Bab 14. Senyuman Pak Arya

Di sebuah parkiran sekolah, seorang pria dengan setelan rapi nampak membuka sebuah mobil mewah dengan gerakan yang sangat lihai. Namun, matanya tiba-tiba membulat tak kala di dalam mobilnya terdapat sosok mahluk yang dia kenal.

"Neli? Kenapa ada di sini?" Yuki tertegun, rambut berwarna putih ke perak-perakan itu langsung menatap sosok di bangku sebelah sopir.

"Pak Arya bawa saya pulang ya? Hiks, hiks tolong ya Pak?" Neli memohon dengan sangat, Yuki tertegun.

"Kenapa nangis? Kenapa ada di dalam mobil saya? Kenapa belum pulang?" Pertanyaan yang menginginkan alasan itu di tanyakan secara beruntun oleh Yuki.

"Bisa gak sih jangan buat pusing dulu. Udah matematika itu buat pusing sekarang nanya juga buat pusing, bisa gak si nanyanya yang santai aja Pak?" Neli berbicara dengan terisak.

"Baiklah, pakai ini!" Yuki mengambil sebuah jaket dari jok belakang dan memakaikannya pada tubuh Neli.

"Kenapa kamu hujan-hujanan?" Yuki menghela nafas panjang, Neli menatap Yuki yang mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Lagi pengen acting India. Pak, punya minum gak?" Neli merasa haus luar biasa, Yuki mulai melihat persediaannya yang ternyata sudah habis.

"Tunggu sebentar," Yuki mengeluarkan mobilnya dari area parkir khusus Guru. Yuki mulai mengendarai mobilnya hingga sampai di depan mini market.

Yuki mengeluarkan payung kecil dan ke luar dari mobil, Neli memperhatikan langkah Yuki hingga akhirnya dia kembali dengan sekeresek belanjaan.

"Udah kembali aja Pak?" Neli nyengir kuda, sedangkan Yuki memberikan keresek belanjaan itu pada pangkuan Neli.

Ada isotonic dan air mineral, Yuki juga membeli beberapa cemilan manis dan ice cream. Neli tersenyum lembut, seolah sudah tahu seluruh isi hatinya, Yuki yang di kenal Neli sebagai Arya itu membelikan semua hal yang dia inginkan.

"Pak, tau gak kenapa kalo ice cream meleleh saat kena hangat?" Neli membuka satu ice cream rasa coklat.

"Karena sudah hakikatnya ice cream yang dingin meleleh terkena hangat, saat adanya pergantian su-" Neli memotong ucapan Yuki kemudian.

"Bapak salah, ice cream itu meleleh karena dia butuh kehangatan. Aku juga bisa meleleh tau kalo di angetin gini, hihi" Neli nyengir kuda, sifat tengilnya kembali kumat.

"Kamu kedinginan?" Yuki kembali bertanya, Neli menggelengkan kepalanya.

"Enggak untuk sekarang, solanya Pak Arya yang baik hati ini sudah memberikan kehangatan pada Neli yang kedinginan." Neli menikmati ice cream tersebut, dan seolah melupakan kejadian yang telah menimpanya beberapa waktu yang lalu.

Gila saja, setelah mendengar percakapan super memba*go*ngkan itu, Neli langsung tancap gas menggunakan motor sport keluaran terbaru milik Haikal. Demi uang Haikal melakukan itu pada Neli, sungguh sangat mengesalkan memang.

Di jalan, Neli berhenti di dekat sungai yang jauh dari pemukiman, dia langsung membeli bensin 10 liter dan menyiramkannya pada motor sport itu.

Neli yang sudah dalam mode ngamuk, tanpa pikir panjang lagi langsung menyalakan korek dan membakar motor itu, dalam sekejap mata. Motor sport itu telah di lalap api, dan beberapa kali suara ledakan terdengar dasyat.

Neli langsung ke arah jalan raya dan masuk ke dalam angkot, dia tahu bila tak akan ada angkutan kota yang dapat masuk ke area tempat tinggalnya yang berada di bawah kaki gunung.

Dia akhirnya bergegas menuju sekolah, di tempat itu nampak sudah sangat sepi. Kedua orang tuanya juga nampak sudah pulang, namun kebetulan saja Kayam masih ada di sana dan siap tancap Gas.

"Eh Neli, ngapain lo ke sekolah?" Kayam menatap bingung, namun dia juga harus buru-buru karena hari itu dia akan pindah ke wilayah apartemen yang dekat dengan sekolah.

"Papa sama Mama udah balik Kak?" Tanya Neli, Kayam mengangguk mengiyakan.

"Di dalam masih ada Pak Arya, lo minta bantuan dia aja dulu. Gue buru-buru banget nih, mau pindahan." Kayam mengangkat tangannya mengucapkan selamat tinggal.

"T-tapi Ka-" Belum juga selesai bicara, Kayam sudah tancap Gas meninggalkan Neli yang nampak basah kuyup.

Neli tak ingin membangunkan macan yang tengah tertidur, bila dia mengganggu ketenangan seorang Arya maka dapat di pastikan dia akan mendapat tiket ujian hidup.

Neli menatap mobil yang masih terparkir di sana, gila saja bila dia harus mengusik Arya. Namun dia juga merasa penasaran dengan kehidupan pria itu. Entah di dorong oleh setan mana, Neli akhirnya memiliki rencana yang bagus.

Dia menatap jam tangannya, jam yang di berikan oleh sang Mama dan sama persis dengan yang di berikan oleh sang Mama pada Putri. Berbeda dengan Putri yang tidak tertarik untuk mengutak-atik sesuatu, Neli justru merasa senang melakukan banyak percobaan baru.

Dia mulai mengidentifikasi sistem mobil tersebut. Sangat aneh bila kunci mobil itu nampak sudah di modifikasi dan sangat sama dengan modifikasi jam tangannya.

"Kok bisa sama ya?" Gumam Neli, dia tidak tahu bila orang yang membuat jam tangan itu juga adalah Yuki.

Neli masuk ke dalam mobil itu dan menguncinya dari dalam, Neli menunggu cukup lama. Bayangan bagaiamana seorang Haikal yang dulu selalu mengejarnya seolah terbayang di upuk matanya.

Apakah Neli pernah mencintai Haikal? Entahlah, selama ini Neli dekat dengan Haikal karena merasa kasihan semata, tak lebih dari itu. Meski Neli pernah memaksa dan akhirnya memutuskan pertunangan yang sudah di siapkan oleh kedua orang tuanya, Neli sama sekali tak pernah berharap bila Haikal yang akan menjadi pengisi harinya di masa depan.

Neli seolah merasakan tindakan manis yang di lakukan oleh Haikal telah terencana dengan matang, Neli sama sekali tak pernah melihat adanya ketulusan di mata Haikal barang sedikitpun.

.

.

.

"Kamu serius mau ikut saya?" Tanya lagi Yuki, Neli mengangguk dengan antusias.

"Kenapa mau ikut saya?" Yuki bertanya lagi, Neli yang tengah menikmati ice creamnya nampak berfikir.

"Karena Bapak adalah orang paling menyebalkan dalam hidup saya, Bapak akui atau tidak, semua yang Bapak katakan dulu adalah benar." Neli bicara panjang lebar.

"Tentang apa? Tentang kamu yang sangat bodoh dalam matematika?" Tanya lagi Yuki meledek, Neli mengangkat bibir atasnya.

"Aduh, Bapak terlalu menghina saya loh. Meski saya memang tidak punya bakat dalam hal Aljabar, saya ini hebat dalam perkalian loh," Neli sudah kembali menyiapkan basokanya untuk menggoda Yuki.

"Mengalikan masalah menjadi berlipat ganda maksudnya?" Yuki tersenyum sekilas, apa yang akan di katakan Neli sudah di dahului oleh Yuki.

"Hahah, Bapak tau saja." Neli tertawa lepas, senyum indah juga kini terukir di bibir Yuki.

"Astaga, Pak Arya tersenyum?" Neli gagal fokus saat melihat senyum menawan yang kini terukir di bibir Yuki.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

hati hati terpesona nanti. itu yang ku tunggu. Kebucinan Neli pada Yuki 😊😊😊😊😊

2024-04-17

1

Ani

Ani

"tentang apa,"
berarti Neli lemah dalam mata pelajaran MTK sama seperti aku 😂😂😂😂😂😂

2024-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!