Bab 5. Calon Istri

"Aku berharap, orang yang aku cintai dapat berjuang bersama ku dan meminta restu orang tua ku." Putri menunduk, ya begitulah harapan Putri.

"Hem, kamu me-"

"Meski begitu, siapa pria yang mau melakukan itu dengan ku? Dokter saja sudah memutuskan waktu hidup ku yang sebentar." Tambah lagi Putri, kepalanya masih setia menunduk.

Ada rasa perih yang kini hinggap di hati Kayam, bertapa mengerikan hidup yang di jalani Putri selama ini, hidup dengan bayang-bayang kematian yang sulit bagi kebanyakan manusia.

"Aku ada di sini loh, kenapa mesti takut?" Kayam tersenyum, dia mengusap setitik air mata yang keluar dari sudut mata Putri.

"Iya, terima kasih Kak." Putri tersenyum tulus. Deg! Jantung Kayam berdegup sangat kencang.

'Astaga, ni jantung kenapa tersengat listrik si? Lagian listrik dari mana lagi, sampe buat jantung ku mau ke luar gini.' Gumam Kayam dalam hati, dia menatap sekali lagi gadis berusia 17 tahun itu.

Putri melepaskan kaca matanya yang berembun akibat air mata yang menggenangi pelupuk matanya, mata indah berwarna hitam ke abu-abuan serta rambut hitam coklat itu membuat mata Kayam terbelalak.

'Astaga, cantiknya.' Bisik Kayam dalam batin, kini hatinya menyesal bertanya seperti tadi. Mana rela bila dia menyerahkan Putri pada orang lain, Putri adalah calon istrinya dan selamanya akan berada di sampingnya.

"Kak?" Tanpa sadar Kayam melamun, hingga tangan Putri kini melambai-lambai di hadapannya.

"Eh? I-iya?" Gugup, sudah jelas hal itu kini di rasakan oleh Kayam.

"Kakak kenapa?" Tanya Putri terkekeh geli, dia tak pernah melihat Kayam berekspresi semacam itu.

"E-enggak, cuma makanan ini rasanya manis banget gak si?" Kayam menunjuk sebuah cake di hadapannya.

"Masa sih?" Putri mengambil sendok dan memakannya sedikit.

"Enggak tuh kak." Tambah lagi Putri, ada sedikit coklat yang kini menempel di bibir Putri.

"Masa sih?" Kayam tanpa sadar, dan entah di dorong oleh se*an mana hingga membuat tangannya menyentuh bibir Putri yang mana coklat itu berada dan menjilat jempolnya yang baru mengelap coklat tersebut.

"Manis banget." Ucap Kayam tersenyum lembut, sedangkan Putri hanya terpaku dengan tindakan yang di lakukan oleh Kayam.

Blush!

Wajah Putri seketika memerah, sedangkan Kayam yang baru sadar dengan tindakannya yang berlebihan langsung tepuk jidat. Bertapa kurang ajarnya Kayam saat itu, dan pasti Putri kini tengah berasumsi jelek tentangnya. Meski nyatanya, Putri saat itu malah tak dapat berfikir jernih, akibat apa yang di lakukan Kayam terhadapnya.

"P-putri, Maaf tadi i-"

"Kakak mungkin refleks melakukannya. Pasti Kakak sudah terlalu sering melakukan itu dengan banyak wanita, hingga tanpa sadar melakukan itu dengan ku." Ucap Putri menunduk malu.

"E-enggak, bukan kaya gitu. A-aku gak sadar, a-aku gak pernah melakukan itu dengan siapa-siapa kok." Kayam Gugup luar biasa, ah begitu sialnya Kayam saat itu.

"Begitu ya?" Putri kini tak berani mengangkat wajahnya, ada getaran aneh yang hinggap di dadanya.

"I-iya, jadi jangan berfikir macam-macam. Aku baru pertama kali melakukan itu oke?" Seolah tengah menjelaskan pada kekasih, Kayam bersifat agak berlebihan dan terkesan semakin aneh karenanya.

"Gak papa kok Kak, lagian aku ini adiknya Kak Kayam." Putri masih menunduk, wajahnya yang memerah tak dapat dia angkat akibat malu.

