Huateng masih tertegun saat menyadari tugas yang diembannya, bukanlah suatu pekerjaan mudah.
Berhadapan dengan seorang perempuan setengah waras yang terjebak di rumah sakit rehabilitasi pengap.
Tentu membuat Huateng tersiksa bahkan dia nyaris kehilangan kewarasannya seperti perempuan yang menjadi pasien khususnya itu.
Tidak hanya itu saja, Huateng yang merupakan seorang malaikat harus terpaksa beradaptasi dengan kehidupan di bumi sebagai seorang dokter.
Bagaimana dia harus menjadi seorang ahli medis profesional sedangkan dia tidak tahu menahu cara menjadi seorang dokter spesialis.
Merasa dirinya terjebak oleh tugas rumit dari Raja Neraka, Huateng harus berpikir cerdas agar dia tidak terbawa suasana.
Huateng masih menatap dingin ke arah Qixuan yang juga menatapnya tajam lalu dia berkata dengan sabar.
"Apa yang harus aku takutkan ?" tanya Huateng.
"Disini kau berhadapan dengan seorang kriminal, penjahat ulung yang memliki reputasi buruk", sahut Qixuan.
"Lantas alasannya yang mendasari ketakutanku itu apa ?" tanya Huateng.
"Sebelumnya aku adalah seorang perampok benda-benda berharga dengan nilai jual tinggi di tempat-tempat pelelangan perhiasan mewah", sahut Qixuan.
"Hmm, rupanya kau seorang perampok ya ?!" ucap Huateng.
"Yah, aku adalah spesialis pencuri perhiasan mewah dari museum ataupun gedung yang menyimpan sejumlah barang mewah", kata Qixuan.
"Karena itu alasannya kau berkata kalau aku terlalu naif", ucap Huateng.
"Yah, tepatnya seperti itu maksud dari perkataanku tadi", sahut Qixuan.
"Kau pikir kalau aku akan mudah terperdaya dengan wajah polosmu atau tertarik pada pesonamu", kata Huateng.
"Mungkin saja karena kau bertindak tanpa mengenal pasienmu yang mungkin saja dia memang tidak waras atau sakit secara kejiwaan", sahut Qixuan.
"Aku tidak mengatakan bahwa kau seperti itu, Qixuan...", ucap Huateng.
"Benarkah ?" tanya Qixuan.
"Yah, tentu saja, apa yang kau ragukan ???" sahut Huateng seraya melipat kedua tangannya tepat di depan dada.
"Kau berbohong, dokter", ucap Qixuan lalu tertawa pelan.
Sorot mata Qixuan berubah tajam, dingin, sedingin bongkahan es saat menatap ke arah Huateng.
"Oh, iya ?! Sahut Huateng membalas tatapan Qixuan.
"Raut wajahmu mewakili perasaan di hatimu dan aku tahu bahwa kau ingin mengatakan kalau aku sedang mengalami krisis kejiwaan", kata Qixuan.
"Tidak..., tidak ada alasan yang tepat untuk menggambarkan perasaanku tentang hal itu karena yang kutahu kalau kau memang butuh pertolongan", ucap Huateng.
"Apa imbalan yang kau inginkan dari jasa membantuku ?" tanya Qixuan.
"Kau pikir aku butuh imbalan atas jasa yang aku berikan padamu ?!" sahut Huateng seraya mengernyitkan keningnya.
"Entahlah..., mungkin saja...", ucap Qixuan.
"Ya Tuhan ! Demi langit dan seisinya, aku mohon !!!" keluh Huateng sambil mengangkat dagunya naik.
Qixuan terdiam seraya memalingkan mukanya ke arah lain.
"Sekarang apa yang mesti aku lakukan untuk membantumu ?" tanya Huateng.
Qixuan tersentak kaget, mendengar ucapan Huateng yang tetap menawarinya bantuan, dia menoleh ke arah Huateng dengan wajah murung.
"Membantuku ?" sahut Qixuan.
"Iya, itu sebabnya aku berada disini dan tugasku adalah membantumu untuk bangkit dan sembuh", kata Huateng.
"Tapi nyawaku berada di ujung tanduk sekarang... Bagaimana mungkin aku akan memiliki peluang hidup ?" sahut Qixuan pasrah.
"Apakah tujuanmu saat kau memanggilku karena kau ingin mati, Qixuan ???" kata Huateng.
SREEET... !
Qixuan lalu memperlihatkan bekas suntikan pada kedua lengannya yang membekas merah serta membiru.
"Tidakkah kau lihat luka akibat suntikan di tanganku ini, dokter ?!" kata Qixuan.
Huateng terkesiap diam saat memandangi kedua lengan Qixuan yang penuh bekas luka suntikan.
"Mereka sengaja memasukkan narkoba ke dalam tubuhku secara paksa agar aku terlihat seperti benar-benar seorang pecandu", ucap Qixuan.
Huateng menggertakkan gerahamnya dengan menahan emosinya yang akan meledak sambil berkata dengan tatapan dingin yang menusuk.
"Apa alasan mereka memasukkanmu ke rumah sakit rehabilitasi ini ?" tanya Huateng.
