Bab 18. Cinta Pandangan Pertama

Neli dan Pak Arya kini saling bersitatap, kejadian di gunung itu sudah sangat membuat Neli berterima kasih. Meski Pak Arya memiliki sifat yang tak terpuji karena sangat hobi marah-marah, namun dia juga orang yang selalu ada di kala Neli di landa masalah.

"Cepat masuk ke rumah, saya juga harus segera pulang." Yuki membuka payung kecil yang semula dia berikan pada Neli, namun Neli langsung menghentikannya.

"Pak? Boleh ya saya ikut pulang sama Bapak, please!" Neli memohon dengan sangat, Yuki menggelengkan kepalanya.

"Kedua orang tua kamu pasti khawatir Neli, cepat masuk ke dalam!" Yuki membuka payung dan membukakan pintu mobilnya agar Neli dapat ke luar.

"Pak, saya mohon!" Neli kembali merengek agar di bawa pulang saja oleh Yuki.

"Tidak pantas bila seorang pria membawa wanita ke dalam rumahnya, saya tinggal sendirian dan itu sangat tidak pantas Neli." Yuki kembali menjelaskan.

"Bapak tinggal sendiri?" Tanya Neli dengan mata berbinar, Yuki menghela nafas.

"Cepat masuk ke rumah, saya masih banyak pekerjaan." Yuki berucap dengan dingin, Neli menggelengkan kepalanya cepat.

"Saya mau sama Bapak, titik!" Neli tak bergeming, Yuki yang memang selalu berhasil membujuk Neli tak menyerah begitu saja.

"Kenapa kamu mau ke rumah saya?" Yuki menghela nafas panjang.

"Karena aku gak mau ke rumah, aku juga gak punya teman." Cicit Neli, Yuki menghela nafas dan akhirnya berinisiatif untuk ke luar dari mobilnya dan memijit bel rumah Neli.

"Pak!" Teriak Neli dengan wajah yang masam, Yuki terkekeh dan berjalan ke arah pintu mobil di mana Neli berada.

"Ayo saya antar," Yuki mengulurkan tangannya, Neli akhirnya tersenyum dan meraih tangan Yuki.

Seorang penjaga rumah itu nampak menunduk dan mempersilahkan Yuki dan Neli masuk ke dalam rumah itu, diam-diam Neli memperhatikan baju Yuki yang basah.

Itu karena Yuki memayunginya hingga membuat bajunya keabsahan, pria itu seolah tak memperdulikan dengan bajunya namun dia sangat memperhatikan bagaimana sikap Yuki yang posesif terhadapnya.

'Kayanya Pak Arya gak serem-serem banget deh, kalo jadi pacarnya pasti serukan?' Pikir Neli, Neli menggelengkan kepalanya. Hal apa yang baru saja dia pikirkan adalah hal paling gila dalam hidupnya.

"Neli?" Rose menatap putrinya yang bersama dengan Yuki, mata Rose seolah bertanya pada Yuki, dia sudah tahu identitasmu? Namun, Yuki menggelengkan kepalanya pelan.

"Pak Arya juga ke sini? Mari masuk, biar saya buatkan teh hangat." Rose dengan ramah mempersilahkan Yuki masuk, Neli nampak menunduk dan tak berkata apa-apa.

Rose yang telah berusia lebih dari 50 tahun itu merasa bila ada kemisteri yang kental, entah apa yang telah terjadi antara Yuki dan Neli, namun melihat bagaimana tatapan lembut Neli pada Yuki sudah dapat di tafsiran dengan mudah oleh Neli.

"Sebenarnya saya tidak akan lama Bu. Neli merasa tidak nyaman karena sidang siang ini, itulah kenapa dia meminta saya untuk mengantarnya pulang." Yuki tersenyum dan belum sempat duduk di sofa ruang tamu.

"Kenapa buru-buru sekali, lihatlah baju anda basah. Apa tidak lebih baik bila anda istirahat dulu di sini?" Rose berbasa basi.

"Terima kasih atas kebaikannya Bu, saya hanya ingin menyampaikan bila Neli mungkin merasa tertekan dengan apa yang baru saja menimpanya. Saya permisi," Rose mengangguk dan membiarkan Yuki kembali ke dalam mobilnya.

