Bab 9. Aksi Kayam

Di sebuah rungan konseling, wajah Syai tiba-tiba saja pucat saat mendapatkan surat keputusan dari kepala sekolah.

"A-aku di keluarkan?" Syai tak dapat menerima kenyataan itu dengan baik, dia menatap guru konseling yang kini seolah ikut prihatin.

"Kamu sudah sangat keterlaluan, di sekolah ini sudah di jelaskan bila siapapun yang berani melakukan pelanggaran berupa penyiksaan terhadap sesama murid akan mendapatkan sangsi berat yang berujung di keluarkan." Guru konseling yang nampak bijaksana dan memang sudah memberi nasihat pada semua murid, hal itu seolah menyalahkan tindakan Syai.

"Ini tidak mungkin, bagaimana bisa?" Syai menggebrak meja yang berada di hadapannya.

"Jangan merusak fasilitas sekolah ini," Guru itu berdiri dan membukakan pintu keluar.

"Pintu sudah terbuka, urusan kita sudah selesai." Guru konseling mempersilahkan agar Syai ke luar dari ruangan tersebut.

"Saya keberatan dengan tindakan ini Pak! Bukankah banyak geng sekolah yang melakukan kekerasan pada sesama murid hah?" Syai tak ingin di keluarkan begitu saja.

"Mana buktinya?" Syai kembali terdiam, Guru konseling itu memang tak pernah diam tak kala menerima laporan. Asal ada bukti semuanya dapat di tindak berdasarkan aturan yang ada.

"Lalu saya? Mana buktinya bila saya yang melakukan kekerasan? Bukankah Neli juga melakukan hal yang sama pada saya?" Nada suara Syai kian meninggi.

"Saya memiliki bukti bila kamu yang melakukan tindak kekerasan pada Putri, namun tak ada bukti bila Neli melakukan kekerasan terhadap kamu." Sifat tegas Guru konseling itu, tak membuat Syai patah semangat.

"Aku ada saksinya, Bapa bisa memanggilnya sekarang." Syai memang sudah melakukan konfromi agar Neli dapat di keluarkan dari sekolah. Segala sumber daya akan di gunakan oleh Syai.

"Benarkah?" Guru konseling itu tersenyum, dia lekas menghubungi kepala sekolah dan Yuhou sebagai wali dari Neli.

Sedangkan Syai juga tak tinggal diam, diam langsung menelpon sang Papa dan rekan-rekannya yang siap untuk membantunya.

Sebuah Geng besar sekolah benama Merpati Hitam berada di balik semua itu, mereka kesal pada Neli yang tak pernah dapat mereka taklukan. Mereka sudah membujuk Neli agar masuk ke dalam Geng mereka, namun Neli selalu menolak. Alhasil, Neli sering kali membantu beberapa murid yang tengah di palak oleh Geng mereka.

Ponsel Neli berbunyi yang berasal dari sang Ayah, dengan berat hati Neli menerima panggilan itu.

"Neli! Apa yang kamu lakukan hah?" Pekik Yuhou tak terima. Neli memang gadis tengil tukang buat onar.

"Astaga, suara panggilan ini terasa seperti suara panggilan dari malaikat pencabut nyawa saja." Gerutu Neli dengan senyum hambar di bibirnya, pasti telah terjadi sesuatu di ruang konseling saat ini.

"Sudah tahu Papa mu ini seperti malaikat pencabut nyawa, masih saja membuat onar. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Yuhou garang.

"Gini Papa ku yang ganteng dan hanya tercipta untuk Mama ku seorang, Putri sekarang terluka, kepalanya berdarah dan hidungnya mimisan." Ucap Neli, seketika Yuhou terdiam mendengar penuturan Neli.

Meski Neli gadis yang tengil, tapi Neli juga adalah gadis yang jujur. Neli memang pembangkang, namun Neli lebih memilih diam di bandingkan mengatakan sebuah kebohongan.

"Sebagai seorang Kakak yang baik, mana rela aku membiarkan kejadian itu berlalu begitu saja. Masih hidup saja seharusnya dia bersyukur Papa." Lanjut lagi Neli.

"Kamu membiarkannya tetap hidup?" Tanya Yuhou pada akhirnya.

