Bab 15 Blitz Kamera

Huateng berjalan ke arah ruangan laboratorium rumah sakit.

Menyembunyikan wajahnya dengan masker agar tak seorangpun yang langsung mengenali wajahnya.

Sebuah kartu tanda pengenal pribadi atas nama dokter Huateng tersemat di atas saku jas dokternya berwarna putih.

Huateng melangkah sembari membawa map ditangannya lalu masuk ke sebuah ruangan khusus yang ada di laboratorium.

"Selamat pagi", sapa Huateng pada seorang pekerja laboratorium.

"Selamat pagi, dokter Huateng", sahut pekerja tersebut sembari menganggukkan kepalanya.

"Apa ruangan laboratorium kosong hari ini ?" tanya Huateng.

"Iya, lagi kosong dua jam ke depan setelah itu ruangan laboratorium akan dipakai", sahut pekerja laboratorium.

Huateng berjalan ke arah meja, memperhatikan dengan seksama meja dihadapannya.

"Aku mau menanyakan tentang tes DNA", kata Huateng.

"Tes DNA ?" tanya petugas laboratorium.

"Benar, aku ingin menanyakan caranya agar aku bisa melakukan tes DNA", sahut Huateng.

"Tes DNA milik siapa yang akan dokter uji ? Milik dokter sendiri atau milik kerabat ?" tanya petugas tersebut.

"Tidak, aku hanya ingin menanyakannya saja, bagaimana aku bisa melakukan tes DNA, mungkin laboratorium bisa melakukannya", sahut Huateng.

"Jika tes DNA yang akan dokter lakukan adalah milik dokter pribadi maka dokter tinggal mengambil contoh sampel rambut atau kuku dari anggota keluarga dokter yang hendak dilakukan tes DNA nanti", ucap petugas laboratorium.

"Oh, begitu ya... Tidak melalui tes darah untuk melakukan tes DNA...", sambung Huateng.

"Tidak perlu, dokter. Cukup dengan menyertakan rambut dari anggota keluarga dokter dan rambut dokter sendiri maka tes DNA akan dapat segera dilakukan tesnya", ucap petugas laboratorium.

"Mmm..., yah... ?!" gumam Huateng.

"Kenapa dokter ingin melakukan tes DNA ? Atau ada keraguan terhadap salah satu anggota keluarga, dokter ?" tanya petugas laboratorium.

"Ada rencana pembagian harta waris dari keluargaku yang mengharuskan adanya tes DNA agar bukti lebih akurat", sahut Huateng.

"Oh, begitu, saya mengerti", ucap petugas laboratorium sembari mengangguk pelan.

Huateng lalu memutar badannya seraya menghela nafas panjang.

"Lalu dimana tes DNA akan dilakukan nanti ?" kata Huateng sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan laboratorium.

"Di laboratorium ini", sahut petugas laboratorium seraya tersenyum.

"Oh ?!" ucap Huateng agak terkejut.

"Apa dokter akan memulainya sekarang, untuk tes DNA-nya ?" tanya petugas laboratorium.

"Tidak, tidak, tidak untuk saat ini, nanti saja karena aku masih harus mengumpulkan contoh sampel untuk tes DNA dan aku belum melakukannya sekarang", sahut Huateng.

"Baiklah, dokter bisa datang lagi kemari setelah contoh sampel untuk tes DNA terkumpulkan semuanya", ucap petugas laboratorium.

"Yah ! Baiklah ! Aku akan kembali kemari setelah mengumpulkan semua contoh sampel yang akan digunakan untuk tes DNA", sahut Huateng.

"Jika dokter berkenan melakukan tes DNA maka saya akan mendaftarkannya sekarang, pada saat dokter kembali kesini lagi sambil membawa contoh sampel, dokter tinggal menyerahkannya saja tanpa mendaftar lagi", ucap petugas laboratorium.

"Tapi..., aku masih lama datang lagi kemari...", sahut Huateng.

"Tidak masalah, dokter bisa mendaftar sekarang, tidak apa-apa", kata petugas tersebut.

"Nanti saja, aku akan datang lagi kesini dan sekarang, aku hendak pergi", ucap Huateng.

"Ya, terserah, dokter saja", sahut petugas laboratorium, kembali tersenyum.

