Terdengar suara kaki melangkah cepat.
Seorang anak kecil berusia dua tahun berlarian dari arah bendara.
Wajah anak kecil itu sangat imut sekali, kulitnya putih bak porselen sedangkan pipinya tampak kemerah-merahan.
Anak kecil laki-laki itu berlari mengelilingi bandara seraya merentangkan kedua tangannya ke arah samping kanan dan kiri, sesekali berputar cepat sembari menjerit-jerit riang.
Lampu kamera langsung mengarah tepat ke arah anak kecil itu.
Tampak kerumunan orang memegang kamera berhamburan mendekat ke arahnya dengan terus mengejar anak kecil itu yang tidak bisa diam dan terus saja bergerak lincah.
Suara jeritan cerianya menggema di area bandara lalu dia berhenti tepat di depan kaca berukuran lebar dan mematut lama disana.
"Bao...", panggil seorang perempuan berpenampilan menarik sedang berjalan ke arah anak laki-laki berusia dua tahun itu.
Perempuan berwajah cantik itu lalu berdiri di dekat anak kecil yang sedang memandang ke arah kaca di depannya.
"Ibu, kenapa ada sayap di punggungku jika aku bercermin ?" tanya anak kecil itu.
Perempuan itu segera melebarkan mantel miliknya ke arah anak kecil itu, bermaksud menutupinya, agar pantulan bayangan anak kecil iti tidak dilihat oleh orang lain.
"Bao, jangan menarik perhatian !" ucap perempuan cantik dengan mengenakan kacamata hitam.
"Ibu, lihat ! Kamera-kamera itu !" teriaknya ceria sembari menunjuk ke arah kerumunan fotografer yang sedari tadi mencoba mengambil gambarnya.
Sejumlah pengawal pribadi berbaris menghalangi fotografer-fotografer dari berbagai awak media agar mereka tidak mendekati anak kecil itu beserta ibunya.
"Bao, ayo kita pergi !" ajak perempuan itu lalu menggandeng tangan anak laki-laki itu.
Bao sempat tersenyum pada fotografer-fotografer dari berbagai awak media terkenal yang mengerumuninya, dia juga melambaikan tangannya ke arah mereka dengan wajah ramah.
Lain halnya dengan perempuan berkaca mata hitam itu, sikapnya kurang bersahabat bahkan terkesan dia acuh serta tidak peduli.
Mereka terus berjalan dengan barisan pengawal yang menjaga mereka ke arah pintu keluar.
Sontak suasana bandara berubah ramai karena adanya sejumlah fotografer dari berbagai awak media datang ke bandara, hanya untuk memburu berita.
Bao kembali tersenyum ramah seraya melambaikan tangannya kepada kerumunan awak media yang terus saja mengambil gambarnya.
Perempuan itu langsung menoleh ke arah kamera, memandang dingin tanpa ekspresi kemudian masuk ke dalam mobil jeep hitam yang ada di hadapannya.
BRUUUMMM... !
Suara deru sejumlah mobil terdengar kencang, bergerak cepat meninggalkan area bandara yang masih dikerumuni oleh fotografer-fotografer dari berbagai awak media.
Seorang pria lalu bertanya pada rekannya yang membawa kamera besar.
"Apa kau sudah mengambil gambar mereka selama dibandara dan merekamnya serta menanyangkannya secara langsung ?" tanyanya.
"Sudah, saat ini masih ada jeda iklan, jadi kita tunggu beberapa menit lagi, untuk melanjutkan siaran langsungnya", sahut pria dengan sepasang kamera besar di pundaknya.
"Baiklah, kita siarkan setelah jeda iklan", ucap pria dengan kamera yang menggantung di leher kepada rekannya.
Gedung bertingkat...,
Seorang pria menatap tajam ke arah televisi digital yang menanyangkan siaran langsung tentang berita artis pendatang baru bernama Qixuan.
Nama yang mirip dengan nama gadis pesakitan yang pernah ditemuinya di sebuah rumah sakit rehabilitasi.
Huateng langsung tersentak kaget saat melihat kemiripan wajah artis itu dengan gadis yang juga bernama Qixuan di rumah sakit.
"Haocun !" panggil Huateng.
Huateng mengeraskan teriakannya, dan terus memanggil Haocun.
"Haocun ! Haocun ! Haocun !" panggilnya lagi.
Muncul seorang pria muda dengan pakaian setelan jas lengkap bermotif fauna ke ruangan dimana Huateng menonton televisi.
"Ya, tuan Huateng, ada apa mencariku ?" tanya Haocun.
"Coba kau lihat di televisi itu !" sahut Huateng seraya mengarahkan remote control tepat ke arah televisi dihadapannya.
"Ya, ada apa dengan televisi itu, tuanku ?" tanya Haocun sembari menarik pelan kaca mata yang dia kenakan.
