Qixuan masih berjalan di area lantai lobi utama hotel, tempatnya menginap bersama Bao Huateng.
Disisinya, Huateng terus menemaninya serta melindungi dirinya meski tidak terlihat lagi kejaran para wartawan di belakang mereka.
Tiba-tiba Qixuan tersentak kaget ketika pandangan matanya tepat melihat lurus ke depan.
Degh ! Degh ! Degh ! Detak jantung Qixuan mendadak berdetak sangat kencang.
Huateng langsung menyadari sesuatu yang tidak beres terjadi pada Qixuan, dia segera menoleh ke arah perempuan cantik itu.
Tangan Qixuan berkeringat dingin serta ekspresi wajahnya berubah muram.
"Kenapa Qixuan tampak aneh ?" gumam Huateng saat melihat Qixuan.
Qixuan langsung menarik Huateng hingga mendekat kepadanya lalu dia mulai mencium Huateng.
Perlakuan Qixuan telah membuat Huateng terperangah kaget, hampir dia tidak dapat menguasai kendali dirinya.
Membuat Huateng terlena dengan sikap Qixuan dan dia mengira kalau Qixuan mulai membuka diri terhadap Huateng.
Qixuan menarik paksa Huateng semakin merapat padanya, keduanya saling berdekatan erat seraya berciuman tanpa mempedulikan lagi situasi disekeliling mereka.
Untuk pertama kalinya Qixuan mencium mesra Huateng di muka umum.
Sikapnya yang acuh tak acuh, dirasakan oleh Huateng sebagai kepribadian dari Qixuan tapi hanya kali ini, sikap Qixuan berubah berbeda dari biasanya.
"Uhmm... ?!" gumam Huateng yang berusaha melepaskan dirinya dari Qixuan.
Namun, Qixuan menariknya kembali sehingga mereka terus berciuman meski ada beberapa orang yang lewat di dekat mereka tetapi Qixuan tidak mempedulikannya sama sekali.
"Ehk... Q-i-x-u-a-n... ?!" gumam Huateng.
"Huateng...", sahut Qixuan semakin memperdalam ciumannya terhadap Huateng.
Huateng semakin kebingungan dengan sikap Qixuan meski dia sangat menyukainya tetapi ini sungguh lain. Dan dia merasakan kalau Qixuan agak tegang selama mereka saling berciuman.
Semakin lama ciuman mereka berdua semakin dalam dan intens.
Sedetik kemudian.
"Hufh... ?!" gumam Qixuan lalu mendorong tubuh Huateng agar menjauh darinya.
Huateng tersentak kaget pada saat Qixuan dengan tiba-tiba menjauhkan dirinya.
Tanpa banyak bicara, Qixuan melenggang pergi dari hadapan Huateng, berjalan cepat serta mengacuhkan keberadaan Huateng.
Huateng terlihat seperti orang yang linglung, terdiam melamun dengan tatapan aneh ke arah Qixuan yang melangkah pergi darinya.
"Hah ?!" ucapnya tertegun.
Pandangan Huateng berubah sayu, tak memahami dengan yang terjadi diantara mereka berdua dan hanya menerima pasrah terhadap sikap Qixuan pada dirinya.
"Apa mau dia sebenarnya ?!" kata Huateng.
Terlihat Qixuan telah melangkah jauh dari arah Huateng berdiri.
"Kenapa dengannya ?!" ucap Huateng yang keheranan tapi dia menyadari bahwa ini sesuatu yang lain.
Huateng masih kebingungan dan memilih bersikap diam atas sikap Qixuan pada dirinya, dengan kepala mendongak, dia mendesah pelan.
"Apa kesalahan yang telah kuperbuat padanya sehingga dia semarah itu ?!" ucap Huateng.
Huateng menghela nafas panjang lalu menghentakkan kedua kakinya pelan ke atas lantai hotel yang berlapis granit hitam mengkilat.
Meski dengan hati agak kesal, Huateng tetap mengikuti langkah Qixuan yang semakin cepat.
Tap... Tap... Tap..., suara langkah Huateng terdengar kencang saat mencoba menyusul langkah kaki Qixuan di depannya.
Qixuan tidak menyadari jika dia akan mencium Huateng.
Hal terbodoh yang pernah dia lakukan sepanjang hidupnya sebab mencium Huateng serta menurutnya ceroboh karena bersikap sembarangan, bisa jadi sikapnya barusan itu akan menjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua.
Qixuan menarik asal rambutnya seraya terus melangkah cepat dengan kepala tertunduk dalam.
Berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya yang berubah sangat malu.
"Kenapa aku menciumnya ?!" batin Qixuan.
Agak menyesali atas sikapnya yang telah membuat suatu kesalahan sehingga menjadikan dirinya sulit untuk melihat kembali pada Huateng.
"Ahk ?!" pekik Qixuan dengan kesalnya. "Dasar serampangan !" sambungnya.
Qixuan terus saja menyalahkan dirinya dengan mengacak-acak rambutnya.
"Hentikan itu !"
Huateng muncul dari arah samping seraya menahan tangan Qixuan supaya dia tidak lagi mengacaukan tatanan rambutnya.
"Siapa yang serampangan ?" sambung Huateng dengan tatapan teduhnya ke arah Qixuan.
Qixuan bertambah tersentak kaget ketika dia melihat Huateng telah berdiri tepat di sebelahnya.
