Bab 7
Sepulang sekolah, banyak murid yang berkumpul di lapangan basket. Mereka akan menyaksikan pertarungan satu lawan satu antara Leo dengan si muka kodok.
Badan Leo tinggi besar sedangkan si muka kodok berbadan gendut. Jika dilihat sekali saja maka Leo lah yang akan memenangkan pertandingan ini. Namun, Altair berpikir lain, dia yakin si muka kodok yang akan menang karena dia tahu orang itu mempunyai gerak refleks yang gesit. Seperti orang-orang yang ahli ilmu beladiri judo dan kung fu.
Pertandingan pun dimulai dan Leo langsung menyerang tanpa ampun. Si muka kodok menjadi bulan-bulanan dan tidak melakukan perlawan. Hal ini membuat Altair geram karena dia pernah melihat si muka kodok beberapa kali terhindar dari bahaya, seperti hendak terserempet mobil, ketimpa pot bunga, dan jatuh terpeleset. Gerakan orang itu bukan refleks orang yang tidak paham akan adanya bahaya.
Orang-orang yang belajar ilmu beladiri akan tahu di mana ada bahaya yang mengancamnya, maka dia akan refleks menghindar dan menyelamatkan diri. Altair sendiri belajar karate sejak kecil, karena tuntutan dari ayahnya agar dia mau olahraga menggerakkan badannya.
Sorak-sorai para murid yang menonton pertandingan itu menggema di lapangan basket. Altair menatap tajam kepada si muka kodok yang sempat terlihat tersenyum tipis.
'Si_al, rupanya dia sengaja mengalah agar dia lepas dari pembullyan dan menggantikan aku sebagai targetnya,' batin Altair.
"Sepertinya dugaan kamu salah. Si muka kodok menjadi bulan-bulanan Leo sampai babak belur seperti itu," ucap Cedric berbisik di dekat telinga Altair.
Pertandingan tidak sampai sepuluh menit dan si muka kodok benar-benar dibuat tidak berdaya. Murid-murid pun mengelu-elukan Leo sebagai sang juara.
"Kau ... Bersiap-siaplah! Karena besok giliran kamu," ucap Leo.
Rasanya Altair ingin mengumpat kepada Leo, kenapa di hari kejadian itu dia tidak naik bus bersama teman-temannya yang lain. Seharusnya dia itu orang yang pantas mati dalam kejadian itu.
Cedric menatap Altair, lalu pergi. Begitu juga dengan murid-murid yang lain, mereka pergi dari lapangan basket. Kini hanya ada Altair dan si muka kodok
"Kenapa kamu diam saja tidak melakukan perlawan sedikitpun?" tanya Altair kepada si muka kodok.
"Karena ini satu-satunya cara agar aku terlepas dari para pem-bully. Terima kasih sudah menggantikan aku. Dengan begini aku bisa menjalani kehidupan sekolah dengan tenang," ucap si muka kodok tertawa.
Altair yang marah memutuskan untuk pulang. Dia berjanji akan menghancurkan orang-orang yang berani mem-bully-nya. Jika ada yang berani melakukan pem-bully-an kepada Rigel maka dia pun akan membalasnya.
Ketika pulang ke rumah ternyata Rigel sedang menangis di depan pintu. Altair lupa kalau seharusnya dia menjemput adiknya itu sepulang sekolah. Rigel akan dititipkan di tempat pengasuhan anak seperti anak-anak yang ditinggal kerja oleh orang tuanya. Mereka akan dijemput setelah orang tua mereka pulang kerja. Kalau Rigel akan dijemput sepulang sekolah oleh Altair.
"Maafkan aku, Rigel. Tadi ada latihan basket dan aku lupa bilang sama Miss Virgo," kata Altair berbohong.
Altair membuat makanan untuk makan malam mereka. Dia membuat telur mata sapi dan beberapa sosis bakar.
"Rigel, makan!" teriak Altair.
Bocah empat tahun itu berjalan ke meja makan sambil membawa buku gambar. Mata Altair melirik mencoba melihat gambar apa yang sudah dibuat oleh adiknya.
Altair terkejut saat melihat apa yang digambar oleh Rigel. Gambar itu di mana dirinya sedang di kepung oleh beberapa orang di lapangan basket sekolahnya. Terlihat jelas nama sekolah dia di kertas gambar itu.
'Apa hal ini nanti akan terjadi kepadaku?' batin Altair bertanya.
***
"Rigel apa ini besok akan terjadi kepadaku?" tanya Altair dan Rigel hanya diam dengan mata berkaca-kaca.
