Bab 15. Pertanyaan Neli

"Pak, kok ke sini si jalannya?" Neli memperhatikan jalan yang di lewati oleh Yuki, itu adalah jalan menuju rumahnya. Setelah terpesona dari senyum indah Pak Arya, perasaan Neli berubah tidak enak.

"Kenapa kamu mau ikut dengan saya hem? Tidak ada alasan bukan? Saya sebagai seorang Guru sudah sepatutnya melakukan ini, Neli." Jawab Yuki kembali, Neli menggelembungkan kedua pipinya seperti balon yang di tiup.

"Aku gak mau pulang!" Tegas Neli dengan wajah yang di palingan.

"Kenapa tidak mau pulang? Besok, adalah sidang penentuan mu bukan?" Yuki menghela nafas panjang.

"Pokonya aku gak mau pulang!" Neli yang memang memiliki sifat keras kepala tak ingin kalah begitu saja.

"Memangnya kenapa tidak mau pulang?" Yuki menepikan mobilnya, dia kini menatap Neli yang cemberut. Sangat menggemaskan memang, namun sikap keras kepala Neli tak pernah membuat seorang Yuki mundur.

"Bapak gak tau ya, kalo di rumah saya ada tradisi memukul anak nakal?" Neli mengusap-usap paha tangannya, merasa ngeri bila harus mendapatkan semprotan dari kedua orang tuanya.

"Enggak tau tuh, lagi pula saya tahu bila apa yang mereka lakukan untuk kebaikan kamu, mana ada orang tua yang ingin membuat anaknya hancur." Yuki berpendapat, Neli menggelengkan kepalanya.

"Enggak Pak, aku serius tahu gak? Kalo Bapak gak percaya Bapa bisa periksa sendiri!" Neli memperlihaatkan luka di tangannya, sebenarnya itu bukan luka dari Yuhou atau Rose melainkan hasil Neli yang sering tawuran.

"Benarkah? Saya kira mereka adalah orang tua yang baik loh, apa kamu mengada-ada?" Yuki yang memang sangat tahu kepribadian Yuhou dan Rose tak percaya begitu saja.

"Ingat loh, bohong itu dosa." Neli seketika bungkam, gila saja saat ini dia di hadapkan dengan sosok yang sangat mirip dengan sang Kakak yang pergi sekian tahun lalu.

Bagi seorang Neli, penjelasan yang di lakukan Arya sangat sama dengan apa yang sering di lakukan oleh Yuki.

"Bapak tahu identitas saya sejak dulu ya?" Cicit Neli pada akhirnya, mobil Yuki juga sudah mulai kembali berjalan.

"Semua Guru di sekolah mengetahuinya, kami juga tidak dapat bertindak gegabah pada seorang Putri dari keluarga Ziad bukan?" Senyum terukir kembali di bibir Yuki.

"Pak, memangnya Bapak gak ilfil deket-deket saya kaya gini?" Neli menghela nafas pasrah, entah mengapa dia justru merasa nyaman dekat dengan Guru killer ini.

"Atas dasar apa saya harus merasakan itu?" Neli seketika bungkam, dia benar-benar tak dapat berkata-kata lagi saat ada pertanyaan seperti itu.

"Apa Bapak sudah punya pacar?" Neli kembali bertanya, memang agak lucu pertanyaan Neli itu. Namun dia tidak yakin bila pria yang dingin itu memiliki pujaan hati.

"Tidak, bahkan tunangan saya memutuskan untuk berpisah." Jawab lagi Yuki, Neli menatap Yuki yang serius berkendara.

"Iya juga si, pasti serem kalo pacaran sama Bapak. Saya yakin pacar Bapak itu merasa bila Bapak terlalu serius dan garang." Neli terkikik dia ingat saat pertama kali di hukum oleh Yuki dan di mintai menghafal semua rumus dalam satu bab pelajaran.

"Kami belum sempat bertemu, dari mana dia tahu bila saya orang yang serius?" Neli kembali bungkam, kasihan sekali nasib dari Gurunya ini.

