Bab 20. Cup!

"Dia benar-benar masih sangat polos, bagaimana bisa aku yakin bila di mencintai ku?" Meski hati Yuki memang sudah sangat mencintai Neli, namun dia sadar betul dengan keadaannya. Bagaimana bisa seorang gadis yang memiliki kekasih malah mengatakan cinta pada orang lain?

"Neli, jangan mengada-ada. Saya tahu kamu masih kecil, dan saya akan memaafkan kamu untuk saat ini." Balas Yuki, dia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

"Jangan maafkan saya Pak, saya mohon! Tolong hukum saya dan penjarakan saya dalam hati Bapak." Balas Neli, entahlah sejak kapan Neli belajar kata-kata gila semacam itu, namun dia sangat menikmatinya saat ini.

"Neli, kamu jangan kurang ajar pada Guru!" Yuki mulai mengatakan status mereka.

"Iya Pak, Bapak gak usah ragu ajari saya untuk jatuh cinta selamanya sama Bapak ya." Balas kembali Neli, Yuki semakin bimbang hendak membalas apa.

"Sudah malam, kamu tidur sana!" Yuki membalas ketus, Neli yang menatap balasan itu terkekeh.

"Aduh ada yang rindu nih, oke deh Pak. Sampai jumpa di alam mimpi ya?" Neli memberikan emote kiss dalam pesan terakhirnya. Yuki menghela nafas dalam, sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Neli?

Cinta yang begitu besar di dada Yuki memang tak pernah kalah dari apapun, namun dia juga harus bersabar. Atas dasar apa Neli mencintainya? Belum ada kejelasan, Pak Arya yang terkenal sebagai guru Killer tak mungkin di cintai Neli si anak nakal begitu saja.

"Hihihi, aku serius Pak. Mat bobo, dan besok jangan lupa lihat sidang akhir ya?" Neli tersenyum dan memeriksa data lainnya dama USB, dia tidak mau bila identitasnya terbongkar. Tapi dia juga tidak bisa melakukan kesalahan yang sama, dan mempercayai orang yang salah.

Merasa tak mendapatkan kembali balasan dari Pak Arya, akhirnya Neli memutuskan untuk tidur tanpa makan malam terlebih dahulu.

Sebelum adzan subuh berkumandang, Neli sudah bangun dan bersiap untuk berangkat sekolah. Tak lupa, Neli juga meminta agar kedua orang tuanya tak perlu datang, dia ingin menyelesaikan segalanya dengan profesional dan melakukan kewajibannya untuk melindungi Putri.

Saat mendengar hal itu, Rose memang agak khawatir. Namun dia akhirnya mempercayakan segalanya pada Neli, toh Yuki dan Kayam juga ada di sekolah dan siap membantu mereka bila mereka dalam masalah.

Neli berangkat sekolah sendiri karena Putri yang belum begitu sehat di mintai Rose untuk tetap tinggal di rumah, dengan semangat 45 Neli mengayuh sepeda menuju sekolahnya.

Menaiki kereta dan melakukan perjalanan menyenangkannya dengan senandung merdu di balik earphone yang dia dengarkan.

Merasa bila ada orang yang akan membahayakan nyawanya, saat ini Neli sudah mempersiapkan diri. Dia menggunakan sepatu roda yang bersembunyi di balik sepatu sekolahnya, dia juga membawa beberapa alat pertahanan diri. Seperti alat-alat yang dulu sering di berikan oleh Yuki kedapnya.

Saat sampai di sekolah jam belum menunjukan pukul 7, namun Neli nampak sudah mengunyah permen karet di parkiran khusus para Guru.

"Neli? Tumben kamu datang pagi?" Seorang Guru Kimia menyapa Neli.

"Heheh iya Bu, lagi berusaha insyaf siapa tahu dapat jodoh orang baik kalo aku berbuah baik." Neli nyengir kuda, sifat tengil Neli memang bukan hanya pada sesama murid. Melainkan beberapa Guru juga sering mendengar sikap bocah itu.

"Syukurlah, jodoh adalah cerminan diri sendiri. Semoga berhasil Neli!" Guru Agama memberikan wajengan, Neli tersenyum dan menunduk.

Dia masih berada di parkiran, hingga tak lama kemudian sebuah mobil tiba di parkiran khusus Guru. Senyum lebar kini menghiasi wajah Neli.

.

.

.

Sedangkan bagi Yuki setelah kejadian tadi malam, Yuki agak tak dapat tidur dengan pulas. Pesan Neli itu terus dia baca hingga ratusan kali, dan bahkan sudah dia screenshot agar tidak terhapus begitu saja.

"Pagi Bapak ganteng?" Neli sudah memutuskan untuk mengejar Pak Arya dan tak mau lagi kehilangan kesempatan mendapatkan pria yang dia inginkan seperti tempo hari, yang mengharuskannya memilih Haikal padahal dia tertarik pada pria bermata biru itu.

"Kamu kenapa?" Pak Arya yang memang terkesan dingin sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya dengan wajah datar.

"Ya ampun, makin ingin makin manis deh Pak. Bapak udah baca pesan sayakan? Jadi, jangan pura-pura gak tau ya!" Neli tersenyum dan berjalan mengikuti langkah Pak Arya yang cepat.

"Kenapa kamu mengikuti saya?" Pak Arya kebingungan, ruang kelas Neli dan ruang guru memang beda jalur.

"Kan ada sidang Pak, Bapak lupa ya?" Neli tersenyum lebar. "Gak Papa kalo cuma lupa sidang, asal jangan lupakan cinta tulus ku Pak." Senyum Neli semakin lebar dan membuat Yuki sedikit salah tingkah.

"Belajar yang bener! Masih kecil, jangan bilang cinta-cintaan." Pak Arya menggeplak kepala Neli dengan buku di tangannya.

"Aw! Aw! Sakit Pak, pasti berdarah nih." Cicit Neli, Yuki tertegun dia tak memukul Neli dengan keras atau kasar bukankah candaan seperti itu hal wajar?

"Mana lihat?" Yuki syok, dia langsung meniup-niup rambut Neli, dia melihat tak ada luka yang serius dan yang dia dapati adalah tatapan Neli dari bawah yang nampak tengah memujanya.

"Kamu bercanda ya?" Yuki mengangkat alisnya sebelah, Neli tersenyum.

Cup!

Neli mengecup pipi Yuki yang memang jaraknya tidak jauh dari bibirnya, Neli langsung mengambil langkah seribu setelahnya.

"Makasih udah kasih semangat Pak!" Teriak Neli dan langsung menuju ruang sidang, sedangkan Yuki nampak tertegun dan masih merasakan bibir lembut itu seolah masih menempel di pipinya.

Yuki merasakan dadanya bergemuruh akibat kelakuan Neli, akal sehatnya seolah di cabut dari kepala. Dan jantungnya berdebar seperti akan copot dari tempatnya.

"Selamat pagi Pak?" Sapa seorang guru cantik yang memang masih lajang, Yuki kembali memasang wajah dinginnya dan berlalu begitu saja. Dia tak menjawab sedikitpun sapaan Guru itu.

"Dasar pria dingin!" Kecam Guru cantik itu menghentakkan sebelah kakinya merasa jengkel.

Yuki memasuki ruang sidang dan meminta izin agar mengosongkan jadwalnya, dia melakukan pergantian pelajaran dengan Guru Kimia agar dapat melihat sidang yang akan di lakukan.

Waktu sudah menunjukan jadwal sidang di selenggarakan, Neli juga sudah duduk di tempatnya. Berbeda dengan kemarin yang hadir kedua orang tuanya. Saat ini Neli berdiri sendiri tanpa di temani oleh siapapun.

Dia memang sudah meminta agar kedua orang tuanya tidak cemas, Neli takut bila Mamanya akan ngamuk dan mengeluarkan pistol untuk membunuh seseorang di ruangan itu.

Wajah Syai juga nampak berbeda dari kemarin, pipinya nampak lebih lebam dan saksi yang di bawanya juga nampak tidak ada di sana.

Neli menatap ke arah pintu, nampak Pak Arya masuk ke ruangan sidang dan duduk di belakang Neli. Entah apa tujuan Pak Arya sesungguhnya, namun dengan hal itu semangat Neli kian berkobar.

Tak berapa lama kemudian, Pak Kepala sekolah juga turut hadir dan duduk di tempatnya. Dia tersenyum pada seluruh hadirin yang ada, dan akhirnya sidang putusan itupun di mulai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!