Bukan Cinta Semu

Bukan Cinta Semu

Pengakuan

Pria berperawakan tinggi dengan aura yang cukup berwibawa itu mendesah lemah saat mengulas kembali hubungannya bersama sang asisten.

Sorot mata Arslan masih menatap gadis yang kini hanya berdiri dengan pandangan lesu. Hingga akhirnya gadis yang bernama Rindu Anjani itu membuka suaranya.

"Memang, tidak seharusnya kita terlena dengan perasaan yang salah, Pak." ucap gadis berwajah manis itu dengan lirih. Ada rasa bersalah dalam diri Rindu saat dia tidak bisa membatasi perasaannya pada sang atasan.

"Maaf, jika kedekatan diantara kita menimbulkan rasa yang salah." Suara Arslan terdengar jelas oleh Kanaya yang masih mematung di depan pintu.

Dia tidak menyangka jika kalimat itu terucap dari seorang lelaki yang selama ini sudah menunjukkan banyak cinta padanya. Lelaki yang mengambil semua kepercayaan untuk melanjutkan sisa hidup bersamanya.

"Aku juga tidak ingin menyakiti perasaan Mbak Naya." jawab Rindu.

"Terima kasih atas pengertianmu, Rin. Aku tahu kamu gadis yang baik." lanjut Arslan. Meskipun, masih menyisakan sedikit kekaguman tapi pria itu sudah berniat mengakhiri rasa salah itu.

Keduanya tidak tahu jika seseorang sedari tadi sudah berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka. Percakapan mereka seperti hantaman kuat yang membuat jiwa Kanaya seolah terlepas dari raga. Sakit, ini terlalu sakit untuk gadis itu.

Sejak tadi, tangan Kanaya masih mematung, menghentikan gerak untuk membuka pintu. Gadis cantik bermata bulat itu seolah belum juga menemukan kesadarannya.

"Jadi kita sudahi saja semuanya. Diantara kita hanya sebatas hubungan kerja." lanjut Arslan.

Kalimat yang terucap dari lelaki itu seolah menyentakkan rasa kaget yang lebih dari sebelumnya. Rasa kecewa seketika membuat mata Kanaya berkaca-kaca. Hatinya terasa remuk saat ini, ketika tersadar jika selama ini Arslan telah menduakan perasaannya.

Entah kedekatan seperti apa yang dimiliki bos dan sekretarisnya itu? Kanaya kini hanya bisa mematung dengan pikiran hampa.

Tangan yang semula akan mendorong pintu ruangan Arslan pun seketika terjatuh dan melemah, tubuh mungil itupun bergetar.

Sejenak pikiran gadis yang saat ini menitikkan air mata itu menjadi kosong, bertumpu pada rasa kecewa dan kaget.

Kanaya tidak menyangka jika dua orang yang dia percaya telah bermain di belakangnya.

Kanaya memilih berbalik dan pergi ketika rasa marah itu menyadarkan

kekosongan dalam pikirannya.

"Kanaya!" panggil Arslan saat melihat sekelebat bayangan gadis cantik yang menjadi calon istrinya dari balik pintu bergegas pergi.

Pintu yang sedikit terbuka membuat Arslan yakin jika gadis berjilbab merah itu adalah Kanaya. Tanpa berfikir panjang Arslan pun beranjak dari duduknya untuk mencari keberadaan Kanaya.

Lelaki berwajah tampan dan bertubuh tinggi itu pun berlari menyusul Kanaya, saat melihat tunangannya berlari ke luar kantornya.

"Nay, tunggu!" teriak Arslan ketika melihat Kanaya membuka pintu mobilnya. Gadis itu hanya menoleh sekilas dan segera masuk ke dalam mobil.

Kanaya Tsabina, gadis cantik yang duduk di semester akhir itu menancapkan pedal gas dan meninggalkan Arslan yang nampak gusar memanggil namanya.

Arslan mengusap wajahnya dengan kasar ketika mobil Civic merah itu seketika menghilang dari pandangannya.

Arslan tidak menyangka jika Kanaya akan mendengarkan pembicaraannya dengan Rindu.

Padahal lelaki yang sedang memantapkan keputusannya untuk segera menikahi Kanaya itu, sedang memperjelas hubungannya dengan sang sekretaris. Menegaskan jika pada Kanayalah dia kan meneruskan hidupnya.

Arslan dan Rindu sudah sepakat hubungan mereka hanya sebatas hubungan kerja. Keduanya, tidak akan memperpanjang rasa tertarik dan simpatik yang sudah membawanya pada rasa nyaman.

Dengan langkah gontai Arslan kembali masuk menuju ruangannya. Hatinya menjadi sangat tidak tenang, jika sebentar lagi tidak ada sidang, mungkin dia akan memilih mengejar Kanaya dan menyelesaikan masalah mereka saat ini juga.

" Bagaimana, Pak? Apa Mbak Naya mau mendengarkan penjelasan Pak Arslan?" cecar Rindu. Dia juga tak kalah panik, hingga gadis berwajah oriental itu masih menunggu Arslan di ruangan itu.

Arslan hanya menggeleng lemah saat menjawab pertanyaan Rindu. Keduanya kini merasa bersalah pada Kanaya.

"Maafkan saya, Pak!" Rasa bersalah itu semakin besar kala hubungan Arslan dan Kanaya menjadi retak karena keberadaannya.

