Bab 17. Memanggil Nama

"Nah yang ini namanya Haikal, dia ketua kami saat ini." Raisa bercerita, Raisa tak akan pernah bertindak gegabah dan akhirnya meninggalkan banyak jejak saat mereka melewati hutan tersebut.

"Eh, bukannya tadi kita udah ke sini ya?" Raisa tertegun, dia kembali ke daerah di mana gubuk tua itu berada.

"I-inikan!" Dua orang siswa yang bersama mereka menjadi ketar ketir, untung saja siaran langsung Raisa masih berjalan.

"Guys, temen-temen tolong kami di sini! Kami tersesat!" Teriak Raisa panik, beberapa orang di tenda yang melihat siaran langsung itu lantas memberikan informasi pada para Guru yang berjaga.

Raisa yang memang sudah memprediksi hal semacam itu akan terjadi tak dapat berbuat apa-apa. Percaya atau tidak terhadap hal yang tidak kita lihat, tergantung pada pemikiran masing-masing.

Raisa memperhatikan jejak yang dia tinggalkan yang dapat membawanya kembali nampak masih aman, dia juga langsung mengirimkan sinyal SOS pada Yuki.

Sebenarnya bukan Raisa yang akan kembali dan meninggalkan Neli bersama dengan Haikal yang menurut pandangan Raisa sendiri, pria itu bukanlah orang baik-baik. Melainkan Yuki yang akan datang dan menolong mereka semua.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya salah seorang siswa, dalam siaran langsung itu ada komentar yang mengatakan agar mereka tetap diam dan menyalakan kembang api sebagai bentuk permintaan tolong.

"Bener juga, kamu bawa kembang api bukan?" Tanya Raisa pada Haikal, Haikal menggelengkan kepalanya.

"Angkat tangan kalian!" Mereka di kejutkan dengan kedatangan 5 orang pria mengenakan penutup wajah, mereka menggunkan pakaian serba hitam.

"Siapa kalian!" Pekik Raisa, ponsel di tangannya langsung di pukul oleh salah satu orang di sana. Sontak saja ponsel itu jatuh dan hancur berkeping-keping.

Mereka berlima nampak saling mengangguk dan memukul punggung dua siswa dan juga Raisa, selain itu Haikal nampak berontak dan berusaha melindungi Neli.

"Apa yang kalian inginkan!" Teriak Haikal, sebuah balok kayu akhirnya melayang dan mengenai kaki Haikal.

Entah Haikal ini benar-benar terluka atau memang hanya pura-pura, seorang pria lainnya juga langsung memukul pundak Haikal hingga akhirnya terjatuh pingsan.

"Berhenti! Apa mau kalian!" Teriak Neli, namun orang-orang tersebut justru membawanya ke dalam sebuah hutan yang lebih dalam.

"Lepas!" Berontak Neli, lengannya yang di cengkram dengan kuat nampak kemerahan.

Kini Neli sangat yakin bila sasaran mereka adalah dirinya, belum sempat Neli menekan jam tangannya. Sebuah jurang yang cukup terjal nampak sudah siap membawa Neli ke alam lain.

Di tempat lain, Yuki sudah sampai di mana Raisa dan teman-temannya nampak pingsan, Yuki tersenyum kecut tak kala melihat Haikal berpura-pura pingsan. Namun bukan Yuki namanya bila tidak melakukan penghukuman secara brutal.

Yuki meraih sebuah kayu yang cukup besar dan melemparkannya ke arah punggung Haikal.

"Argh!" Pekikan Haikal terdengar, dan akhirnya dia benar-benar pingsan. Raisa perlahan membuka sebelah matanya dan meraih ponselnya yang hancur.

"Asem lu sialan!" Teriak Raisa pada Haikal yang kini pingsan.

"Kamu urus di sini, aku akan menyusul Neli." Yuki berlari ke arah di mana Neli di bawa pergi.

"Oke Pak!" Balas Raisa, atau bagaimana ceritanya Raisa membuat Haikal babak belur. Namun kaki Haikal benar-benar patah saat itu, dan pengaman yang dia siapkan sudah menghilang.

