Setelah meletakkan ponselnya yang dalam keadaan mati, kembali di atas nakas, Aditya beranjak kembali ke ranjang, mendekap tubuh polos kekasihnya yang tertutup selimut.
“Gak begitu penting, kok, Sayang.”
“Mas tau dari mana kalo itu gak penting? Kan, Mas belum angkat. Memang dari siapa, sih, Mas?”
“Bukan siapa-siapa,” sahut Aditya santai sembari memberikan kecupan menuntut ke ceruk leher Kimy.
“Ih, Mas Ditya. Aku kan beneran nanya.”
“Kenapa mau tau banget, sih, Sayang? Hm, itu dari orang kantor.”
Lagi-lagi, sang CEO harus berbohong demi kelangsungan asmaranya dengan sang model.
Kimy mendongak, menatap wajah Aditya intens. Mereka yang masih berbaring di ranjang yang sama, kini saling berhadapan.
“Orang kantor, semalem ini?” tanya Kimy heran.
Aditya mengelus kepala dan bagian samping wajah Kimy. “Hmm. Makanya mas gak mau angkat. Mas gak suka diganggu malem-malem begini. Apalagi, kalo mas lagi sama kamu.”
“Ya harusnya tuh orang kantor Mas juga tau waktu. Masa' semalem ini masih mau ngomongin kerjaan? Besok kan bisa. Em, dia—yang telepon Mas tadi, itu cewek atau cowok, Mas?”
“Kenapa lagi, Cantik? Kalo mas bilang itu cewek, terus kamu mau mikir macem-macem lagi gitu? Kamu gak suka? Kamu jealous? Right?”
“Mas, ih. Aku cuma nanya, kok.”
“Mau mas jujur atau bohong?”
“Astaga, Mas Ditya! Tinggal jawab jujur aja apa susahnya, sih? Kalo Mas susah jawabnya, berarti bener, pasti ada apa-apa, nih.”
“Apa-apa itu yang kayak gimana, Sayang?”
“Tau, ah. Sebel, deh, sama Mas.”
“Hey, iya iya, Cantik. Jangan ngambek gitu, dong. Orang kantor tadi cowok, kok.”
“Serius?”
“Iyaa. Em, tapi, Kim ... mau cowok juga tetep ada kemungkinan tertarik sama mas, loh.”
“OMG! Maksudnya ... ih, Mas. Memang Mas Ditya mau, jeruk makan jeruk?”
“He-he, gak, dong. Enakan makan kamu.”
“MAS!”
Aditya kembali menyerbu leher mulus Kimy, mengecupnya dalam-dalam. Kemudian, beralih ke bibir Kimy, kembali memberikan ciuman panjang, menyalurkan hasratnya.
***
Siang ini, Aditya mengunjungi kekasihnya di tempat pemotretannya. CEO tampan itu tak bisa menahan rasa rindunya untuk tak bertemu Kimy barang sehari saja. Pekerjaan di kantor pun tak dianggapnya jauh lebih penting dari sang kekasih seksinya. Aditya pun rela menanti Kimy sampai saatnya break dari sesi pemotretan.
Kimy sangat terkejut melihat kehadiran Aditya di tempatnya sekarang. Ia tak menyangka sang CEO mau meluangkan waktu demi bertemu dan menemaninya. Padahal, Kimy tahu, seorang Aditya tentu punya segudang kesibukkan lainnya.
“Aku kaget, loh. Mas ke sini? Gak pake bilang dulu lagi.”
“Sengaja mau kejutin kamu.”
“Mas ke sini mau ngajakin aku makan siang? Tapi, ini belum jam makan siang, Mas. Aku pun masih ada beberapa sesi lagi.”
“Sebenernya, mas memang pengin nemenin kamu aja, Sayang. Mas suntuk di kantor.”
“Astaga.”
“Nanti mas sekalian makan siang di sini juga sama kamu juga gapapa.”
“Hm, terserah Mas aja, deh. Silakan, kalo Mas gak bosen nungguin aku sampe nanti.”
“Santai. Gak bakal bosen, kok.” Aditya meraih jemari tangan Kimy dan mengecupnya.
Tiba-tiba, seseorang datang di antara obrolan mereka. Seorang laki-laki kemayu yang biasa mendampingi Kimy di setiap pemotretannya.
“Kim, sesi berikutnya lima belas menit lagi, ya. Tuh, baju kamu udah disiapin di ruang ganti,” ujar laki-laki itu.
“Oke, Ice.”