Sebelumnya gadis bermata sipit dan berkulit putih itu sudah berusaha mengontrol perasaannya. Sekuat tenaga dia menyembunyikan perasan cintanya pada Arslan, hingga pada akhirnya perhatian Arslan membuat rasa itu berlahan menyambut perhatian Arslan dan membuat keduanya terlena pada sebuah kedekatan yang lebih intim.

"Maafkan saya , Pak!" Kalimat itu kembali terucap lirih dari bibir Rindu. Wajahnya tertunduk menunjukkan penyesalan yang cukup besar.

"Sudahlah, nanti saya akan menjelaskan pada Naya tentang semuanya karena kita memang tidak punya hubungan selain rekan kerja."

" Sebaiknya kamu lanjut bekerja saja!" ujar Arslan. Dia memang tidak tega setiap kali melihat wajah sendu Rindu. Gadis lembut yang hidupnya penuh dengan perjuangan.

Rindu pun mengangguk. Dengan langkah lemah dia keluar dari ruangan Arslan. Saat ini, dia hanya berharap hubungan Arslan dengan Kanaya bisa diperbaiki.

" Jika saja aku bisa menyimpan rasa itu untuk diriku sendiri." gumam Rindu dengan tatapan kosong saat dia meletakkan bobotnya di kursi kerjanya.

Lintasan peristiwa saat pertama kali dirinya dan Arslan bertemu kembali membayang. Siapa yang tak menyukai Arslan, lelaki dengan sejuta pesona yang akan membuat hati setiap gadis meleleh termasuk Kanaya dan dirinya.

Arslan memang sosok yang perhatian, selain itu wajahnya dan yang tampan dan karirnya yang sedang meroket membuat lelaki itu mendapatkan sebutan mapan. Benar-benar sosok yang diidamkan para wanita.

###

Sementar itu Kanaya terus melajukan mobilnya tak tentu arah. Dia harus kemana, gadis itu pun tidak tahu.

Rasa marah dan kecewa membuat Kanaya melajukan mobilnya tanpa kendali. Tidak peduli pandangan matanya yang semakin samar karena air mata yang tidak bisa berhenti memenuhi pelupuk matanya.

Pertama jatuh cinta dan pertama kalinya dia mendapatkan pengkhianatan. Belum lagi, dia harus menjelaskan pada keluarganya. Karena pada dasarnya Mama Hanum dan Papa Arkha sudah mencoba melarangnya bertunangan.

" Papa sebenarnya ingin kamu langsung menikah, Nay." kalimat itu yang pernah diucapkan Arkha saat dirinya memaksa meminta izin bertunangan dengan Arslan.

Saat ini Kanaya tidak berani pulang ke rumah. Dia tidak tahu harus menjelaskan apalagi pada keluarganya. Tapi, dia juga tidak tahu harus datang pada siapa untuk meringankan beban perasaannya saat ini.

" Kenapa kalian tega padaku?" lirih Kanaya dengn rasa hati yang sudah remuk. Dia benar-benar kecewa pada Rindu dan Arslan.

Kanaya terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Bahkan, gadis itu tidak menyadari jika dirinya sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Dering ponsel yang terus berbunyi membuat Kananya sesekali menoleh ke arah ponselnya. Arslan, entah berapa kali lelaki itu berusaha menghubungi Kanaya. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Rasa kecewa itu sudah berujung pada sebuah luka di hati Kanaya.

" Chiiitttt....". Suara decitan rem terdengar cukup keras.

"Braaakk...." Hingga akhirnya suara hantaman terdengar mengikuti, setelah Kanaya menginjak pedal rem dan membanting setirnya dengan kuat ke kiri, saat dirinya akan menabrak sebuah mobil yang melaju dari lawan arah.

Mobil Civic merah itu terpelanting masuk ke dalam sebuah parit dan mengantam sesuatu yang keras saat Kanaya berusaha menghindari menabrak seorang pengendara sepeda motor.

Seorang lelaki turun dari motor yang hampir ditabrak Kanaya dan membuka helmnya saat melihat kap mobil mengeluarkan asap.

Dengan sedikit panik, dia mendekati mobil itu dan berusaha membantu Kanaya yang merasa kesakitan di dalam mobil. Kanaya terlihat meringis kesakitan dengan kaki yang sulit untuk digerakkan.

"Hati-hati!" ujar Bara saat berusaha mengeluarkan tubuh Kanaya yang terdesak body mobil.

"Langsung ke klinik saja pakai mobil saya!" Beruntungnya salah satu diantara orang-orang yang berkerumun langsung sigap untuk membawa Kanaya mendapatkan pertolongan.

Berlahan dalam perjalan, Kanaya justru tak sadarkan diri. Bara pun semakin panik, saat menyadari memar di kepala gadis yang kini pingsan dalam dekapannya.

Terpopuler

Comments

Khairul Azam

Khairul Azam

woalah ini crtanya anaknya Hanum sm Arkha to.. ☺semangat Teh💪

2024-04-23

0

Dwi Puji Lestari

Dwi Puji Lestari

anak hanum sm arkha dah gadis ni...

2024-04-01

0

Dewi Purnomo

Dewi Purnomo

Hai hai judul baru nih mb.....lanjut dong.....tiap hari up aja aq seneng kok mb....hehe.

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!