"Bukan, bukan gitu maksud aku. Aduh," Kayam sangat sulit menjelaskan, di tambah Kayam ingin agar Putri dapat mencintainya terlebih dahulu, sebelum mengungkapkan identitas bila dirinya adalah pria yang di jodohkan kedua orang tua Putri untuknya.

"Kenapa jadi repot gitu si Kak, ayo lanjut makan! Waktu juga semakin sore, aku harus cepat pulang sebelum di jemput sama orang-orang Papa." Kayam tertegun, kini dia ingat dengan rencana yang di lakukan oleh Neli.

"Astaga sayang!" Kayam tersentak dan langsung berdiri, dia langsung meraih tangan Putri menuju kasir. Kayam membayar tagihan di kedai itu dan langsung menarik Putri pergi.

"Kenapa Kak?" Tanya Putri yang bingung dengan sikap Kayam yang tiba-tiba saja berubah.

"Aku dapat tugas lain malam ini, aku lupa banget." Jawab Kayam, dia menyerahkan helm pada Putri dan dengan cepat melaju di jalanan sore itu.

"Kak, pelan-pelan sedikit. Aku takut Kak!" Kayam merasakan tangan Putri yang melingkari perutnya dengan erat.

"Iya, maaf sayang." Kayam memelankan kendaraanya, hingga mereka akhirnya sampai di depan kediaman Putri.

Putri tertegun dengan banyaknya hiasan di halaman rumah megah itu, di tambah ada pula Neli dan kedua orang tuanya yang nampak menunggu.

"Hadirin yang berbahagia, kita sambut pemilik sesungguhnya dari acara ini." Sonia menunjukkan lengan kanannya ke arah Putri berdiri.

Putri menatap otang-orang yang hadir, di mana hanya ada beberapa orang keluarga dan kerabat dekat mereka yang telah mengetahui mengenai identitas Putri dan Neli.

"Selamat datang adikku yang manis, selamat ulang tahun." Neli memberikan kado yang sudah dia siapkan dari jauh-jauh hari itu.

"Aku orang pertama yang mengatakan selamat ulang tahun bukan?" Tanya Neli dengan rasa percaya diri, Putri menggelengkan kepalanya.

"Bukan?" Tanya lagi Neli hampir tak percaya.

"Kak Kayam yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun." Gumam Putri, Neli tepuk jidat dan langsung menatap tajam ke arah Kayam.

"Aku udah bilang sama kamu Kayam! Aku akan menjadi orang pertama yang bilang selamat ulang tahun!" Umpat Neli tak terima, bila dirinya keduluan.

"Maaf, aku khilaf Neli." Kayam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Khilaf, khilaf, awas aja kalo khilafnya kebanyakan!" Ancam Neli menodongkan jari telunjuknya.

"Ampun deh, galak banget si kamu!" Kayam menggelengkan kepalanya merasa sangat aneh dengan sikap kedua saudara itu, yang satu kalem dan imut. Sedangkan yang satunya galak, tengil dan bar-bar luar biasa.

"Biarin, biar gak ada yang deket-deket sama adik ku, bleee!" Neli menjulurkan lidahnya tanda mengejek.

"Bukan gak ada yang deket sama adik kamu, tapi orang-orang malah menjauh dari Nenek lincah kaya kamu tahu!" Kayam tak ingin kalah dari gadis tengil itu, Neli mengangkat tangannya hendak memukul Kayam.

"Sudah-sudah, ini acara Putri. Kenapa kalian malah ribut si?" Yuhou yang merupakan ayah Putri dan Neli menghentikan pertempuran sengit itu.

"Kayam tuh duluan!" Neli menunjuk ke arah Kayam.

"Cih! Kamu duluan Nenek lincah!" Kayam memalingkan wajahnya tak terima.

"Aku laporin sama Kak Yuki baru tahu rasa!" Neli tersenyum menyebut nama Kakak kesayangannya.

Seorang pria berambut putih keperak-perankan nampak bersembunyi di balik sebuah tiang besar kediaman besar itu, dia menatap Neli dan senyum terukir indah di bibirnya. Kaca mata yang melingkari matanya nampak menambah ketampanan sosok pria tersebut.

Selamat untuk pemenang senin kemarin, pulsanya udah Nuah kirim ya akak.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

jari kak

2024-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!