Bab 11. Haikal Muncul Kepermukaan

"Ini adalah bukti yang saya dapatkan dari rekaman cctv. Biar saya perjelas apa saja yang terjadi, mohon semuanya untuk fokus." Neli menyalakan layar monitor besar yang memang tersedia di tempat tersebut.

Semua orang tertegun, di tempat itu nampak seorang murid perempuan yang merupakan kakak angkat mereka yang telah lulus, kala itu Syai masih kelas 10 begitupun saksi yang di bawa olehnya. Tak berapa lama kemudian seorang wanita berambut merah datang dan mendorong murid tersebut.

Nampak jelas bila gadis berambut merah itu tengah mengancam sekaligus tertawa, tak berapa lama kemudian nampak penolakan dari kakak kelasnya. Gadis berambut merah itu menarik rambut panjangnya hingga kepala bagaian belakangnya terbentur pada tiang listrik yang tak jauh dari sana.

Semua orang tertegun melihat hal tersebut, tak lama kemudian nampak gadis yang tengah mengunyah permen karet dan hidung yang nampak di lindungi oleh plester dan ada lebam di sekitar bibirnya.

Nampak percakapan antara gadis itu, dan gadis yang mengunyah permen karet yang tak lain adalah Neli membuang permen karetnya, dia langsung menendang perut wania berambut merah itu dan melepaskan cengkeraman wania berambut merah itu dari si kakak kelas.

Neli menarik kakak kelasnya ke arah belakang tubuhnya, dia memberi aba-aba seolah meminta gadis itu untuk kabur. Neli juga mundur beberapa langkah ke belakang tak kala tiga orang gadis yang salah satunya adalah Syai dan saksi setara Iis ada di sana memegang senjata tajam.

Setelah mundur beberapa langkah, gerak-gerik mereka tak lagi tersorot oleh kamera cctv.

"Bagaimana?" Tanya Neli tersenyum penuh kemenangan, Syai nampak mati kutu, sedangkan sang Ayah hanya diam mendapati kenyataan tersebut.

"Kepala sekolah, bila saya menendang perut wanita itu adalah kesalahan dan itu terjadi di luar area sekolah. Apa yang harus saya lakukan untuk menolong kakak kelas saya? Mungkin anda juga kenal siapa kakak kelas saya itu bukan?" Kepala sekolah itu mengepalkan tangannya, bagaimana dia tidak kenal gadis berkaca mata itu? Karena gadis itu adalah putrinya sendiri.

Hari itu, dia terlambat menjemput putrinya karena ada rapat di kantor kepala sekolah. Sedangkan sang sopir yang di minta menjaga putrinya berkata bila saat itu dirinya sedang membeli rokok.

"Saat itu Kak Alia tak berkata apapun karena kejadiannya berada di luar sekolah. Selain itu juga, saya masih memiliki banyak bukti nyata bila yang melakukan ini adalah mereka!" Neli tersenyum lebar, sangat di luar dugaan semua orang. Seorang Neli yang selalu terlihat sangar itu ternyata memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi.

"Tapi, kamu juga melakukan tindakan asusila di lingkungan sekolah bukan?" Syai akhirnya mengeluarkan kartu andalannya. Neli mengigit bibir bawahnya tak kala Syai mengatakan hal itu.

Sebuah video yang di ambil secara diam-diam menjadi buktinya, seorang pria berambut hitam dengan kedua mata yang teduh serta kulit putih dan wajah yang nampak menawan berada di sana.

"Haikal?" Neli terdiam seribu bahasa, di tambah bila saat ini terdapat Papa dan Mamanya.

Tak berapa lama kemudian seorang gadis nampak celingukan dan memeluk pria itu, dia tersenyum lebar seraya memberi kecupan lembut di pipi pria itu. Neli benar-benar merasa sangat malu luar biasa. Bagaimana bisa seseorang memiliki video itu, padahal dia sudah memastikan tidak ada orang saat dirinya dan Haikal bertemu secara diam-diam.

"Itu berada di lingkungan sekolah, apa aku salah Neli?" Syai tersenyum mengejek, seorang pria yang berada di deretan para OSIS akhirnya berdiri.

"Itu memang benar, saya dan Neli memang berada di sana." Haikal angkat bicara, Neli menepuk jidatnya sendiri. Di tambah saat ini Haikal berjalan ke arah dirinya dan menunduk di hadapan kepala sekolah.

"Kenapa kamu ke sini?" Gertak Neli, bukan malah membantu. Haikal datang dan seolah membenarkan dan tak melakukan pembelaan sama sekali.

"Ternyata dia bocah itu?" Bisik Rose, Yuhou yang mendengarnya hanya mengangguk.

"Siapa dia sebenarnya?" Bisik Rose pada Yuhou yang berada di sampingnya.

"Dia seorang yatim piatu, kemampuannya memang tidak buruk. Hingga membuat Yuki mundur, dan memilih sembunyi dalam bayangan." Jawab Yuhou, Rose menghela nafas berat.

"Tenangkan dirimu sayang, aku akan menyelesaikan semuanya. Asal aku mendapatkan bayaran yang setimpal ya?" Haikal tersenyum nakal, boro-boro terpikirkan yang lain, saat ini Neli benar-benar dalam masalah besar karena Haikal muncul ke permukaan.

"Melakukan perekaman seseorang secara ilegal, menyebarkan video yang di larang di pertontonkan dan melakukan tindakan penyalah gunaan media sosial hukumannya berat loh?" Haikal tersenyum manis, hingga semua orang mengangguk membenarkan hal itu.

"Bila memang kami salah, kenapa kami pacaran? Apa ada larangan tidak boleh pacaran di sekolah Ini?" Haikal tersenyum lebar, sedangkan Neli kini hanya pasrah. Sedangkan beberapa orang nampak menunduk membenarkan.

Ting!

Ting!

Ting!

Waktu sidang akhirnya berlalu dengan hasil yang belum jelas, Kepala sekolah akhirnya menyudahi ucapan Haikal.

"Sidang kita tunda hingga esok pagi jam 9 pagi, kepada para saksi dan bukti mohon di kumpulkan di pihak masing-masing." Ucap kepala sekolah, Neli menghela nafas panjang.

Pandangan Yuhou hanya menatap sejenak ke arah Neli dan Haikal sebelum akhirnya pergi, begitupun dengan Rose. Rose dan Yuhou berjalan menuju ke arah UKS.

.

.

.

Di UKS saat ini Putri nampak secara perlahan mulai tersadar, Kayam yang berada di sampingnya segera tersenyum dan membantu Putri untuk minum.

"Kenapa tadi tidak teriak?" Tanya Kayam sangar, nyali Putri menjadi ciut.

"Kan Kakak yang buat aku kya gini." Cicit Putri, Yuki ingin terbahak mendengar jawaban Putri. Sedangkan Kayam langsung membungkam mulut sahabatnya itu yang seolah akan meledak.

"Pak Arya?" Putri menunduk ketakutan, bagaimanapun Arya adalah si Guru killer yang tak ada lawan di dunia manapun.

"Kalian saling kenal?" Putri menatap Kayam dan Yuki bergantian, dia melihat keakraban antara Yuki dan Kayam kala itu.

"Kenal? Enggak tuh! Dia itu mahluk galau paling menyebalkan tahu!" Kayam memalingkan wajahnya, Yuki terkekeh dan menjitak kepala Kayam.

"Ck, bilang aja teman sekamar. Iya gak?" Yuki mengedipkan sebelah matanya genit, Kayam langsung bergidik ngeri. Tapi memang benar bila dulu, Kayam dan Yuki memang teman sekamar.

"K-kalian?" Putri kini nampak syok, Kayam langsung menatap tajam pada Yuki dan langsung menatap lembut pada Putri.

"Jangan berfikir berlebihan ya? Aku memang pernah menjadi teman sekamarnya saat di asrama." Kayam meluruskan kesalah fahaman Putri terhadapnya, Putri terdiam. Benar juga, bila di asrama sesama pria memang sudah lumrah jadi teman sekamar.

"Kalian teman sekolah?" Tanya Putri lagi, Yuki dan Kayam mengangguk bersamaan.

Selamat buat pemenang minggu ini,

Kalo bingung di mana Nuah nyimpen Pertanyaannya, itu di simpen di karya Nuah di sebelah ya.

Bisa klik link di bawah ini!

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

koreksi "perjelas" disini ditulis penjelas

2024-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!