“Eh, ehem, ada siapa ini? Kim, gak mau kenalin ke Ice?” Pandangan laki-laki itu menelusuri sosok Aditya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Kimy pun akhirnya memperkenalkan Aditya pada laki-laki itu.
“Em, Ice, ini Mas Ditya—pacar aku.”
“Oh ho, this is your boyfriend? Terlihat tampan dan mapan, ya.”
“Em, Mas, kenalin, ini Ice. Em, itu nama samaran, sih.”
“Samaran-samaran, emang Kim kata Ice apaan?” protes Ice.
“He-he. Iya iya. Maksudnya, Ice itu panggilannya, Mas. Nama aslinya, Ian Kelana Putra. Jadi, Ice ini best friend sekaligus manager aku. Ke mana-mana aku ambil job pemotretan, Ice selalu urus semuanya. Dari taken kontrak, baju, make up, segala macem. Pokoknya, Ice itu udah klop banget, deh, sama aku.”
Aditya menjabat tangan Ice sebagai tanda perkenalan. “Aditya Pratama. Jadi, selama ini kamu begitu dekat sama Kimy, ya?”
“Mas, gak perlu cemburu, ya. Ice sama aku itu udah bestie banget. Gak ada hubungan aneh-aneh macem itu,” jelas Kimy.
Ice pun menimpali. “Om, gak perlu jealous sama kedekatan kami. Kalo aku suka sama Kim, udah kutembak dia dari dulu, Om. Lagi pula, masa' Om cemburu sama aku? Yang bener aja? Malahan aku lebih tertarik sama Om yang tampan dan gagah begini daripada sama Kim.”
Aditya dan Kimy sama-sama terkejut mendengar penuturan Ice.
“Husstt! Ice, udah, ih. Jangan gangguin Mas Ditya,” larang Kimy.
“Loh, Ice kan cuma bilang jujur sekalian jelasin ke Om Aditya ini. Biar dia gak perlu mikir macem-macem. Ice ini bukan ancaman atau saingan buat dia.”
“Kalo cara kamu jelasin begitu, Mas Ditya malah bakal mikir macem-macem yang lain, Ce. Maafin Ice, ya, Mas.”
“Em, santai, Sayang. Gapapa, kok. Oke, Ice, saya ngerti, kok.”
“Oke, Om. Tuh, Kim, orang Omnya aja santai. Ya udah Om, aku tinggal dulu. Kim, habis ini siap-siap, loh.”
“Iya, Icee.”
Pria kemayu itu pun pergi. Aditya tak tahan untuk tak merumpikan Ice dengan Kimy.
“Ice seumuran kamu, Sayang?”
“Iya, Mas. Kenapa? Mas tergoda sama dia? Hihi.”
“Astaga, Sayang, kamu ngawur aja. Mas gak nyangka aja kamu punya temen deket seajaib dia.”
“Tapi, Ice orangnya baik, kok, Mas. Selama ini, kalo ada apa-apa, aku selalu cerita sama dia. Aku jadi gak ngerasa kesepian walau gak punya siapa-siapa. Ice selalu ada buat aku.”
“Loh, kan, sekarang kamu punya mas.”
“Iyaa. Maksud aku tadi, sebelum aku kenal Mas Ditya.”
“Mas gak akan biarin kamu ngerasa kesepian. Kalopun gak ada Ice, mas akan selalu ada buat kamu.” Aditya memeluk Kimy penuh rasa sayang.
“Makasih, Mas.”
“Eh, iya, mas sampe lupa. Ini mas bawain rujak kesukaan kamu. Ada beberapa porsi, sih.”
“Wah, Mas tau aja aku lagi pengin ini. Eh, tapi ini kebanyakan, Mas.”
“Em, terserah kamu, deh. Yang lain bisa kamu bagi ke temen-temen kru di sini. Atau kasih ke Ice juga, siapa tau dia suka.”
“Kalo Ice mah jelas suka, Mas. Apalagi yang level pedesnya tingkat tinggi. Ya udah, nanti satu aku kasih ke Ice. Terus, yang ini, biar dibagi-bagi buat temen kru. Aku mah satu porsi aja udah cukup, Mas. Mas niat banget borong rujak begini. Makasih, ya, Mas.”
“Hmm. Yang penting kamu seneng, Sayang.”
“Oke, aku makan nanti, ya. Aku harus siap-siap dulu buat sesi berikutnya. Mas gapapa nunggu di sini?”
“No problem, Sayang. Mas bisa tunggu di sini. Dari sini, mas juga bisa lihatin kamu pemotretan.”
Kimy meninggalkan Aditya menuju ke ruang ganti untuk bersiap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments