Bab 11 Bungkamnya Qixuan

Qixuan hanya terdiam membalas tatapan Huateng yang memandanginya dengan tatapan teduh.

Memilih bungkam terhadap status Bao Huateng yang sebenarnya tanpa bermaksud menjelaskan tentang siapa Bao kecil itu.

Qixuan memalingkan muka ke arah lain serta tertunduk suram meski Huateng memaksakannya, untuk terus berterus terang.

Direngkuhnya tubuh Qixuan ke dalam dekapan tubuhnya seraya terus berbisik, menanyakan tentang Bao Huateng.

"Apakah dia anak kita ?" tanya Huateng.

"Dan apa maksud kedatanganmu kemari hanya untuk bertanya akan hal itu ?" balas Qixuan.

"Tidak...", sahut Huateng menggeleng pelan.

"Lantas kenapa kamu tiba-tiba hadir dan bertanya sesuatu yang aku tidak mengerti ?!" ucap Qixuan.

"Katakanlah bahwa Bao kecil adalah anak kita, Qixuan !" kata Huateng terus mendesak Qixuan yang terlihat terpojok oleh cercaan pertanyaan Huateng.

"Untuk apa kau menanyakan hal itu lagi setelah dua tahun kita berpisah", sahut Qixuan.

"Setelah dua tahun kita berpisah, kamu sama sekali tidak memberiku kabar apapun bahkan kamu pergi begitu saja tanpa pesan untukku", ucap Huateng yang menekan Qixuan hingga menempel padanya.

Qixuan hanya terdiam seraya berkedip pelan tanpa mampu bergerak menghindar dari dekapan Huateng.

"Setidaknya kamu memberiku alasanmu, pergi tanpa kabar dan meninggalkanku tanpa alasan penting yang mungkin akan meyakinkanku bahwa hatiku akan tenang ketika kau pergi dariku", ucap Huateng.

"Haruskah itu ?" tanya Qixuan.

"Dan kenapa kamu meninggalkanku malam itu ? Kemana kau selama ini ?" sahut Huateng balas bertanya.

Qixuan terdiam lama sambil memandang ke arah Huateng yang menatapnya tajam, agak mendorong pelan tubuh Huateng dari atas tubuhnya.

"Jangan mendekat padaku !!!" ucap Qixuan berusaha menjauhkan Huateng darinya.

"Katakan padaku, Qixuan ! Apa alasanmu pergi dariku ???" kata Huateng lalu menarik paksa tangan Qixuan sehingga merobek kain lengan kemeja milik Qixuan.

Kreeek... !!!

Qixuan langsung terbelalak lebar saat menyadari sebagian pakaiannya robek karena tarikan tangan Huateng.

"Apa yang kau lakukan ?" kata Qixuan berusaha menjauhkan Huateng dari hadapannya.

"Masihkah aku bertanya akan hal itu lagi ?!'' sahut Huateng dengan sorot mata teduh.

"Pergilah, Huateng !" ucap Qixuan sembari terus mendorong kuat tubuh Huateng agar menjauh dari dirinya.

"Qixuan !!!" panggil Huateng mengeras kuat.

"Apa ?!" sahut Qixuan dengan mata penuh kekesalan sembari kedua tangannya menahan tubuh Huateng.

"Qixuan, dengarkan aku !!!" teriak Huateng sambil menahan dirinya agar tidak terdorong menjauh dari Qixuan.

Huateng terus saja memaksakan dirinya, dengan mendekatkan tubuhnya pada Qixuan sedangkan Qixuan menolak terus seraya meronta kuat.

"Qixuan !!!" panggil Huateng dengan berteriak cukup keras.

"Kenapa kamu tidak mencariku ???" sahut Qixuan dengan membalas teriakan Huateng lalu mendorong kuat dada Huateng seraya memiringkan tubuhnya agar tak menghadap lurus ke arah sang malaikat.

Ucapan Qixuan langsung menyentakkan Huateng sehingga dia terdiam dengan menatap dingin.

Huateng jatuh terduduk seraya memegangi kepalanya yang terasa penat.

"Bukankah kau adalah malaikat ?! Seharusnya kamu mencariku, kemana aku pergi dan dimana sebenarnya aku tinggal setelah aku melarikan diri dari rumah sakit itu", ucap Qixuan dengan wajah tertunduk sedih.

"Qixuan...", gumam Huateng.

"Kenapa kamu tidak pergi mencariku ??? Dan kenapa justru membiarkanku pergi darimu ???" ucap Qixuan setengah menjerit.

"Aku... ???" sahut Huateng semakin kebingungan.

"Dan sekarang kau tiba-tiba muncul kepadaku serta terus memaksaku untuk berterus terang, apa yang perlu aku katakan padamu ???" ucap Qixuan.

Qixuan menatap ke arah Huateng dengan kedua mata berkaca-kaca lalu mengusap pelan sudut matanya yang berair.