"Ma, aku juga mau istirahat." Neli berjalan gontai menuju kamarnya, Rose mengangkat alisnya. Sangat aneh sikap Neli kala itu, dia tidak berisik dan membuat ulah, itu aneh sekali pikir Rose.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi di antara mereka?" Rose kebingungan, meski dia adalah ibu yang terkesan posesif, namun dia juga ibu yang tak pernah menekan putri-putrinya sendiri.

Neli berjalan menuju kamarnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ada rasa lelah dan letih yang menghantam tubuhnya, berjuang mencintai seseorang itu lebih sulit di bandingkan dengan mengejar seseorang.

Selama ini Neli selalu berusaha mencintai Haikal sepenuh hatinya, dia selalu berharap agar dia bisa membalas cinta pria itu. Sayang, belum sempat cintanya tumbuh, Haikal justru sudah ketauan olehnya.

Neli mulai memikirkan perjalanan yang sudah dia lalui selama dua tahun terakhir, dari mulai di kejar Haikal sampai bertemu pria tampan yang sudah membuat jantungnya berdegup kencang saat pertama kali bertemu.

Entahlah, saat itu Neli sendiri tidak yakin bila ia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Neli tak pernah percaya adanya cinta pada pandangan pertama, karena dia sudah berusaha mencintai Haikal namun tak pernah ada hasilnya.

Neli menekan dadanya yang kembali bergetar, dia ingat saat menatap mata berwarna biru itu. Ah, itu saja susah membuat dada Neli dak dik duk tidak karuan.

"Kak, kamu tahu gak si. Aku beneran jatuh cinta sekarang, oh ya Kak aku kangen banget tahu." Neli bergumam di dekat gelang yang di berikan oleh Yuki.

Neli kembali membayangkan bagaimana wajah tampan pria itu, mata biru dan rambut putih ke perak-perakannya, jaket yang dia pinjamkan dan tatapan yang penuh dengan kekhawatiran itu.

Neli cengengesan sendiri, entahlah apa yang saat ini sedang dia bayangkan. Pria tampan yang hanya pernah dia temui satu kali seumur hidup itu sudah membuatnya terpincut seumur hidup.

"Eh, tunggu! Kenapa malah bayangannya berubah jadi Pak Arya?" Neli menggelengkan kepalanya saat tiba-tiba gambaran sosok tampan itu berubah jadi Pak Arya.

"Astaga! Kenapa jadi begini si!" Neli menepuk-nepuk kepalanya saat gambaran Pak Arya tak pernah pergi dari pikirannya.

"Astaga Neli, dosa apa yang sudah kamu lakukan hingga membuat lukisan mahluk mengerikan itu dalam otak mu!" Neli mulai bangkit duduk dan memukul-mukul bantal di dekatnya.

"Ampun Pak Arya! Kenapa kamu menghantui ku seperti ini!" Neli berteriak-teriak tidak jelas di kamarnya.

"Gak bener, aku harus mandi sekarang," Neli mengambil handuk dan beringsut ke kamar mandi, namun sayang bukannya menghilang gambaran Pak Arya justru semakin jelas.

"Astaga!" Neli teringat saat Pak Arya menyelamatkan di bekas pabrik lama. Pria itu menghajar berantakan yang datang, dan tak memperdulikan keselamatannya sendiri.

Kejadian itu memang tak pernah di sangka oleh Neli, sebuah tugas kimia memintanya untuk memperhatikan korosi pada besi. Haikal menyarankan tempat tersebut sebgai pusat penelitian Neli, namun beberapa orang justru menyergap Neli dan membuatnya tersudut.

Pak Arya yang tiba-tiba berada di sana membuat segalanya berubah, Neli dapat selamat dari bahaya dan kembali berhutang budi pada Pak Arya.

"Kamu tidak apa-apa Neli?" Suara lembut Pak Arya kembali terngiang dalam benak Neli, gambaran luka yang di miliki Pak Arya dan mata yang di penuhi kekhawatiran itu sudah membuat dada Neli menjadi tak betah diam.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

Neli belum nyadar ya jika Arya itu ya kakak yang dia rindukan. 😍😍😍😍😍lanjut lagi

2024-04-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!