Neli mulai menatap jalanan dan sampai di depan pintu gerbang rumahnya, entah apa yang kini di rasakan oleh Neli. Dia tak merasa patah hati sedikitpun, ya meski dia merasa sakit hati atas pengkhianatan yang di lakukan oleh Haikal.

Neli enggan ke luar dari mobil, Yuki menghela nafas panjang dan menyerahkan payung kecil pada Neli.

"Cepat masuk, aku yakin kedua orang tua mu tidak akan marah pada mu." Yuki memberikan keyakinan penuh pada Neli.

"Atas dasar apa Bapak se-yakin itu?" Neli nyengir kuda, meski Rose akan ngamuk sekalipun, Neli memang sudah menyiapkan senjata andalan agar wanita itu bisa memaafkannya.

"Atas dasar, karena kamu adalah putri mereka. Putri juga akan merasa risau karena kamu belum menemuinya bukan?" Yuki menjelaskan keadaan, sebagaimana seorang Guru pada muridnya.

"Pak, saya sempat mengira bila Bapak itu jelmaan dari otak saya loh. Bagaimana Bapak bisa membaca pikiran saya, dan selalu mengetahui apa yang saya pikirkan ya?" Neli nampak berfikir.

"Memang sebagai seorang Guru harus seperti itu bukan, Guru adalah jelmaan dari orang tua. Sudah sewajarnya bila Guru memberikan arahan dan mengetahui apa yang di pikirkan oleh muridnya." Jawab lagi Yuki, meski kenyataannya tidak demikian.

Yuki dapat mengetahui apapun yang di inginkan dan di pikirkan oleh Neli karena dia memang sudah sangat mengenal gadis itu, bisa aneh bila dia tak dapat menebak apa yang di pikirkan oleh gadis nakal itu.

"Enggak gitu juga kali Pak, semua Guru gak kaya gitu tahu. Waktu di perkemahan kala itu, kenapa Bapak bisa tahu lokasi saya?" Neli menunduk, memang malu menanyakan hal itu. Namun terlalu sering hal kebetulan yang tak pernah di sangka yang selalu melibatkan Guru matematikanya.

"Kebetulan saja, lagi pula saya sebagai penanggung jawab kelas kamu saat itu. Saya tidak mungkin duduk diam dan menunggu begitu saja bukan?" Yuki berusaha menghindar, kenyataanya dia tahu lokasi Neli karena jam yang di pakai Neli memiliki GPS yang dapat dia lacak.

"Terus, waktu saya di bekas pabrik waktu itu juga? Kenapa Bapak datang?" Neli yang kini sudah mengetahui segalanya merasa sangat berterima kasih pada Gurunya, bila bukan karena Yuki. Mungkin saat ini Neli sudah hanya tinggal nama saja.

"Saat itu saya memang sedang melakukan diskusi dengan pemilik tanah di sana, saya berencana akan membangun kembali pabrik itu." Jawab lagi Yuki.

"Terus saat saya berada di gudang sekolah dan terjadi kebakaran, bagaimana Bapak bisa tahu saya ada di sana?" Neli kembali bertanya, Yuki menghela nafas panjang. Mampang sangat sulit memberikan penjelasan pada gadis yang banyak ingin tahunya seperti Neli.

.

.

.

Beberapa bulan lalu, saat acara kemah akhir tahun di adakan di sebuah gunung tertinggi di jawab barat. Neli bersama 120 orang lainnya memang sudah bersiap untuk mendaki tak kala sore mulai menua.

Mereka semua berencana akan pergi menjelang malam. Memang sudah menjadi rahasia umum bagi para pecinta alam bila melakukan pendakian di malam hari adalah hal yang paling menyenangkan.

Memang banyak larangan dan pantangan yang harus mereka penuhi, namun mereka juga akan mendapatkan bayaran yang setimpal tak kala sampai di puncak gunung dan melihat keindahan alam yang memukau.

Neli bersama 30 orang teman sekelasnya sudah siap dengan ransel besar, dan saat itu Pak Arya adalah Guru yang bertugas sebagai penanggung jawab kelas mereka.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

gimana ya reaksi Neli jika tau Arya itu tunangannya 🤔🤔🤔🤔

2024-04-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!