"Sebaiknya kita tidak perlu saling merasa akrab karena tidak ada hubungan lagi", ucap Qixuan lalu beringsut turun dari atas ranjang tidurnya.

"Tunggu, Qixuan !" sahut Huateng sembari menahan erat tangan Qixuan.

"Lepaskan !" jawab Qixuan sambil menepis tangan Huateng keras.

Pandangan keduanya saling bertemu serta menatap lekat.

Namun, sorot mata Qixuan terlihat dingin, penuh kekecewaan terhadap Huateng lalu berkata dengan nada pelan.

"Aku lelah dengan semua ini...", sahut Qixuan.

"Tidak, Qixuan !" ucap Huateng seraya menahan Qixuan agar tidak menjauhi dirinya.

"Jangan memaksaku, untuk lebih membencimu, Huateng !" sahut Qixuan dengan sorot mata tajam, menatap Huateng.

"Katakanlah padaku yang sebenarnya, apakah Bao Huateng adalah anak kita, Qixuan ???" ucap Huateng penuh rasa sedih.

Degh !

Tiba-tiba dada Qixuan berhenti berdetak saat Huateng bertanya kembali perihal Bao kecil kemudian dia menoleh ke arah Bao Huateng yang terlelap nyenyak di atas ranjang tidur.

"Apakah dia telah menyadarinya kalau Bao kecil adalah anaknya ?" gumam Qixuan dalam batinnya.

Qixuan terdiam kembali lalu duduk dengan wajah tertunduk dalam seraya menautkan erat jari-jemari tangannya.

"Kumohon Qixuan...", bisik Huateng dengan nada suara mulai terdengar lembut.

"Aku lelah sekarang dan kumohon padamu, biarkan aku beristirahat sejenak", sahut Qixuan.

"Qixuan...", ucap Huateng.

"Kumohon padamu, Huateng ! Biarkan aku tidur malam ini, sebentar saja !" kata Qixuan dengan wajah memohon.

Huateng tertegun sesaat ketika Qixuan memintanya untuk membiarkan dirinya beristirahat sejenak.

Terpaksa Huateng menuruti permintaan Qixuan dan membiarkannya tidur.

"Baiklah, tidurlah malam ini..., aku akan pergi sebentar dan kembali lagi, untuk menemuimu besok pagi", sahut Huateng.

Diam-diam rasa bersalah menyelimuti hati Huateng ketika dia menyadari ucapan Qixuan padanya, setelah Qixuan mengatakan semua isi hatinya terhadap sikap Huateng yang terkesan tidak peduli pada dirinya selama ini.

Timbul penyesalan terdalam yang kini dirasakan oleh Huateng ketika Qixuan menanyakan alasan Huateng yang tidak mencarinya setelah dia pergi dari rumah sakit rehabilitasi itu.

"Selamat malam...", ucap Qixuan sambil menarik pelan selimut tebal ke arah tubuhnya lalu dia segera tidur.

Qixuan menutupi tubuh Bao kecil dengan selimut yang dia pakai supaya tubuh kecil Bao menjadi hangat seraya mendekap erat tubuh putra kecilnya. Sedangkan Huateng terlihat hanya berdiri terdiam sembari memandangi Qixuan yang pergi tidur sambil mendekap Bao kecil dalam pelukannya.

Suasana malam ini benar-benar terasa sangat dingin, dirasakan oleh Huateng, sang malaikat.

Meski dia adalah malaikat tapi hatinya terasa ikut dingin seperti suasana malam ini, dan semestinya hal itu tidak terjadi atau sama sekali tidak berpengaruh terhadap dirinya sebagai malaikat langit.

Huateng masih berdiri termenung sembari berpikir tentang ucapan Qixuan padanya tadi, benar yang dikatakan oleh Qixuan, kenapa dirinya tidak segera mencari keberadaan Qixuan sewaktu dia pergi dari rumah sakit tapi Huateng justru sibuk mengurusi roh Bigan.

Wajah Huateng sontak berubah dingin serta memucat ketika menyadari kekeliruannya selama ini, yang hanya diam dan membiarkan Qixuan pergi tanpa berusaha keras untuk mencarinya.

Huateng mendesah pelan seraya memejamkan kedua matanya sedangkan hatinya mulai terasa pedih.

DUG... !

DUG... !

DUG... !

Tiba-tiba dada Huateng terasa sakit, pandangannya berubah nanar serta mendadak tubuhnya lunglai tak bertenaga seketika saja Huateng jatuh tersungkur ke atas lantai kamar hotel sembari memegangi dadanya yang berdetak kencang.

"Uhk... ?!" gumam Huateng tertahan lalu ambruk.

DUG... !

DUG... !

DUG... !

Dada Huateng semakin keras berbunyi serta menimbulkan rasa sakit pada dirinya.

Bruk... !

