Bab 19. Saya Akan Kejar Bapak

Neli sudah berubah menjadi orang gila kala itu, bayangan Pak Arya sudah membuatnya tak betah berada di dunia. Setelah segala cara gagal membuat bayangan Pak Arya menghilang dari benaknya, alhasil Neli memilih menatap ponselnya.

Dia mencari kontak Pak Arya dari group sekolah. Nihil, dia tak mendapatkan yang dia cari, Neli berdecak kesal dan memilih menghubungi Kayam yang memang ahli dalam bidang pencarian nomor seperti itu.

"Halo Nel, aku sedang beres-beres Nih!" Suara kesal terdengar jelas dari nada bicara Kayam.

"Ayam, bantuin gue nyari nomor Pak Arya dong!" Neli memelas namun juga memaksa.

"Siapa?" Tanya balik Kayam, dia hampir tak percaya dengan apa yang di mintai oleh Neli.

"B, aja deh! Gue bilang Pak Arya!" Neli memutar bola matanya malas, Kayam yang seolah mendengar bila ada keajaiban dunia itu kian tertegun.

"Serius Nel, buat apa?" Sifat kepo Kayam akhirnya kumat, bila saja sedang tidak di butuhkan, Neli juga sangat malas berhubungan dengan Kayam.

"Ya gue mau ngerjain tugas lah, andai lo juga bisa menemukan pria idaman ku. Tapi kayanya mustahil, dengerin gue minta no Pak Arya aja kaya denger berita kiamat." Neli berargumen sendiri, sedangkan Kayam hanya terkekeh dari sebrang telpon.

"Serius mau belajar? Kena angin mana sampe ada istilah belajar segala?" Kayam meledek tak kepalang, Neli berdecak kesal dengan Kakak angkatnya itu.

"Dari kentut! Mau bantuin gak?" Neli semakin kesal, Kayam tersenyum.

"Oke, aku bantuin. Ngomong-ngomong pria pujaan lo itu bukannya pacar lo ya Nel?" Kini Kayam mulai kepo, Neli semakin kesal dibuatnya.

"Bukan lah, lagian siapa yang punya pacar? Ngadi-ngadi terus." Neli mematikan ponselnya secara sepihak, dan tak lama kemudian pesan dari Kayam sampai dengan nomor Pak Arya di sana.

Neli tersenyum dan langsung menyimpannya, sebuah foto profil tanpa wajah dan hanya menampilkan pemandangan indah dengan Pak Arya yang berdiri membelakangi Kamera.

"Aku kok jadi berdebar gini ya?" Neli semakin resah dengan pikirannya sendiri.

"Kak Neli?" Putri membuka pintu kamar Neli secara perlahan, Neli menatap Putri dengan kedua pipi yang memerah.

"Kakak kenapa?" Putri nampak kebingungan, dia meletakan punggung tangannya di kening sang Kakak.

"Panas, kenapa Kakak demam?" Putri terkejut, karena setahunya Neli tak pernah sakit.

"Gak papa kok Put, gimana lukanya?" Neli memperhatikan kening adiknya yang nampak manis tanpa kaca mata.

"Aku habis potong rambut biar ada poninya Kak, aku takut nanti lukanya berbekas makanya aku poniin aja sementara." Putri menjelaskan saat Neli memeriksa lukanya di kening.

"Imut banget si Putri, bisa-bisa aku jatuh cintrong pada dirimu loh." Neli memuji, sedangkan Putri hanya tersipu tak kala mendapatkan pujian itu.

"Kak, maafin aku ya? Aku melakukan hal yang membuat Kakak dalam masalah sekarang. Kak, sebenarnya aku tadi berencana menjauhi Kak Kayam. Tapi aku gak berani bilang sama Mama dan Papa." Putri menunduk, kedua pipinya nampak memerah.

"Jangan bilang, k-kamu suka s-sama si K-kayam?" Neli mulai bergidik ngeri, entah apa yang telah terjadi antara Putri dan Kayam. Namun wajah Putri saat ini tak dapat berbohong sedikitpun.