Huateng membalas senyuman petugas laboratorium seraya beranjak pergi.

Sebelum Huateng pergi dari ruangan laboratorium, dia meninggalkan sebuah map di atas meja.

Huateng juga mengarahkan jari telunjuknya ke pusat kening petugas laboratorium.

"Hilangkan segala ingatan yang terjadi pada hari ini ! Lupakan semua kejadian yang engkau temui sekarang ini dan lepaskan seluruh kenangan ini !" perintah Huateng.

Sorot mata Huateng menatap tajam ke arah petugas laboratorium yang terpaku diam dengan tatapan kosong menghadap padanya.

Sesaat kemudian...,

Huateng berjalan keluar dari dalam laboratorium seusai dia menghapus memori pikiran milik petugas tersebut, dengan tubuh perlahan-lahan berubah menjadi tembus pandang lalu dia menghilang lenyap dalam sekejap mata.

Suasana di laboratorium berubah hening.

Sepeninggal Huateng, sang malaikat dari laboratorium, ruangan itu kembali sunyi sedangkan petugas laboratorium masih duduk termenung di depan meja dan pandangan matanya menjadi kosong.

Cahaya berkilauan lalu muncul secara tiba-tiba di sebuah ruang kamar hotel.

Tampak sosok Huateng berdiri diam sambil menatap tajam ke arah ruangan disekitarnya, tidak seorangpun berada di kamar itu.

"Bao...", panggil Huateng seraya melangkahkan kakinya.

Sepi sekali suasana di kamar hotel, bahkan Bao kecil yang biasanya asyik bermain game tidak terlihat keberadaannya di kamar.

"Bao...", panggil Huateng.

Tetap tidak ada jawaban dari dalam kamar hotel.

"Kemana mereka ? Apa Qixuan sudah pergi ?" tanya Huateng seraya menoleh ke sekitarnya.

Huateng terus mengamati suasana di ruangan kamar hotel yang sepi, masih terdapat bingkai foto di atas meja dekat tempat tidur.

Menandakan bahwa Qixuan masih tinggal di kamar ini.

Huateng lalu berjalan menghampiri ranjang tidur kemudian duduk di tepi ranjang.

"Aroma mereka masih tercium jejaknya di kamar ini, berarti mereka masih menginap disini", ucap Huateng.

Huateng terdiam seraya mengamati ruangan kamar hotel, tempat Qixuan dan Bao kecil menginap.

"Tapi... Bagaimana caraku mendapatkan contoh sampel untuk tes DNA ?" gumamnya seraya menoleh.

Huateng melihat ke arah televisi yang layarnya mati lalu mengibaskan tangannya dengan sekali gerakan.

Televisi langsung menyala dengan sendirinya, muncul gambar orang sedang menyiarkan berita acara.

Huateng menyimak santai, menghadap ke arah layar televisi yang menyala.

"Hmm... Berita lagi...", ucapnya dengan menyandarkan tubuhnya ke atas ranjang tidur.

Acara televisi mengabarkan kabar berita terkini seputar kejadian penting.

Tampak sejumlah kerumunan orang-orang di area hotel dengan membawa kamera, sepertinya mereka sedang meliput berita artis terkenal di televisi.

"Kabar berita artis populer lagi rupanya...", gumam Huateng sembari mengamati layar televisi yang sedang menyala.

Huateng menyimak dengan serius berita televisi lalu dia mulai menyadari sesuatu ketika pembawa berita menyebutkan nama tempat berita diliput.

"Bukankah nama hotel itu disini ?!" ucapnya tertegun.

Huateng berpikir cepat seraya beranjak duduk sembari menghadap lurus ke arah layar televisi.

"Apa yang dimaksud adalah Qixuan ?" ucap Huateng terperanjat kaget.

Sekali hentakan saja, tubuh Huateng telah berpindah tempat dari kamar hotel.

Hup !

Huateng telah berada diluar, tepatnya di lantai utama hotel.

Terlihat kerumunan orang sedang mengarahkan kamera mereka ke seseorang yang berusaha menghindari kilatan cahaya kamera.

"Qixuan...", gumam Huateng.

Huateng segera mengubah penampilannya dalam sekejap mata, berubah menjadi sosok manusia biasa, berpenampilan menarik lalu berjalan cepat ke arah kerumunan orang yang memegang kamera.

Blazh..., Blazh..., Blazh..., kilatan cahaya kamera terus memancar tajam, mengenai Qixuan yang terlihat berusaha menghindarinya.

Orang-orang berkumpul untuk mengambil gambar Qixuan sebagai bahan berita utama mereka.

Huateng menerobos masuk ke dalam kerumunan orang-orang memegang kamera yang mengelilingi Qixuan. Dengan cepatnya, Huateng menyibakkan jaket ditangannya ke arah Qixuan.

Bermaksud melindungi Qixuan dari kejaran kamera milik para pemburu berita.

Qixuan tersentak kaget saat melihat Huateng telah berada disisinya serta melindungi dirinya dari kilatan cahaya kamera.

"Huateng...", ucapnya seraya menengadahkan kepalanya ke arah Huateng.

Huateng memeluk Qixuan, tampak jika dia sangat mengkhawatirkan keadaan Qixuan.

"Apa kau baik-baik saja ?" tanya Huateng sambil melirik cepat ke arah Qixuan.

"Yah, aku baik-baik saja", sahut Qixuan seraya mengangguk.

"Kita pergi dari sini, Qixuan", ucap Huateng.

"I-iya...", sahut Qixuan.

Saat mereka hendak pergi, tiba-tiba seseorang menghadang langkah mereka.

Tampak seorang perempuan berwajah cantik sedang berdiri tepat di hadapan mereka berdua dengan senyum sinis, memandang ke arah Qixuan.

Terpopuler

Comments

Hera Imoet

Hera Imoet

siapa tuh... ko Bao ga ada .. jangan terpisah lagi yaa

2024-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2 Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3 Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4 Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5 Bab 5 Huateng Yang Menggila
6 Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7 Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8 Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9 Bab 9 Aku menemukanmu
10 Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11 Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12 Bab 12 Malam Syahdu
13 Bab 13 Cahaya Ilahi
14 Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15 Bab 15 Blitz Kamera
16 Bab 16 Pemburu Berita
17 Bab 17 Tiba-tiba
18 Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19 Bab 19 Ran Ran
20 Bab 20 Pesona Qixuan
21 Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22 Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23 Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24 Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25 Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26 Bab 26 Segelas Kristal
27 Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28 Bab 28 Malam Romantis
29 Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30 Bab 30 Berlian Kehidupan
31 Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32 Bab 32 Raja Neraka
33 Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34 Bab 34 Di Beranda Atas
35 Bab 35 Masalah Baru
36 Bab 36 Harta Karun
37 Bab 37 Waktu Sarapan
38 Bab 38 Kejadian Kecil
39 Bab 39 Meeting Hari Ini
40 Bab 40 Poling Suara
41 Bab 41 Suasana Sekolah
42 Bab 42 Sebuah Diskusi
43 Bab 43 Kedai Mie
44 Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45 Bab 45 Lakukan Saja
46 Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47 Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48 Bab 48 Rencana Pindah
49 Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2
Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3
Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4
Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5
Bab 5 Huateng Yang Menggila
6
Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7
Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8
Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9
Bab 9 Aku menemukanmu
10
Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11
Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12
Bab 12 Malam Syahdu
13
Bab 13 Cahaya Ilahi
14
Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15
Bab 15 Blitz Kamera
16
Bab 16 Pemburu Berita
17
Bab 17 Tiba-tiba
18
Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19
Bab 19 Ran Ran
20
Bab 20 Pesona Qixuan
21
Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22
Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23
Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24
Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25
Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26
Bab 26 Segelas Kristal
27
Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28
Bab 28 Malam Romantis
29
Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30
Bab 30 Berlian Kehidupan
31
Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32
Bab 32 Raja Neraka
33
Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34
Bab 34 Di Beranda Atas
35
Bab 35 Masalah Baru
36
Bab 36 Harta Karun
37
Bab 37 Waktu Sarapan
38
Bab 38 Kejadian Kecil
39
Bab 39 Meeting Hari Ini
40
Bab 40 Poling Suara
41
Bab 41 Suasana Sekolah
42
Bab 42 Sebuah Diskusi
43
Bab 43 Kedai Mie
44
Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45
Bab 45 Lakukan Saja
46
Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47
Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48
Bab 48 Rencana Pindah
49
Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!