Huateng tergeletak ke atas lantai dengan sayap masih terbentang lebar dari arah punggungnya, tak sengaja dia menarik kuat tepi meja didekatnya sehingga menimbulkan kegaduhan di kamar hotel.

PRAAANG... ! PRAAANG... ! PRAAANG... !

Suara benda terjatuh pecah dari atas meja karena tarikan tangan Huateng ke arah lantai kamar hotel, bersamaan dengan ambruknya Huateng yang menahan kesakitan pada dadanya.

Braaak... !!!

Meja didekat Huateng ikut terjatuh ke atas lantai kamar hotel sehingga menimbulkan suara keras di dalam ruangan kamar.

Sedetik kemudian, Huateng kehilangan kesadarannya dan jatuh pingsan dengan mata tertutup rapat.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

sekarang menyesal kan kamu sakit banget

2024-05-07

1

Hera Imoet

Hera Imoet

sesal memang belakangan yaa... kalau di dpn DP... huateng ciii ga sigap nyari xiquan... q aja kuciwa sama kamuh apalagi dia... hehehehe lanjutttt thoorrr cemungutzz 😘🥰

2024-05-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2 Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3 Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4 Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5 Bab 5 Huateng Yang Menggila
6 Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7 Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8 Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9 Bab 9 Aku menemukanmu
10 Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11 Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12 Bab 12 Malam Syahdu
13 Bab 13 Cahaya Ilahi
14 Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15 Bab 15 Blitz Kamera
16 Bab 16 Pemburu Berita
17 Bab 17 Tiba-tiba
18 Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19 Bab 19 Ran Ran
20 Bab 20 Pesona Qixuan
21 Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22 Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23 Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24 Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25 Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26 Bab 26 Segelas Kristal
27 Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28 Bab 28 Malam Romantis
29 Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30 Bab 30 Berlian Kehidupan
31 Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32 Bab 32 Raja Neraka
33 Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34 Bab 34 Di Beranda Atas
35 Bab 35 Masalah Baru
36 Bab 36 Harta Karun
37 Bab 37 Waktu Sarapan
38 Bab 38 Kejadian Kecil
39 Bab 39 Meeting Hari Ini
40 Bab 40 Poling Suara
41 Bab 41 Suasana Sekolah
42 Bab 42 Sebuah Diskusi
43 Bab 43 Kedai Mie
44 Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45 Bab 45 Lakukan Saja
46 Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47 Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48 Bab 48 Rencana Pindah
49 Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Sang Malaikat Huateng
2
Bab 2 Penyebab Konflik Terjadi
3
Bab 3 Dua Petugas Rumah Sakit
4
Bab 4 Kejadian Di Kamar Ini
5
Bab 5 Huateng Yang Menggila
6
Bab 6 Munculnya Raja Neraka
7
Bab 7 Raibnya Sang Belahan Jiwa
8
Bab 8 Berita Yang Menggemparkan
9
Bab 9 Aku menemukanmu
10
Bab 10 Apakah ini Takdir Kita
11
Bab 11 Bungkamnya Qixuan
12
Bab 12 Malam Syahdu
13
Bab 13 Cahaya Ilahi
14
Bab 14 Mencari Cara Pembuktian
15
Bab 15 Blitz Kamera
16
Bab 16 Pemburu Berita
17
Bab 17 Tiba-tiba
18
Bab 18 Suatu Kejadian Di Hari Ini
19
Bab 19 Ran Ran
20
Bab 20 Pesona Qixuan
21
Bab 21 Kejujuran Yang Harus Ditebus
22
Bab 22 Hadirnya Sang Malaikat Pelindung
23
Bab 23 Waktu Bersama Denganmu
24
Bab 24 Haruskah Masih Berpikir
25
Bab 25 Perhatian Dari Huateng
26
Bab 26 Segelas Kristal
27
Bab 27 Pengaruh Cahaya Surga
28
Bab 28 Malam Romantis
29
Bab 29 Tawaran Yang Menarik
30
Bab 30 Berlian Kehidupan
31
Bab 31 Dalih Kuat Untuk Huateng
32
Bab 32 Raja Neraka
33
Bab 33 Sekutu Baru Huateng
34
Bab 34 Di Beranda Atas
35
Bab 35 Masalah Baru
36
Bab 36 Harta Karun
37
Bab 37 Waktu Sarapan
38
Bab 38 Kejadian Kecil
39
Bab 39 Meeting Hari Ini
40
Bab 40 Poling Suara
41
Bab 41 Suasana Sekolah
42
Bab 42 Sebuah Diskusi
43
Bab 43 Kedai Mie
44
Bab 44 Keseruan Tak Terlupakan
45
Bab 45 Lakukan Saja
46
Bab 46 Roh Ghaib Ditubuh Bao kecil
47
Bab 47 Godaan Untuk Sang Malaikat
48
Bab 48 Rencana Pindah
49
Bab 49 Janjian Dengan Ran Ran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!