"Meski aku suka sama Kak Kayam, tapi aku udah di jodohkan sama Mama dan Papa. Aku gak mau merusak hal yang sudah di buat dengan baik oleh mereka." Putri menunduk pasrah, Neli tersenyum lembut dan mengangkat dagu adiknya.

"Coba rasakan dulu Putri, bila benar kamu mencintai Kayam. Coba bicara lagi sama aku, aku jamin akan membuat semuanya menjadi mulus." Neli mengangkat jempolnya meyakinkan.

"Terima kasih Kak, eh? Itu nomor Pak Arya?" Putri tertegun, setahunya Pak Arya tak pernah memasuki group sekolah.

"E-eh, b-bukan kok. Kamu pasti lelah bukan? Sana balik lagi ke kamar kamu ya?" Neli berdiri dan menarik Putri menuju kamarnya, Putri hanya terkekeh dan membiarkan sang Kakak untuk sendiri.

"Huuuu hampir aja, kalo Putri tahu bisa-bisa ada kiamat kubro di sini." Neli menghela nafas lega, dan mengulas dada pertanda aman.

"Mana coba aku cek dulu nomornya lagi, aku hapalin sekalian." Neli terkikik geli, dia menatap profil Pak Arya sekali lagi. Ada rasa familiar dari foto itu, dia merasa pernah melihat punggung itu di suatu tempat.

"Eh, eh kok kepencet!" Neli panik saat tak sengaja mengklik panggilan. Neli semakin panik, namun tak berapa lama kemudian suara Pak Arya terdengar.

"Halo dengan siapa?" Neli kian panik saat mendengarkan suara dingin itu, Neli berdehem kecil dan mengambil buku matematikanya dengan cepat.

"Pak ini saya, a-anu. S-saya mau tanya mengenai pelajaran Bapa, apa boleh?" Yuki yang berada di sebrang telepon mengedipkan matanya, tak pernah dia sangka bila Neli akan menghubunginya ke nomor kerja miliknya.

"Bisa, bagian apa?" Yuki menjawab, saat itu dia juga belum mandi dan baru saja sampai di rumah, setelah mengantarkan Neli.

"Begini, ini soal nomor 2 itu loh Pak. Saya kurang faham jawabannya apa?" Neli mulai mengada-ada akibat panik.

"No 2? Saya sudah menjelaskannya minggu lalu, dan minggu sekarang tidak ada pekerjaan rumah bukan?" Yuki terkekeh, dia membuka pakaiannya menuju kamar dan masuk kamar mandi.

Suara air terdengar dari arah telepon, Neli mulai menebak-nebak apa yang sedang di lakukan oleh pria itu.

"Bapak kok ada suara air, lagi hujan-hujanan ya?" Neli menebak-nebak, karena di luar sana hujan kian deras.

"Tidak, saya sedang mandi." Blush, wajah Neli seketika memerah mendengar jawaban Yuki, dia merasakan pipinya yang seolah akan meledak saat itu juga.

"Neli? Apa ada pertanyaan lain?" Yuki yang memang sedang mandi melakukan aktifitasnya dengan nyaman.

"A-ada Pak, saya mau tanya tapi Bapak gak boleh jawab sekarang ya?" Neli yang memang super berani dan tak penah kenal takut itu menghirup udara sebanyak mungkin.

"Hem?" Yuki merasa aneh, dia mematikan air dan mulai mendengarkan suara Neli dengan seksama.

"Bapa mau gak jadi pacar saya?"

TUUT!

TUUT!

TUUT!

Neli mematikan panggilan itu, Yuki yang tak mungkin salah dengar itu, menjadi gagal fokus. Kedua pipinya memerah dan dadanya bergemuruh dengan hebat.

Yuki yang seolah tanpa kesadaran atas tindakannya seolah melayang dari kamar mandi menuju kamarnya, dia memakai pakaiannya seolah robot yang tanpa hati, ya hatinya saat ini tengah menahan debaran hebat di dadanya.

"Pak, saya akan kejar Bapak sampai ke luar angkasa! Jangan pacaran sama orang lain ya?" Neli mengirimkan pesan, Yuki kian yakin bila Neli mengatakan tadi dengan benar, bukan dia yang salah mendengar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!