"Hu-huateng ???" sahut Qixuan.
"Kenapa denganmu ? Tiba-tiba bersikap aneh, apa kamu sedang tak sadar ?" tanya Huateng yang masih memegangi tangan Qixuan.
Qixuan dengan cepat menepis tangan Huateng dari dirinya lalu menatap dingin pada sang malaikat yang berdiri di sampingnya.
"Kenapa ? Apa kamu tidak terima atas sikapku ini ?" tanya Qixuan seraya mengangkat ujung dagunya.
"Ehk ?!" sahut Huateng terkejut.
"Apa yang aku lakukan adalah hak ku dan apa yang tidak aku lakukan juga merupakan hak bagiku !" lanjut Qixuan dengan wajah semburat memerah.
"Ya, ampun ! Kenapa denganmu ?" sahut Huateng semakin tidak mengerti.
"Yah, seperti inilah diriku adanya", kata Qixuan seraya menatap tajam.
Qixuan sengaja berkata asal kepada Huateng karena dia berusaha menutupi rasa malunya yang telah mencium Huateng secara tiba-tiba.
Mungkin saja yang dia lakukan pada diri Huateng adalah kecerobohan yang paling utama serta kesalahan mutlak karena bersikap sembarangan.
Menyebabkan Huateng kini mengejarnya atas perlakuannya yang mencium paksa sang malaikat langit itu.
"Sudahlah ! Jangan kamu pedulikan aku lagi !" kata Qixuan sembari mendorong tubuh Huateng agar menjauh darinya.
Qixuan melanjutkan kembali langkah kakinya tetapi Huateng dengan cepatnya menahan dirinya agar tidak melangkah lagi.
"Qixuan !" panggil Huateng.
"Apa ?" sahut Qixuan dengan tatapan dinginnya.
"Dengarkan aku dulu, Qixuan ! Biarkan aku bicara dulu, jangan lagi menghindariku, Qixuan !" ucap Huateng.
Qixuan masih menatap Huateng sedangkan Huateng hanya membalas tatapan Qixuan dengan tatapan teduhnya.
"Aku tidak menghindarimu tapi kau sendiri yang tidak pernah memperdulikanku", sahut Qixuan.
"Ya, Tuhan ! Demi langit, apa kesalahanku sekarang ini ?" kata Huateng.
"Kenapa ? Kamu tidak terima atas sikapku tadi ?" ucap Qixuan sembari mengibaskan tangannya agar genggaman tangan Huateng terlepas darinya.
"Qixuan...", sambung Huateng berusaha bersikap sesabar mungkin.
"Wajar bukan jika aku membalasmu dan bersikap sama terhadapmu, bukankah tidak ada larangan diantara kita karena kita telah bersatu", sahut Qixuan.
Sorot mata Qixuan menyorot tajam pada Huateng, terlihat bahwa harga dirinya benar-benar terluka atas sikap Huateng.
"Aku tidak mempermasalahkannya meski kau menciumku paksa, tanpa aku mengerti arti dari ciuman itu, aku tetap berusaha menerimanya", ucap Huateng.
"Lalu ? Apalagi yang harus dipertanyakan dari kejadian itu ?" kata Qixuan.
"Tidak ada, tidak ada yang akan aku pertanyakan lagi", ucap Huateng.
"Kalau begitu, lepaskan aku ! Karena aku ingin cepat-cepat kembali ke kamarku dan beristirahat", sahut Qixuan.
"Baik, baiklah, kalau seperti itu yang kamu inginkan", ucap Huateng.
"Itu hanya ciuman kecil dan tidak berarti apa-apa", lanjut Qixuan.
Huateng terdiam tetapi hati kecilnya berkecamuk kesal karena Qixuan menyepelekan arti ciuman mereka, tanpa tahu dampak yang telah disebabkan oleh ciuman mereka tadi.
Namun, Huateng tetap berusaha tidak terpengaruh terhadap sikap Qixuan dan memilih mengalah.
"Jangan ikuti aku !" ucap Qixuan seraya melangkah maju.
"Mungkin ciuman tadi tidak pernah memikiki arti apa-apa buatmu, mungkin saja hatimu memang telah tertutupi oleh ego tinggimu", kata Huateng.
Tap !
Langkah kaki Qixuan langsung terhenti cepat.
Qixuan berdiri terdiam seraya menarik nafas dalam-dalam lalu dia membalikkan badannya secara cepat, lurus menghadap ke arah Huateng.
Pandangan mata Qixuan berubah penuh emosi, bersinar-sinar mencoba menahan kekesalannya.
Tap... Tap... Tap... Tap..., langkah kaki Qixuan melangkah cepat, menghampiri Huateng yang berdiri tepat di hadapannya.
Tangan Qixuan lalu terulur lurus ke depan dan sengaja menyentuh bagian punggung Huateng.
"Apa kamu mengira kalau aku sedang menggodamu dengan ciuman itu ?" ucap Qixuan.
Tampak tangan Qixuan bergetar pelan ketika dia mengusap-usap punggung Huateng.
"Kau tahu kalau aku ingin sekali merasakan kembali kehangatanmu pada malam itu !" ucapnya saat menatap Huateng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Yunia Afida
wes dang halalin ae
2024-05-21
1
Hera Imoet
kangen yaa... kenapa menghindar ciii... menikah lah... hehehehe 😁🤭
2024-05-17
1