Pelakunya tentu saja Raisa, sebelum Raisa akhirnya bertemu rekan-rekannya yang lain, Raisa sempat menghajar Haikal dengan brutal.

Di sisi lain, Neli nampak telah siap di lemparkan ke jurang, Yuki yang memiliki kecepatan tinggi langsung menggunakan drone miliknya menembakkan laser dan melukai tangan pria yang menyentuh Neli.

Mata Neli terbuka lebar tak kala Pak Arya yang selama ini dia benci justru berada di hadapannya, sebuah pisau nampak siap melukai tubuh Neli, namun drone Pak Arya langsung menghadangnya, alhasil drone itulah yang hancur.

"Kurang ajar!" Pekik Pak Arya, Neli yang memiliki celah langsung melarikan diri ke arah Pak Arya dan akhirnya bisa bersama di dekat pria itu.

"Saya juga bisa sedikit bela diri Pak, kita lawan sama-sama." Ucap Neli, Pak Arya mengangguk dan langsung menghajar mereka semua.

Namun, mereka semua justru dengan cepat melarikan diri di saat merasa tidak memiliki peluang untuk menang. Namun Pak Arya alias Yuki bukanlah pria yang bodoh, dia menempelkan pelacak di salah satu orang itu dan alhasil pihak Z dapat menemukan mereka secara rahasia, tanpa di ketahui oleh Neli.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Yuki menatap tubuh Neli dari atas hingga ke bawah, dan kembali di ulangi dari bawah sampai ke atas.

"Enggak kok, saya jadi berhutang budi lagi sama Bapak heheh, eh gimana dengan yang lain?" Panik Neli, dia saat itu khawatir pada Haikal.

"Mereka sudah baik-baik saja," Jawab Yuki, matahari juga perlahan muncul dan acara akhir tahun itu akhirnya gagal total. Mereka tak dapat melihat matahari terbit dari puncak gunung Ciremai.

"Awas!" Saat matahari terbit beberapa senjata rahasia yang di siapkan oleh para pembunuh akhirnya mengincar nyawa. Beberapa kali Neli hampir terluka dan terkena goresan pisau, namun Yuki alias Pak Arya selalu ada di depannya dan menjadikan tubuhnya sendiri sebagai tameng untuk melindungi Neli.

Saat itulah, Neli teringat dengan sang Kakak yang jauh dari sana. Yuki, dia adalah orang yang akan melakukan segala cara untuk melindungi Neli. Kekasih masa kecil Neli, orang yang selalu ada di hati Neli sejak usianya dini. Antara sadar dan tidak, akibat lelah dan terkurasnya seluruh tenaga Neli, perlahan Neli menutup matanya.

"Kak Yuki," Lirih Neli tak kala Pak Arya memeluknya dengan erat, saat itulah dada Yuki bergetar hebat mendengar bisikan itu.

Mungkinkah Neli sudah mengenalinya? Ataukah Neli kelelahan dan pingsan? Yuki menatap mata Neli yang terpejam dan akhirnya Yuki menghela nafas panjang.

Senjata rahasia yang dia sembunyikan akhirnya dia keluarkan dan menghancurkan semua jebakan yang ada, selain itu Yuki juga membawa Neli ke kaki gunung dan memberikan informasi pada pihak yang lain.

Sedangkan murid yang hilang di temukan pingsan di kaki gunung, dia mengalami hilang ingatan namun setelah pemeriksaan fisik gadis itu ternyata baik-baik saja dan tak mengalami pele*cehan atau sejenisnya.

Sepanjang turun Gunung, Yuki terus merasakan dadanya yang bergetar hebat. Suara Neli yang lirih terus memanggilnya dengan lembut. Tubuh Neli yang hangat membuat hati Yuki ikut menghangat.

Gadis kecil yang selalu mengatakan cinta padanya saat usianya masih belia itu kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang menawan, salahkan perasaan Yuki yang tumbuh melebihi rasa Kakak pada adiknya?

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

ora opo opo kak. gitu aja udah seru kok 😊😊😊

2024-04-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!