Bab 8. Neli Beraksi

"Siapa yang melakukan ini?" Kayam menatap Syai dan Iis bergantian. Tangan Iis langsung menunjuk ke arah Syai, sedangkan Syai masih terpaku.

"Bagus!" Ucap Kayam, dia langsung memeriksa denyut nadi Putri yang normal. Namun detak jantungnya terdengar begitu lemah, Kayam menghubungi Neli dengan ponselnya.

"Apaan?" Tanya Neli acuh tak acuh, jam pelajaran ke dua tak ada guru dan waktu paling asoy untuk mengucapkan apa kabar pada penjaga mimpi.

"Putri pingsan, aku ingin memberi pelajaran pada pelakunya, bawakan aku obat-obatan ini!" Kayam mengatakan beberapa obat-obatan yang di butuhkan untuk Putri.

Neli tak berani menjawab lagi, kini Kayam ada dalam mode ib*lisnya. Boro-boro Neli, Yuhou saja tidak akan berani bicara bila Kayam sudah masuk mode ibl*is.

Neli datang dengan cepat, sedangkan pintu dari ruangan itu nampak masih tertutup, itu artinya belum ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Neli nyerobot masuk dan menutup kembali pintu itu dengan kasar.

"Astaga Putri!" Neli tertegun tak kala melihat banyaknya luka yang di derita oleh sang adik, rambut panjang Putri seketika mengibaskan diri dan mata tajamnya langsung terarah pada Syai.

"Lu yang buat adek gue kaya gini hah?" Neli mengepalkan tangannya, baju pendek yang lengannya di lipat hingga dekat ketiak.

"Gue bakal lepas kendali Nel, tolong gantiin gue buat hajar dia!" Kayam menunjuk ke arah Syai berada, tanpa di mintapun Neli pasti akan melakukan hal yang sama.

"Ba*ngs*at!" Maki Neli, dia langsung meninju hidung Syai hingga darah segar keluar dari hidungnya, sedangkan Kayam sibuk mengobati luka Putri.

Neli mencakar, menendang, memukul bahkan tak segan untuk melemparkan Syai hingga babak belur. Warna kebiruan nampak di hidung dan sekitar pipinya, keningnya juga nampak berdarah dan lengannya juga ikut di penuhi bercak kebiruan.

Kayam mulai merasakan detak jantung Putri kembali Normal, dia mengusap perban yang terdapat di kening Putri. Untung hanya luka kecil tanpa jahitan dan akan sembuh dalam waktu satu bulan. Tapi bagi Kayam, orang yang melakukan itu harus membayar segalanya seumur hidup.

"Sudah cukup Nel, kita lakukan pengajuan pengeluaran siswa saja. Luka itu tak akan membuatnya terluka seumur hidup." Kayam menghentikan aksi Neli, Iis yang mendengar itu tercengang luar biasa.

"T-tapi, dia adalah putri dari seorang Direktur di Ziad group." Iis mulai berkomentar dengan perasaan cemasnya.

"Cabang yang mana?" Tanya Kayam dingin, Iis mengigit bibir bawahnya.

"K-kalimantan." Jawab Iis gugup, pikirannya kini di penuhi pertanyaan mengenai identitas Kayam dan Neli.

"Ck, lakukan sesuka kamu Nel." Kayam tersenyum keji.

"Dih aneh, tadi minta berhenti sekarang minta aku berbuat sesuka ku, dasar pria memang sangat sulit di mengerti." Gumam Neli, dia memperhatikan punggung tegap Kayam yang saat ini tengah membawa adiknya ke luar ruangan.

"Jadi, kamu itu anak Direktur?" Neli menatap Syai tajam.

Tak ada jawaban dari sana, menjadi pegawai biasa di perusahaan Ziad saja sudah menjadi suatu kebanggan bagi sebagian orang. Tapi sekarang Syai yang merupakan anak Direktur malah dipermalukan seperti itu.

"Iis nama lo kan?" Neli menatap Iis saat mendapati Syai tak bersuara sama sekali.

"I-iya," Jawab Iis ketakutan, mata Neli seolah di penuhi hawa dingin.