"Aku melihat Qixuan ! Gadis itu ! Coba kamu periksa, dimana lokasinya ?" sahut Huateng.
"Cobalah untuk tenang ! Biarkan saya melihatnya dulu, dimana lokasi siaran itu berlangsung sekarang...", kata Haocun.
"Cepatlah !" sahut Huateng.
Haocun mengarahkan laptop kecilnya kepada Huateng sembari setengah membungkuk.
"Lokasinya berada di bandara tapi mereka sudah pergi sekitar satu jam lebih dua puluh menit yang lalu", ucap Haocun.
"Apa benar dia Qixuan ?" tanya Huateng.
"Sepengetahuan saya, memang artis itu mirip dengan nona Qixuan tapi tidak dijelaskan secara detail tentang data diri pribadi artis pendatang baru itu, sepertinya pihak manajemennya sengaja menutupinya dari incaran awak media, tuanku", sahut Haocun.
"Terus cari tahu dimana dia tinggal dan segera beritahukan padaku jika kamu berhasil mendapatkan data pribadinya", perintah Huateng.
"Siap, tuanku", sahut Haocun seraya memberi hormat.
Haocun segera meneliti wajah artis itu dengan wajah Qixuan, gadis yang telah lama dicari oleh Huateng selama kurun dua tahun belakangan ini.
Berbagai informasi terkait data-data artis yang mirip dengan Qixuan terus dikumpulkan oleh Haocun.
Dalam waktu lima belas menit, Haocun telah berhasil mengumpulkan informasi tentang artis bernama Qixuan.
"Tuanku, saya sudah mendapatkan sejumlah informasi terkait artis bernama Qixuan itu, apa tuanku ingin melihatnya ?" kata Haocun di dekat Huateng.
"Ya, aku ingin melihatnya", sahut Huateng.
"Baik, saya akan menunjukkannya pada tuanku", ucap Haocun seraya menyodorkan laptop kecil kepada Huateng.
Huateng terlihat sangat serius ketika membaca informasi terkait artis pendatang baru bernama Qixuan.
Tiba-tiba tangan Huateng bergetar pelan saat melihat gambar seorang anak kecil berusia dua tahun di dekat gambar foto Qixuan.
"Si-siapa dia ???" tanyanya gemetaran.
Raut wajah sang malaikat langsung berubah pucat pasi sedangkan tubuhnya semakin bertambah bergetar kencang.
"Siapa anak kecil ini ?" tanyanya ulang pada Haocun.
Haocun langsung menoleh ke arah layar laptop kecil yang ada di genggaman tangan Huateng.
"Oh, dia anak laki-laki dari artis Qixuan", sahut Haocun sembari mendekatkan dirinya.
PLAK... !
Laptop kecil ditangan Huateng langsung lepas serta terjatuh ke arah permadani dibawah kakinya.
Haocun hanya terdiam saat melihat laptop kecilnya tergeletak di bawah sedangkan Huateng sudah tidak terlihat lagi di ruangan itu.
Pergi menghilang secepat kilat tanpa meninggalkan pesan apapun pada Haocun yang ada disana.
"Tuan Huateng...", gumam Haocun lirih seraya menoleh ke arah sofa, dimana Huateng duduk tadi.
Suasana langsung berubah sepi, Haocun menghela nafasnya dengan tubuh dipenuhi kilau cahaya lalu dia ikut pergi dengan cara menghilang dari ruangan itu.
Wush... !
Wush... !
Wush... !
Suara hembusan angin bergerak pelan disekitar bangunan besar di suatu kawasan distrik kota.
Seorang pria bersayap putih tengah berdiri di atas bangunan seraya menatap dingin ke arah bangunan hotel berbintang lima yang tak jauh di bawahnya.
Wajahnya berubah memucat sendu sedangkan sudut matanya berair.
"Qixuan...", gumamnya lirih.
Huateng menatap teduh saat melihat ke arah bangunan besar, hotel disana.
"Akhirnya aku menemukanmu, Qixuan...", ucapnya berbisik pelan.
Huateng merenggangkan tubuhnya, melompat tinggi lalu meluncur ke arah atas.
Kepakan kedua sayapnya terus bergerak kencang di atas punggungnya yang disinari oleh cahaya terang berwarna emas.
Huateng terbang tinggi lalu meluncur cepat ke arah hotel bintang lima yang ada di bawah sana.
Malaikat berwajah sangat tampan itu terus berputar-putar melayang cepat, mengelilingi bangunan hotel yang ada di hadapannya lalu berteriak kencang memanggil nama Qixuan.
"Qixuan !!!" teriaknya.
Huateng lalu menerobos masuk secara tembus pandang ke dalam hotel bintang lima di dekatnya dalam sekejap mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Hera Imoet
akhirnya huateng menemukan nya.. lanjutttt 😘
2024-04-28
0