Bab 3. Pria Tampan

Di sudut sebuah sekolah menengah atas, seorang siswi dengan kaca mata yang dia kenankan nampak sembunyi-sembunyi memasuki kelas.

"Fyuh, untung aja udah gak ada orang." Putri, gadis itu menghela nafas lega. Kepalanya kembali celingukan dan kembali mengendap-endap.

"Eit! Ada tikus dari mana nih?" Seorang wanita berambut coklat mencegat langkah Putri.

"Minggir, aku mau memberikan ini pada Kakak ku!" Ya, geng sekolah yang beranggotakan para anak investor sekolah itu memang sering berbuat onar.

Mereka sangat suka menindas orang-orang yang lemah, seperti Putri. Namun, mereka sering kali mengurungkan niatnya saat sudah berhadapan dengan Neli, Kakak dari Putri.

Mereka memang tidak tahu siapa identitas Putri dan Neli. Namun, Neli pernah membuat geng mereka babak belur dan saat dirinya mengajukan agar Neli di keluarkan, kepala sekolah mengatakan bila ada bukti yang mengatakan bila mereka-lah yang bersalah.

Jujur, mereka tak bisa berkata apa-apa saat kepala sekolah melakukan hal itu. Dan saat itu, merekalah yang justru mendapatkan hukuman untuk berdiri di lapangan. Dengan wajah super bonyok mereka, dan dengan rasa malu yang luar biasa.

"Jangan bercanda! Aku tahu Kakak mu itu tidak hadir." Wanita berambut merah muda tersenyum sinis.

"K-kata siapa? D-dia datang menjemput ku tuh!" Gugup kini menghiasi hati Putri, jujur saja dia bukan gadis yang pandai berbohong.

.

.

.

"Kok, Putri belum pulang juga ya?" Neli merasa resah saat hanya menunggu di rumah, sebuah mobil sport mewah nampak memasuki halaman megah itu.

"Binggo!" Neli mengacungkan tangannya, sekilas senyum indah menghiasi kedua pipi manisnya.

"Neli? Mana Putri?" Sosok pria yang baru saja keluar dari mobil sport langsung celingukan.

"Ish, aku juga khawatir nih. Biasanya dia sering banget di gangguin sama preman sekolah saat pulang sekolah, apa lagi sekarang aku gak sama dia." Resah Neli, dia menatap tubuh atletis pria yang tidak lain adalah Kayam.

"Aku ada ide, tapi aku minta kerja sama dari kamu dong. Boleh ya?" Pinta Neli dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Ide, ide apa?" Ada firasat menyenangkan yang hinggap di hati Kayam. Sebagai seorang tentara, firasat adalah hal paling dasar yang harus di pelajari sekaligus di miliki demi menyelamatkan hidup masing-masing. Jadi, Kayam terkadang lebih percaya pada firasatnya di bandingkan dengan pola pikirnya sendiri.

"Begini," Neli membisikkan sesuatu di telinga Kayam. Mata Kayam seketika berbinar-binar, kepalanya juga mengangguk saat mendengar bisikan dari Neli yang terdengar seperti mantra itu.

"Gimana?" Tanya ulang Neli, Kayam mengangguk setuju dan mereka berdua akhirnya sepakat untuk melakukan hal gila itu.

.

.

.

Di kamar yang dulu sering di tinggali Kayam, dia kini menatap dirinya di hadapan cermin besar. Sebuah baju putih berlengan pendek serta celana abu-abu.

"Keren!" Teriak Neli dengan mengacungkan kedua jempolnya, bisa di katakan penampilan. Kayam sudah ketularan oleh Neli. Lihat saja, kemeja berlengan pendek dengan tulisan dan lambang OSIS di bagian saku baju itu nampak sangat nakal.

"Serius bakal berhasil Nel?" Kayam ragu, dia menatap tampilan barunya di cermin.

Tanpa menjawab, Neli hanya mengacungkan jempolnya dan senyum indah merekah di kedua pipinya. Kayam menghela nafas panjang, dalam hatinya di penuhi banyak do'a agar rencananya dan Neli berhasil.