"Iya, kalo aku bunuh dia tadi, bukan dari sekolah kali panggilannya tapi dari kantor polisi." Yuhou mengangguk, dia membereskan semua pekerjaannya dan bergegas menuju sekolah di mana Neli dan Putri menimba ilmu.

Di ruang UKS, dengan setia dan sangat teliti Kayam memeriksa luka Putri. Putri mungkin di banding, dan selain kening mungkin tubuhnya juga terdapat memar bukan?

'Apa aku harus memeriksa Putti lebih dalam lagi?' Kayam bergumam dalam hati, dia ingin memeriksa tubuh Putri. Tapi bagaimana bila Putri nanti terbangun? Atau ada orang yang masuk ke ruangan tersebut?

Kayam menjambak rambutnya sendiri, otaknya mulai berputar. 20 Menit telah berlalu sejak Putri pingsan, itu artinya Putri akan segera siuman.

'Tapi, kemungkinan besar dia akan bangun saat 30 menit bukan?' Gumam lagi Kayam, untuk melancarkan aksinya yang entah harus di puji atau tercela. Seolah mendapatkan kesempatan dalam kesempitan, Kayam akhirnya berjalan menuju pintu.

Bukan untuk memanggil bantuan atau siswi yang mungkin akan membantunya membuka pakaian Putri, namun Kayam langsung mengunci pintu dan menutup semua jendela dengan gorden.

"Aman, semoga Amin." Bisik Kayam, dia menyalakan lampu dan menghela nafas panjang.

Perlahan namun pasti Kayam membuka dua kancing baju bagian atas milik Putri. Putri masih SMA namun gunung miliknya seolah sudah dewasa, besar dan padat.

Glek!

Kayam menelan salivanya, dia menatap dua gundukan itu tanpa berkedip. Entahlah seperti apa wajah Kayam saat ini, selain merah dan hidungnya mimisan akibat pemandangan indah tersebut. Jantung Kayam juga ikut berpacu selaras dengan hatinya yang bergejolak.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara pintu di ketuk, Kayam kelabakan. Seperti seorang manusia yang habis melakukan dosa besar, padahal niat awalnya Kayam ingin memeriksa tubuh Putri, namun naluri prianya justru terpacu dasyat.

Kayam buru-buru mengancingkan baju seragam Putri, Kayam sangat terburu buru dan mematikan lampu ruangan itu dengan cepat. Kayam menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu.

"Kenapa lama?" Semprot seorang pria berambut putih ke perak-perakkan.

"Astaga Yuki, buat jantungan aja." Kayam menghela nafas dan menarik Yuki masuk ke dalam UKS.

"Memangnya kenapa? Kamu habis apain Putri woi!" Yuki tersenyum jenaka tak kala memperhatikan kancing baju Putri yang tidak tertata sebagaimana mestinya.

"Astaga! Balik badan lo!" Kayam kembalikan tubuh Yuki dan langsung memperbaiki kesalahannya.

"Udah mau di unboxing aja, hati-hati loh bapaknya galak!" Yuki menggoda sahabatnya itu yang tengah kelabakan.

"Udah tau, kenapa ke sini?" Kayam menatap wajah Yuki yang nampak khawatir.

"Kak Yuhou akan ke sini, aku di mintai menjaga Neli selama dia belum datang." Yuki menghela nafas berat.

"Terus?" Kayam mengangkat bahunya, bukankah yang harus dia jaga adalah Neli kenapa Yuki justru ke UKS?

"Pacarnya ada di sini, buat apa aku ikut-ikutan. Malas aku melakukan hal yang merugikan diri sendiri." Yuki duduk di kursi tunggu dengan wajah masam.

"Maksud kamu?" Kayam menatap heran seraya membuka kembali gorden yang tadi dia tutup.

"Aku harus bagaimana lagi? Bila aku melakukan pembuktian, bisa saja Neli patah hati dan kamu tahu sendiri seperti apa keluarga Ziad bila susah jatuh cinta bukan?" Kayam mengangguk mengiyakan, bisa hancur seisi sekolah bila seorang Neli patah hati.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

bukankah lebih baik patah hati sekarang daripada nanti 🤔🤔🤔🤔 Ayoklah Yuki

2024-04-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!