Bab 7. Putri Terluka

"E-enggak kok Pa," Gugup Neli dan langsung mengangkat tasnya.

"Mana kaca mata kamu?" Rose menatap kedua bola mata indah putrinya.

"Ah ya, a-aku lupa ketinggalan Ma. Aku berangkat ya, ada guru killer di pelajaran pertama." Putri nampak tergesa-gesa, sedangkan Neli nampak santuy tak beraksi.

"Yah udah di tinggal, mau bagaimana lagi? Jagung sudah jadi bakwan, aku gak masuk sekolah lagi ah!" Neli balik kanan hendak ke kamarnya, namun sebuah sapu terbang mengenai kakinya.

"Siapa yang mau bolos?" Rose tersenyum, dengan dua tanduk tak kasat mata di kepalanya.

"E-enggak Ma, gak bolos kok." Neli nyengir kuda, dia langsung mengambil langkah seribu untuk kabur dari amukan sang Mama.

Putri dengan sepedanya sampai di depan sekolah dan nampak sosok pria tampan tengah bersandar di dekat tugu selamat datang, Putri menelan salivanya dia menuju parkiran khusus sepeda dan memarkirkan sepedanya.

"Putri, ini kaca matanya. Maaf semalam aku ambil dari kedai kopi." Senyum indah menghiasi bibir Kayam.

"Eh? Terima kasih Kak, aku ada kelas yang pagi banget. Aku duluan dulu kak, sekali lagi terima kasih banyak." Putri berlari menuju kelasnya.

"Putri ada kelas pagi? Kita bukannya se-kelas ya?" Kayam menggaruk tengkuknya dan berjalan menuju kelasnya sendiri.

Seorang guru nampak sudah ada di dalam. Kayam masuk dengan santai dan menatap semua murid di sana hingga dia melihat jajaran paling depan di mana Putri berada.

"Minggir!" Kayam mengusir seorang murid perempuan yang berada satu meja dengan Putri.

"K-kak Kayam?" Putri mengigit bibir bawahnya, guru juga nampak tak berani menyinggung Kayam. Hingga beberapa murid juga hanya menurut dan tak membuat masalah.

"Katanya dia dalah adik dari pemberi donasi tertinggi pada sekolah kita." Bisik salah seorang siswi yang memang sudah cukup kenal dengan dunia sosialita.

"Benarkah? Berarti dia anak orang tajir dong?" Bisik wanita di sebelahnya, beberapa siswi yang ikut mendengarkan hanya dapat menangguk-angguk saja.

"Aku akan satu meja dengan Putri, siapapun yang berani menentangnya, terima sendiri akibatnya!" Ancam Kayam dengan tatapan dingin.

Kini, Kayam duduk di samping Putri dengan senyum manis yang dia tujukan pada Putri seorang. Jantung Putri seketika berdegup kencang, Putri menunduk karena saking malunya.

'Aduh, calon istri ku cantiknya.' Gumam Kayam dalam hati, tatapannya tak lepas dari wajah manis Putri.

"Pelajaran kita mulai, sebelum itu, silahkan perkenalkan murid baru yang baru tiba ini." Guru mempersilahkan Kayam untuk berdiri.

"Aku Kayam, sudah begitu saja." Kayam dengan santuynya tak banyak bicara dan membiarkan para siswi menjadi hantu penasaran.

"Kak?" Putri menyenggol lengan Kayam tak kala para siswi menatap Putri dengan dengki.

"Ya sayang?" Kayam menundukkan wajahnya, sontak saja panggilan itu semakin membuat para siswi semakin menatap tajam Putri.

"Aku udah bilang, jangan panggil aku sayang bila sedang di sekolah!" Gerutu Putri, meski hatinya senang tapi dia juga gadis yang di penuhi batasan.

"Kenapa?" Kayam pura-pura tak dengar, dia nampak watados dengan senyum manisnya.

"Kakak dari sekolah mana? Hobi dan sebagainya harus Kakak jelaskan." Bisik lagi Putri, Kayam menghela nafas panjang.

"Kalian! Apa perkenalan ku cukup?" Kayam menatap semua murid dan seorang guru di sana.

"C-cukup." Jawab para murid gugup, begitupun dengan sosok guru yang tak berkutik dan hanya diam.

Kayam kembali duduk, sedangkan Putri hanya diam, enggan untuk kembali berkomentar.

"Nanti siang, mau ke mana?" Kayam mulai bertanya tentang kegiatan Putri.

"Enggak tahu, mungkin mau ke perpus." Putri menjawab ambigu, Kayam hanya mengangguk dan akhirnya tertidur dengan buku sebagai bantalannya.

Pelajaran pertama akhirnya selesai dan lanjut pada pelajaran selanjutnya, yaitu giliran pelajaran olahraga. Para siswi dan siswa berganti pakaian dengan pakaian olehraga, sehingga mau tak mau Kayam dan Putri akhirnya berpisah.

Putri masuk ke locker room khusus bagi perempuan, di sana nampak ada dua orang siswi yang merupakan ketua kelas dan antek-nya.

"Ck, bisa benget ya ngegoda cowok tajir dan cakep kaya Kayam?" Sindir ketua kelas itu, dia bernama Syai.

"Iya, apaan si yang dia lihat dari gadis cupu kaya si Putri." Singgung lagi anteknya bernama Iis.

Putri sama sekali tak ingin berkomentar, dia memilih langsung berganti pakaian dan hendak pergi dari tempat itu.

"Heh! Lo denger gue gak sih!" Syai menggebrak Locker milik Putri, yang terletak tak jauh dari tempatnya berada.

"Apa mau kamu?" Putri menatap Syai dingin, sedangkan Syai langsung mendorong tubuh Putri.

"Dasar cupu!" Syai menarik kepangan rambut Putri dan membenturkan kepala Putri ke tembok, Putri merasakan sakit luar biasa di keningnya.

Beberapa siswi langsung keluar dari ruangan itu, selain tak ingin terlibat mereka juga terkesan diam. Tak ada yang berani mengadukan hal itu pada Guru.

Melihat kerumunan para siswi sontak membuat para siswa menjadi penasaran, Kayam yang juga melintas akhirnya mendengar percakapan itu.

"Ada apa?" Tanya seorang siswa kebingungan.

"Itu, Putri lagi di hajar sama Syai." Jawab seorang siswi nampak ketakutan, dia kasihan pada Putri namun dia juga adalah orang kecil yang tak dapat berbuat banyak.

"Putri?" Tanya Kayam panik, benerapa siswi mengangguk membenarkan.

Nampak api amarah yang tak kasat mata keluar dari kedua bola mata Kayam, dia menatap pintu yang tertutup, di mana di dalamnya saat ini terdapat Putri yang tengah di kerjai oleh teman sekelasnya sendiri.

BRAK!

Kayam membuka paksa ruangan itu, hingga nampaklah Putri yang tergeletak dengan kepala dan hidung yang berdarah.

"Ba*ngs*at!" Maki Kayam menatap tajam ke arah Syai yang terpaku dan tak bergerak sedikitpun.

Beberapa saat yang lalu, setelah kepala Putri terbentur dia melihat adanya darah keluar dari keningnya. Raut ketakutan terpancar jelas dari mata Syai kala itu.

Putri berencana menghubungi Neli, namun dia urung melakukannya. Dia merasa bila apa yang di lakukan Syai akan sangat berguna baginya agar dapat menjauh dari Kayam.

"Kenapa kalian diam? Bukankah kalian bertujuan untuk menghajar aku heh?" Putri tersenyum menghina, tangan Syai seketika terkepal.

"Gak tau di untung!" Pukulan keras mengenai hidung Putri hingga Putri terjungkal ke belakang dan kaca matanya pecah, tangan Syai kembali bergetar saat Putri nampak tak sadarkan diri.

"Apa yang aku lakukan?" Syai tak bergerak sedikitpun, tatapannya jatuh pada tubuh Putri yang sama sekali tak bergerak.

Sedangkan Iis nampak menutup mulutnya, dia benar-benar dalam masalah sekarang. Meskipun Putri berasal dari keluarga sederhana, tapi melakukan kekerasan di wilayah sekolah akan mendapatkan sangsi yang tegas dan tak termaafkan. Sekalipun dia adalah sosok sponsor terbesar bagi sekolah, karena itulah satu-satunya kemanusiaan yang ada di sekolah elit tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!