Dengan dorongan semangat dari Neli, Kayam dengan sepeda motornya melaju dengan kecepatan tinggi menuju sebuah sekolah menengah atas, Neli terkekeh. Entah apa jadinya bila dia berada di posisi Putri saat ini.

Di sebuah sekolah menengah atas, Putri menatap orang-orang itu dengan takut yang teramat menghantui dirinya. Seorang wanita berambut perak datang dan melemparkan buku menuju ke wajah Putri.

Plak!

Buku itu tak sampai ke wajah Neli, justru di tangkap oleh seorang pria dan duduk di sebuah kursi di sudut rungan itu. Wajahnya yang tampan dengan tatapan menawan sungguh membuat mereka kehabisan iman.

"Ck, berisik banget!" Umpat pria itu menatap ke arah para wanita itu dengan tatapan dingin.

"Siapa dia?" Bisik salah satu siswi berambut merah muda.

"Gak tau, tapi lihat wajahnya yang super tampan itu. Anu ku sampai menjerit-jerit, gimana dengan isi celananya ya?" Bisik wanita berambut merah, ya mereka tak lain seperti Ja*la*ng.

"Dasar Pel*acu*ur! Lihat yang ganteng sedikit langsung kepincut!" Umpat sosok wanita berambut hitam yang agaknya merupakan ketua Geng tersebut.

"Ish, lihatlah matanya itu Bos!" Ucap lagi wanita berambut merah dengan antusias.

"Ck, cepat bereskan dulu si cupu ini!" Ucap ketua Geng itu merasa kesal, namun dia juga tak memungkiri bila pria itu memang tampan luar biasa.

"Ayo pulang!" Pria itu meraih leher Putri dengan mengapitnya di ketiak, semua orang melongo melihat kejadian tersebut.

"Siapapun yang berani menyentuh orang ku, maka kalian akan tamat!" Peringatan keras.di berikan oleh sosok pria tersebut seraya membawa Putri menjauh.

"Lepas!" Putri berontak seraya mengamuk minta di lepaskan, pria itu justru tertawa dan beberapa kali mencubit pipi Putri.

"Gemes banget si si imut ku ini, kange-"

"Lepas!" Teriak putri lagi, hingga merekapun sampai di parkiran. Sebuah motor sport berwarna hitam nampak menunggu penunggangnya.

"Ayo naik!" Ajak lagi pria itu, Putri memalingkan wajahnya berusaha kabur dari pria yang baru saja dia temui itu.

"Enak aja! Aku bukan mereka yang bakal terpincut dengan wajah mu ya!" Teriak lagi Putri tak terima di perlakukan seenaknya oleh pria itu.

"Emang aku ganteng ya?" Pria itu justru cengengesan seraya membeikan sebuah helm pada Putri.

"Serah! Aku mau pulang naik taxi, lagian kamu itu siapa si berani-beraninya nyentuh aku! Kalo Kakak aku tahu, aku jamin kamu akan jadi kue lebaran tahu." Umpat Putri saking tak terimanya.

"Astaga gadis kecil ku ini, aku di perintahkan oleh Neli ke sini kesayangan. Mana lihat senyumnya dulu dong? Masa iya baru ketemu setelah perpisahan sembilan tahun gak ada pelukan sama sekali?" Pria itu yang tak lain adalah Kayam merentangkan tangannya.

"S-sembilan tahun?" Ulang Putri mulai berfikir, Kayam mengangguk. Bodo amat dengan kejutan yang telah di siapkan Neli, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menaruhnya di tangan Putri.

"Selamat ulang tahun gadis kecil ku." Ucap Kayam lembut, dia merentangkan tangannya dan langsung mendapatkan sambutan berupa pelukan hangat dari Putri.

"Kak Ayam, kangen banget kak." Suara Putri terdengar lirih dan di selingi isak kerinduan dia memeluk Kayam yang juga tersenyum lembut.

"Masih manggil Ayam aja, udah gede tahu!" Kayam mencubit hidung Putri saking gemasnya.

"Ehem!" Suara deheman seorang pria, sontak membuat kedua orang itu berbalik ke arah sumber suara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!