"Aku dijebak sebagai pembunuh calon mertuaku oleh tunanganku sendiri...", sahut Qixuan dengan kedua mata memerah.
"Kau memiliki tunangan ?" tanya Huateng.
"Yah..., benar !" sahut Qixuan seraya mengangguk pelan lalu menutupi lengannya dengan kain bajunya.
"Mereka menuduhku sebagai pembunuh calon mertuaku dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, narkoba sehingga pengadilan memutuskan memasukkanku ke tempat ini sebelum menjalani masa hukumanku", kata Qixuan.
"Mereka juga menjatuhi hukuman penjara padamu ?" ucap Huateng.
"Ya...", sahut Qixuan.
"Apa calon mertuamu telah benar-benar tewas oleh pembunuhan yang kau lakukan ?" tanya Huateng.
"Aku tidak tahu pastinya karena saat malam itu terjadi, aku tidak mengingat apa-apa setelah tunanganku datang ke rumahku", sahut Qixuan.
"Kau tidak mengingat apapun juga saat itu", kata Huateng.
Qixuan menganggukkan kepalanya cepat seraya menatap ke arah Huateng dengan pandangan sedih.
"Bahkan cincin tunangan kami masih melekat erat di jari manisku...", sahut Qixuan seraya memperlihatkan jari manisnya yang mengenakan sebuah cincin berlian kepada Huateng.
Qixuan tersenyum hambar lalu tertawa kecil saat menunjukkan jari manisnya.
"Ironis bukan ?" ucapnya datar.
Huateng kembali tertegun dengan cerita yang dia dengar dari mulut Qixuan, tak pernah menyangka kalau perjalanan hidup Qixuan sangatlah rumit.
"Saat tunanganku ke rumah malam itu, dia menghadiahiku sekotak black forest kesukaanku", lanjut Qixuan.
"Lalu kau memakan black forest darinya ?" tanya Huateng.
"Ya...", sahut Qixuan dengan wajah murung.
"Setelah itu dia menciptakan kejadian mencekam itu agar kau terjebak sebagai dalang pembunuhan calon mertuamu", kata Huateng.
"Dibawah pengaruh obat-obatan terlarang", sambung Qixuan.
"Balck forest itu telah dibubuhi narkoba agar tidak terendus buktinya sehingga kau melakukan pembunuhan itu di bawah pengaruh narkoba yang seolah-olah obat-obatan terlarang itu biasa kau konsumsi", kata Huateng.
"Tidak hanya dalam black forest itu mereka memasukkan narkoba tapi juga menyuntikkannya secara paksa serta brutal saat aku setengah sadar pada malam itu", ucap Qixuan.
"Mereka menciptakan peristiwa mengerikan hanya untuk menyingkirkanmu yang mereka anggap sebagai batu sandungan", kata Huateng.
Qixuan langsung menoleh ke arah Huateng, menatapnya sejenak lalu berseru penuh semangat.
"Ternyata kau sangat cerdas juga, dokter ! Aku salut padamu !" sahut Qixuan lantas menyeringai lebar.
"Aku tidak sebodoh seperti yang kau pikirkan karena aku tidak mudah terjebak sepertimu, Qixuan", kata Huateng.
"Setidaknya ada orang cerdas yang bisa aku ajak bicara", ucap Qixuan.
"Artinya aku tidak senaif yang kau sangkakan, bukan", sahut Huateng lalu membalas menyeringai.
"Bukankah kau memang malaikat yang menyamar menjadi dokter untukku", kata Qixuan.
"Bagaimana kau tahu hal itu ?" sahut Huateng termenung.
"Tidak usah kau jelaskan, aku sudah mengetahuinya bahwa kau adalah malaikat yang menjelma menjadi manusia dan berperan sebagai dokter", ucap Qixuan.
Qixuan lalu membaringkan tubuhnya seraya menatap ke arah langit-langit ruangan kamarnya.
"Mana ada manusia biasa yang dapat menerobos masuk kemari tanpa diketahui petugas disini", kata Qixuan.
"Ehk ?!" gumam Huateng terkejut.
"Dan pantulan bayanganmu di dinding saat kau datang sangat jelas jika kau malaikat yang memiliki dua sayap di punggungmu", lanjut Qixuan lalu menunjuk ke arah dinding kamar.
"Sayap ?!" sahut Huateng lalu menoleh ke arah dinding kamar.
Tampak bayangan dirinya dengan dua sayap kokoh sedang mengepak kuat.
"Aku tidak tahu jika malaikat juga bisa membuat kekeliruan fatal lalu haruskah aku mengingatkanmu bahwa kau malaikat atau dokter yang naif, Huateng", ucap Qixuan yang masih mengarahkan ujung telunjuknya ke arah dinding kamar.
Qixuan hanya memandangi Huateng dengan wajah datar sedangkan Huateng tersentak kaget lalu berubah panik setelah identitas aslinya dengan mudah diketahui oleh Qixuan.
"Apa yang bisa kau jelaskan padaku saat ini ?" tanya Qixuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments