.

Sekali hentakan tangan, Huateng memaksa perempuan itu kembali ke tempat tidurnya.

"Duduk disana !" perintah Huateng.

Tubuh perempuan itu lalu bergerak melayang seraya terbang ke arah tempat tidurnya lalu dia duduk di atas sana.

"Diam disana !" perintah Huateng.

Tidak ada reaksi dari arah perempuan itu, dia terlihat diam melamun seraya menatap kosong ke arah Huateng.

"Apalagi tugas aneh ini ?!" ucap Huateng sambil mendongakkan kepalanya pasrah.

Huateng tak pernah menyangka akan mendapatkan pengalaman seperti ini diawal tugasnya di dunia manusia.

"Apa keinginan dari Raja Neraka itu sebenarnya ?!" keluh Huateng.

Huateng menutup pintu kamar dan menguncinya rapat agar tidak ada seorangpun masuk ke kamar ini kemudian dia melangkah menghampiri tempat tidur perempuan malang itu.

"Siapa namamu ?" tanya Huateng.

Huateng melangkah pelan sembari melirik ke arah papan nama yang ada di tempat tidur.

Tertulis jelas sebuah nama Qixuan pada papan nama yang menyebutkan bahwa pemilik kamar ini bernama Qixuan.

"Apa namamu Qixuan ?" tanya Huateng.

Perempuan itu lantas menengadahkan kepalanya ke arah Huateng.

"Kau mengenalku ?" tanya perempuan itu.

"Benar, rupanya namamu adalah Qixuan", sahut Huateng.

Huateng bergegas duduk di sebelah Qixuan lalu menolehkan kepalanya.

"Kenapa kau sampai bisa berada disini ?" tanya Huateng.

"Aku... ?!" sahut Qixuan lalu menatap sendu.

"Apa yang terjadi denganmu ?" tanya Qixuan.

"Panjang ceritanya...", sahut perempuan bernama Qixuan.

"Ceritakanlah padaku agar aku tahu dengan pasti tentang kisahmu", kata Huateng.

"Untuk apa aku menceritakan kisah hidupku, bukankah sama saja hasilnya aku tetap tinggal di tempat terkutuk ini", ucap Qixuan.

"Yah, itu hakmu tapi aku ingin kau mengatakan musibah yang kau alami hingga kau berada disini", sahut Huateng.

"Kenapa ?" tanya Qixuan.

"Supaya aku bisa menolongmu, Qixuan", sahut Huateng.

"Apa kau seorang malaikat ?" tanya Qixuan.

"Hampir mirip dengan makhluk bersayap dua itu tapi tugasku disini sebagai dokter yang menangani pasien sepertimu", sahut Huateng.

"Jika seandainya kau seorang malaikat tentunya kau memahami masalahku karena tanpa aku mengatakan persoalanku seharusnya kau langsung mengerti musibah yang ku alami ini", ucap Qixuan.

"Sayangnya aku hanya seorang dokter yang bertindak mirip seorang malaikat", sahut Huateng.

"Apa kau sedang bercanda ?" kata Qixuan.

"Tidak, aku tidak pernah bercanda, Qixuan", sahut Huateng.

Qixuan lalu menaikkan kedua kakinya ke atas tempat tidur seraya menyandarkan tubuhnya.

"Kalau aku mengatakan hal yang sebenarnya padamu maka kau pastinya akan terkejut saat mengetahuinya", kata Qixuan.

"Lantas apa yang mesti aku lakukan untukmu ?" tanya Huateng.

"Siapa namamu ?" tanya Qixuan.

"Huateng...", sahut Huateng.

"Apakah kau tahu siapa pasien yang kau hadapi ini ?" tanya Qixuan.

"Entah, mana aku tahu siapa kamu", sahut Huateng sambil menaikkan bahunya ke atas.

"Tidakkah kau membaca riwayat hidupku sebelum kau memeriksaku sebagai pasienmu", kata Qixuan.

"Belum, aku belum melihatnya karena aku terburu-buru kemari setelah mendapat panggilan telepon dari rumah sakit ini", sahut Huateng.

"Kau sungguh naif...", ucap Qixuan.

"Naif ?!" kata Huateng.

"Yah, kau seorang dokter serta malaikat tapi kau tidak mengenal pasienmu, apa kau tidak takut ?" tanya Qixuan.

"Tidak...", sahut Huateng.

Huateng hanya menggelengkan kepalanya pelan ketika mendengar ucapan Qixuan lalu terdiam seraya mengamati perempuan berwajah sangat cantik itu.

Terpopuler

Comments

Sky Clouds

Sky Clouds

lanjut

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2 Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3 Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4 Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5 Bab 5 Huateng Yang Menggila
6 Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7 Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8 Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9 Bab 9 Aku menemukanmu
10 Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11 Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12 Bab 12 Malam Syahdu
13 Bab 13 Cahaya Ilahi
14 Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15 Bab 15 Blitz Kamera
16 Bab 16 Pemburu Berita
17 Bab 17 Tiba-tiba
18 Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19 Bab 19 Ran Ran
20 Bab 20 Pesona Qixuan
21 Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22 Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23 Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24 Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25 Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26 Bab 26 Segelas Kristal
27 Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28 Bab 28 Malam Romantis
29 Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30 Bab 30 Berlian Kehidupan
31 Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32 Bab 32 Raja Neraka
33 Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34 Bab 34 Di Beranda Atas
35 Bab 35 Masalah Baru
36 Bab 36 Harta Karun
37 Bab 37 Waktu Sarapan
38 Bab 38 Kejadian Kecil
39 Bab 39 Meeting Hari Ini
40 Bab 40 Poling Suara
41 Bab 41 Suasana Sekolah
42 Bab 42 Sebuah Diskusi
43 Bab 43 Kedai Mie
44 Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45 Bab 45 Lakukan Saja
46 Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47 Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48 Bab 48 Rencana Pindah
49 Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2
Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3
Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4
Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5
Bab 5 Huateng Yang Menggila
6
Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7
Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8
Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9
Bab 9 Aku menemukanmu
10
Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11
Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12
Bab 12 Malam Syahdu
13
Bab 13 Cahaya Ilahi
14
Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15
Bab 15 Blitz Kamera
16
Bab 16 Pemburu Berita
17
Bab 17 Tiba-tiba
18
Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19
Bab 19 Ran Ran
20
Bab 20 Pesona Qixuan
21
Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22
Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23
Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24
Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25
Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26
Bab 26 Segelas Kristal
27
Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28
Bab 28 Malam Romantis
29
Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30
Bab 30 Berlian Kehidupan
31
Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32
Bab 32 Raja Neraka
33
Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34
Bab 34 Di Beranda Atas
35
Bab 35 Masalah Baru
36
Bab 36 Harta Karun
37
Bab 37 Waktu Sarapan
38
Bab 38 Kejadian Kecil
39
Bab 39 Meeting Hari Ini
40
Bab 40 Poling Suara
41
Bab 41 Suasana Sekolah
42
Bab 42 Sebuah Diskusi
43
Bab 43 Kedai Mie
44
Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45
Bab 45 Lakukan Saja
46
Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47
Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48
Bab 48 Rencana Pindah
49
Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!