Altair pun diam tidak bertanya lagi. Dia menyuruh Rigel untuk segera makan karena mereka akan mengunjungi rumah sakit sebelum jam besok berakhir.
Ketika berjalan di lobi rumah sakit, Altair melihat ada si muka kodok berjalan menuju ke lorong bagian ruang rawat anak-anak. Dia yang penasaran pun menarik tangan Rigel agar mengikutinya.
Si muka kodok masuk ke sebuah ruang rawat di sana Altair melihat ada seorang anak perempuan kecil yang sedang tertidur. Kalau saja jam besuk masih lama, pastinya pemuda itu akan mencari tahu siapa pasien itu.
Keadaan Sirius sudah lebih baik. Sekarang dia sudah dipindahkan ke ruang rawat. Meski begitu, laki-laki tua itu belum bisa dimintai keterangan oleh polisi.
"Altair ... Rigel," panggil Sirius.
"Iya, Kek," balas Altair.
"Kalian pasti penasaran dan ingin tahu kenapa hari itu kakek pergi ke arah yang berlawanan dengan arah pulang ke rumah," kata Sirius dan Altair pun mengangguk.
"Itu karena Kakek sedang menyelidiki kecelakaan yang terjadi kepada orang tua kalian. Mereka bukan kecelakaan, tetapi mereka dibunuh," lanjut Sirius dan ini membuat Altair shock.
"Ma-maksud Ka-kek?" Altair tergagap saking terkejutnya.
"Karena saat itu baik ayah kalian maupun ibu kalian sedang mengerjakan proyek rahasia. Sehingga ada beberapa organisasi yang menginginkan penelitian mereka," balas Sirius.
"Penelitian? Penelitian apa yang menjadi proyek rahasia itu? Siapa yang memberi peringatan untuk mengerjakan proyek itu?" tanya Altair.
"Kakek juga tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan. Hanya saja ada beberapa ilmuan yang membicarakan tentang kehancuran masa depan. Makanya sekarang sedang menyelidikinya. Sayang sekali detektif yang kakek sewa untuk menyelidiki ini sudah meninggal. Hasil penyelidikan yang sudah dia kumpulkan ada di ruang kerja kakek. Jangan sampai orang lain menemukan hal itu," jawab Sirius.
Altair hanya bisa terdiam. Dia mencoba membongkar ingatan ketika kedua orang tuanya masih hidup. Terkadang mereka membicarakan pekerjaan ketika sedang berdua, tetapi pemuda itu terkadang mencuri dengar tanpa sengaja.
Altair sendiri tidak pernah pergi ke tempat kerja kedua orang tuanya. Baik ke laboratorium biokimia ataupun ke laboratorium geofisika. Berbeda dengan Rigel yang sering mengikuti mereka ke tempat kerja.
***
Sepulang sekolah Altair dihadang oleh Leo dan beberapa murid lainnya di lapangan basket. Dia pun tersenyum kecut karena lagi-lagi yang digambar oleh Rigel terjadi.
"Mau ke mana?" tanya Leo kepada Altair dengan nada tinggi.
"Mau pergi ke mana pun itu bukan urusan kamu," jawab Altair dengan malas.
Leo yang merasa menjadi penguasa di sekolah tentunya tidak suka dengan sikap Altair yang terkesan menantangnya. Dia memberi kode kepada teman-temannya untuk memberi pelajaran kepada Altair.
Banyak murid-murid yang baru keluar dari kelas mereka melihat ke arah mereka. Tentu saja banyak yang penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Selain itu target kali ini murid baru dan mereka belum tahu kemampuan Altair selain jago bermain basket.
Mereka semua menyerang Altair bersamaan. Namun, dengan gerakan cepat pemuda itu berhasil menghindari serangan lawan dan berhasil menyerang lawan lainnya. Satu lawan tujuh sudah pasti itu tidak seimbang.
Selain menggunakan kekuatan, Altair juga harus menggunakan otaknya agar bisa menang melawan mereka. Dia bisa bertahan dan menyerang lawan diwaktu bersamaan. Tangan dia menahan serangan lawan dan di saat bersamaan kaki dia menendang lawan lainnya.
'Apa dia monster? Kenapa tidak terlihat kelelahan meski berkelahi dikeroyok seperti ini?' batin Leo.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Diah Elmawati
Gila juga tuh Leo, tidsk.berpikir Bully itu dilarang dan diharapkan tidak ada.
2024-03-16
2