Bab 6 Munculnya Raja Neraka

Huateng terdiam melihat ke arah bawah saat dirinya berada di atas sebuah gedung tinggi.

Raut wajahnya suram, terlihat kesedihan yang menggambarkan hatinya sedang dilanda kegelisahan.

Berulangkali mendesah lirih dengan pandangan sendu.

Tidak berselera....

Mungkin itu kata-kata yang tepat untuk menjelaskan gambaran tentang Huateng saat dirinya dilanda kegundahan tak menentu.

Huateng mendongak ke langit yang menaungi dirinya, duduk dengan melamun.

Angin bergerak bagaikan pusaran angin kecil di dekatnya lalu muncullah seseorang berjubah merah dengan api menyala-nyala pada permukaan jubah yang dia kenakan.

Seorang laki-laki dengan topi mengerucut tinggi hadir disisi Huateng seraya tersenyum menyeringai lebar.

"Bagaimana kabarmu Huateng ?" tanyanya sumringah.

Pada saat laki-laki berjubah aneh berdiri memandang ke arah Huateng yang duduk termenung menatap ke arah langit.

Huateng melirik sekilas ke arah laki-laki di dekatnya lalu memandang kembali hamparan langit yang terbentang luas di atasnya.

"Kau rindu pulang, Huateng ?" tanya sosok berjubah api di tubuhnya pada sang malaikat.

Huateng mendesah lirih kemudian menunduk pelan lalu berkata.

"Aku merasa bahwa diriku bukanlah malaikat penjaga roh yang baik bahkan aku merasa kotor serta jijik jika melihat diriku sendiri", ucapnya.

"Tidak semua di dunia ini tercipta sempurna karena hanya pemilik langit serta bumi seisinya yang memiliki kesempurnaan itu, Huateng", sahut laki-laki berjubah.

"Aku tahu itu, raja neraka", ucap Huateng.

"Apa kau telah melakukan sesuatu yang terlarang, Huateng ?" tanya sosok yang dipanggilnya raja neraka oleh Huateng.

"Seandainya kau tidak memintaku turun ke bumi untuk menangkap roh Bigan yang bereinkarnasi ke dunia ini karena dia melakukan kejahatan maka aku tidak akan pernah tersesat karenanya", sahut Huateng.

"Seharusnya sosok malaikat tidak akan pernah tersesat saat dia melakukan tugas mulianya lantaran gairah yang terbebaskan", ucap raja neraka.

"Ketidaksengajaan menenggelamkan diriku ke dasar hasrat terlarang hingga menuntunku ke dalam kerak neraka dan aku bukan lagi pejantan perjaka yang murni untuk membuahi para bidadari", sahut Huateng dengan wajah penyesalan.

"Haruskah itu perlu untuk disesali ?" tanya raja neraka.

"Bukan alasan tepat bagiku untuk menyesali apa yang telah terjadi padaku tapi yang aku pikirkan adalah sebuah tanggung jawab karena menyalahi arti dari pembuahan itu, raja neraka", sahut Huateng.

"Jika semua telah terjadi tanpa sengaja maka itu bukanlah suatu kesalahanmu melainkan sebuah keberuntungan", kata raja neraka.

"Keberuntungan ?!" ucap Huateng langsung menolehkan kepalanya ke arah sosok berjubah api yang membawa senjata api di punggung.

"Ya, benar...", jawabnya tegas dengan anggukan kepala cepat.

"Bagaimana kau bisa menyebut itu suatu keberuntungan bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa pada Qixuan atas dosaku ini ???" kata Huateng.

"Jika kau ingin bertanggung jawab padanya maka bertanggung jawablah tanpa memikirkan mana aturan dan mana larangan karena dosa yang dilakukan oleh malaikat sungguh berbeda sebab akibatnya jika dilakukan oleh manusia, Huateng", sambung raja neraka.

"Dan jika akhirnya bencana itu datang maka biarkan saja air bah itu melanda, akan lebih baik untuk penebusan dosa", sahut Huateng.

Huateng masih terlihat kecewa dengan yang dia lakukan terhadap Qixuan.

Terjebak diantara naluri sebagai malaikat serta hasrat dirinya sebagai laki-laki yang berkeinginan pada tubuh perempuan.

Haruskah semuanya menjadi dosa jika Huateng tanpa sadar melakukan hal itu karena hasrat.

Seandainya cinta itu hadir dalam hati sang malaikat, mungkinkah akan menjadikan suatu kenyataan bagi Huateng sendiri ataukah dia harus mengenyahkan rasa itu dan melupakan semua tanggung jawabnya sebagai laki-laki pejantan.

Huateng mendesah lirih lalu memalingkan pandangannya ke arah lain dengan wajah sedih.

"Aku harus bertanggung jawab padanya dan kembali ke sisinya, bukan dalam wujud malaikat untuknya melainkan sebagai sosok laki-laki yang menghormati dirinya", ucap Huateng.

"Itu adalah keputusan bagimu yang menurutku sangat tepat jika kau memang berhati mulia tapi tidak seharusnya dosa dibalas dengan kewajiban ataupun tanggung jawab", kata raja neraka.

Raja neraka memandang jauh ke arah di hadapannya dimana gedung-gedung pencakar langit terhampar luas.

"Jika aku jadi kau maka aku akan membiarkan Qixuan menikmati kebebasannya tanpa kau harus bertanggung jawab padanya tapi buatlah dia penuh kenyamanan dengan semua harta benda yang ada di dunia ini, Huateng", sambungnya bijak.

"Tapi naluriku serta hasratku membimbingku untuk memilikinya sebagai bidadariku", kata Huateng.

"Tanpa mengalihkan dari makna tanggung jawab sebaiknya miliki dia sebagai seorang Ratu yang kau penuhi dengan kekayaan bukan sebagai budak cinta yang sesaat lalu pergi menghilang dari arti hasrat", ucap raja neraka.

"Ya..., aku mendengarkan nasihatmu itu tapi aku memutuskan untuk mendampinginya sebagai seorang pasangan...", sahut Huateng.

"Apa kau berencana melamarnya ?" tanya raja neraka.

"Mungkin saja...", sahut Huateng.

"Kalau begitu pergilah kepadanya lalu katakan padanya bahwa kau menginginkannya, jangan duduk masih disini melamun, Huateng", ucap raja neraka.

"Lantas apa tujuanmu kemari ?" tanya Huateng seraya menatap kepada raja neraka yang bersembunyi di balik jubah anehnya.

"Kedatanganku kemari karena lonceng neraka berdengung keras menandakan dosa telah terjadi, aku tidak tahu darimana asalnya karena saat aku melihat ke dalam bola penglihatanku, aku melihatmu, Huateng", sahut raja neraka.

"Yah...", ucap Huateng bergumam pelan.

"Aku tidak mengerti apa arti dari tanda neraka itu karena aku meminta bantuanmu untuk mengejar roh Bigan yang lari dari hukuman langit dan aku menugaskan padamu untuk membawanya kembali ke neraka, tempat dia sebenarnya harus tinggal", kata raja neraka.

"Aku belum menemukan roh Bigan karena penglihatanku tersamarkan oleh sesuatu yang aneh, sepertinya dia terlindungi mantra pelindung", ucap Huateng.

"Kalau begitu kita cari asal mantra itu, supaya kita bisa menemukan keberadaan roh Bigan yang sesungguhnya di bumi", kata raja neraka.

Raja Neraka lalu mengarahkan kedua telapak tangannya lurus ke depan sedangkan sorot matanya tajam berkilat-kilat terang.

Muncul bola api di hadapan raja neraka seraya berputar-putar cepat lalu melambat diam.

Gambaran bayangan sosok laki-laki yang tersamarkan wajahnya sedang berdiri di suatu ruangan luas penuh kemewahan dan seorang wanita cantik berpenampilan menarik berada dekat di sampingnya.

Mereka sepertinya pasangan kekasih yang sedang terlibat pembicaraan penting.

"Asal mantra itu berasal dari tempat itu, ada di bagian utara kota ini, tidak terlihat tempatnya seperti penjualan mantra tapi sebuah gedung mewah yang terlindungi oleh tujuh api pelindung surga", kata raja neraka.

"Akan sulit masuk menembus ke dalam tujuh api pelindung surga karena jika memaksa masuk maka tubuh penghuni langit akan terkoyak oleh api itu", sahut Huateng.

"Aku juga tidak bisa melihat adanya roh Bigan yang telah bereinkarnasi, seharusnya aku mendapatkan informasi akan dia karena tugasku harus segera terselesaikan dan kutulis pada buku agenda neraka", kata raja neraka.

"Hukuman apa yang akan kau berikan pada roh Bigan nanti, seandainya saja kita berhasil menemukannya", ucap Huateng.

"Tidak mudah juga menangkapnya karena adanya tujuh api pelindung surga yang melekat padanya lalu memberinya hukuman neraka atas kejahatannya", kata raja neraka.

"Dia kriminal yang tak terkalahkan diantara penghuni nerakamu", ucap Huateng.

"Sembilan kejahatan telah dilakukan oleh roh Bigan sejak dia turun setelah bereinkarnasi ke bumi, yaitu...

Roh Bigan telah merampok sebuah bank tanpa adanya hukuman setelah kedatangannya ke bumi melalui reinkarnasi.

Roh Bigan telah melukai penjaga tempat suci untuk mencuri batu roh reinkarnasi agar dia bisa lari dari hukuman langit.

Roh Bigan telah menyuap penjaga bumi agar dia lolos reinkarnasi tanpa melewati tujuh siklus pertobatan.

Roh Bigan mengacau di bumi sejak pertama kedatangannya di bumi.

Dia membunuh seorang pria yang menjadi ayahnya saat dia bereinkarnasi menjadi Bigan manusia.

Dan dia lari dari neraka.

Mungkin saja tiga dosa yang tersisa dia lakukan masih akan terus bertambah...", ucap raja neraka getir.

"Lalu tiga dosa yang tersisa dilakukannya, apakah lebih berat dari keenam dosa yang kau sebutkan itu ?" tanya Huateng.

"Tiga dosa lainnya yang tersisa adalah, dia berkhianat pada tunangannya yang menyebakan wanita itu sengsara hidupnya, merampok wanita itu bahkan menjebloskannya ke dalam rumah sakit pesakitan yang menyedihkan...", sahut raja neraka.

Terpopuler

Comments

Hera Imoet

Hera Imoet

lanjuttttttt

2024-04-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2 Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3 Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4 Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5 Bab 5 Huateng Yang Menggila
6 Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7 Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8 Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9 Bab 9 Aku menemukanmu
10 Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11 Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12 Bab 12 Malam Syahdu
13 Bab 13 Cahaya Ilahi
14 Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15 Bab 15 Blitz Kamera
16 Bab 16 Pemburu Berita
17 Bab 17 Tiba-tiba
18 Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19 Bab 19 Ran Ran
20 Bab 20 Pesona Qixuan
21 Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22 Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23 Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24 Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25 Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26 Bab 26 Segelas Kristal
27 Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28 Bab 28 Malam Romantis
29 Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30 Bab 30 Berlian Kehidupan
31 Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32 Bab 32 Raja Neraka
33 Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34 Bab 34 Di Beranda Atas
35 Bab 35 Masalah Baru
36 Bab 36 Harta Karun
37 Bab 37 Waktu Sarapan
38 Bab 38 Kejadian Kecil
39 Bab 39 Meeting Hari Ini
40 Bab 40 Poling Suara
41 Bab 41 Suasana Sekolah
42 Bab 42 Sebuah Diskusi
43 Bab 43 Kedai Mie
44 Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45 Bab 45 Lakukan Saja
46 Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47 Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48 Bab 48 Rencana Pindah
49 Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2
Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3
Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4
Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5
Bab 5 Huateng Yang Menggila
6
Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7
Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8
Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9
Bab 9 Aku menemukanmu
10
Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11
Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12
Bab 12 Malam Syahdu
13
Bab 13 Cahaya Ilahi
14
Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15
Bab 15 Blitz Kamera
16
Bab 16 Pemburu Berita
17
Bab 17 Tiba-tiba
18
Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19
Bab 19 Ran Ran
20
Bab 20 Pesona Qixuan
21
Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22
Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23
Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24
Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25
Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26
Bab 26 Segelas Kristal
27
Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28
Bab 28 Malam Romantis
29
Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30
Bab 30 Berlian Kehidupan
31
Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32
Bab 32 Raja Neraka
33
Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34
Bab 34 Di Beranda Atas
35
Bab 35 Masalah Baru
36
Bab 36 Harta Karun
37
Bab 37 Waktu Sarapan
38
Bab 38 Kejadian Kecil
39
Bab 39 Meeting Hari Ini
40
Bab 40 Poling Suara
41
Bab 41 Suasana Sekolah
42
Bab 42 Sebuah Diskusi
43
Bab 43 Kedai Mie
44
Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45
Bab 45 Lakukan Saja
46
Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47
Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48
Bab 48 Rencana Pindah
49
Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!