"Jadi saksi untuk kekerasan sekarang, bilang saja bila Syai tanpa sengaja terjatuh setelah menghajar. Bila kamu tidak melakukannya, maka bersiaplah agar kamu dan dia yang akan ke luar dari sekolah ini." Neli pergi dari ruangan itu, hingga beberapa siswi dan siswa melihat apa yang baru saja terjadi.

Wajah Syai yang bonyok dan di penuhi warna kebiruan sudah pasti di sebabkan oleh Neli, namun Neli nampak acuh tak acuh seolah tak memperdulikan apapun yang baru saja terjadi.

Neli masuk ke ruang konseling dan melaporkan apa saja yang terjadi pada pimpinan di sana tanpa di tutup-tutup, si guru yang merupakan anak buah langsung Yuhou hanya dapat menghela nafas berat.

"Lalu, apa yang kamu inginkan?" Guru itu menatap Neli yang santai duduk di hadapan meja tepat di hadapannya.

"Keluarkan dia! Sisanya biar aku yang urus sendiri." Neli berdiri dan ke luar dari ruangan itu, tak lama kemudian panggilan yang di tujukan kepada Syai dan Iis akhirnya terdengar di pengeras suara sekolah.

"Aku yang akan buat kamu ke luar dari sini, aku udah menghubungi Papa ku dan dia akan langsung membuat kamu bertekuk lutut!" Ancam Syai saat Neli nampak berada di depan kelasnya.

"Sombong, hanya anak direktur saja." Gumam Neli memasuki kelasnya, dia langsung menghubungi salah satu orang kepercayaan sang Ayah.

"Halo, paman Gilang. Aku ada sedikit urusan di sini, bisakah kamu mewakili ayah ku ke sekolah?" Pinta Neli kepala sang Paman yang merupakan saudara ipar dari dari sang Papa.

"Kamu ada masalah apa lagi Neli?" Gilang menghela nafas panjang, sudah terlalu sering bagi Gilang mendapatkan banyak masalah dari anak adik istrinya itu.

"Bukan masalah besar, aku hanya ingin mengeluarkan seorang murid saja. Bila tak mau datang juga gak papa, Paman bisa hubungi kepala sekolah dan bilang bila itu kehendak Paman." Neli duduk di kursinya, beberapa siswa yang tengah saling melempar kertas tak memperdulikan keberadaan Neli.

"Tidak bisa begitu Neli, banyak hal yang harus di pertimbangkan terlebih dahulu. Kamu tahu benar apa konsekuensi bila di keluarkan dari sekolah bukan? Kamu mau merusak masa depan orang hem?" Gilang menasehati Neli, agar Neli tidak melakukan hal yang gegabah.

"Benarkah? Apa hal itu akan merusak masa depan orang yang di keluarkan dari sekolah ini?" Neli terperanjak kaget.

"Tentu saja, kamu tahu benar bila sekolah tempat kamu belajar saat ini adalah sekolah elit yang di dirikan oleh Mama mu sendiri. Sekolah itu mendidik dan melindungi anak yang berada di bawah kekuasaan keluarga Ziad dan Pramudita."

Neli mengangguk-anggukan kepalanya, mengenai hal itu. Neli sendiri memang sudah tahu banyak.

"Bila seseorang dari sekolah itu, iru sama saja mengusirnya dari dunia. Dia tidak akan di terima di pergaulan kelas atas. Sekaligus akan di kucilkan meski dapat sekolah di sekolah Negri sekalipun." Gilang menjelaskan panjang lebar menganai konsekwensi yang akan terjadi.

"Kelihatannya tidak buruk, Paman. Tolong bantu aku menghancurkan orang itu, bila Paman tidak bersedia aku akan melakukannya sendiri dengan cara ku." Neli mengancam, Gilang menghela nafas panjang.

Bisa dalam bahaya bila Neli melakukan segalanya dengan semaunya sendiri, bisa ada perang dunia Shinobi agaknya. Gilang akhirnya menghubungi kepala sekolah dan melakukan apa yang di mintai oleh si tengil Neli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!