Bab 2
Ketika melihat video rekaman CCTV, Altair tercengang. Otaknya menangkap apa yang sedang dilihatnya ini seperti pernah terjadi sebelumnya.
"Aku merasa pernah melihat kecelakaan kereta seperti ini sebelumnya, Kek!" balas Altair dengan sangat yakin.
"Di luar negeri?" tanya Sirius.
"Tidak. Sepertinya di jembatan Rainbow, karena aku ingat ada lampu yang berwarna-warni di jembatannya," jawab Altair yakin.
"Itu tidak mungkin. Karena ini adalah kejadian pertama kali di jembatan Rainbow, bahkan kecelakaan kereta terburuk di negeri ini," ujar laki-laki tua itu dengan mata menyipit.
Altair pun terdiam, tetapi otaknya masih mencoba menggali ingatan itu. Karena dia yakin pernah melihat kejadian kecelakaan kereta api di jembatan Rainbow belum lama ini.
'Apa ini sebuah Dejavu?' tanya Altair di dalam hatinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 07:10 Altair harus segera pergi berangkat ke sekolah jika tidak ingin terlambat masuk. Terlambat lima menit saja murid itu akan mendapatkan hukuman dari guru.
Ketika Altair hendak mengambil tas di kamarnya, tanpa sengaja dia menyenggol tumpukan kertas gambar hasil karya Rigel. Pemuda itu berdecak kesal karena harus membereskan kertas-kertas itu.
Dengan gerakan cepat Altair pun menumpuk asal kertas-kertas yang gambarnya aneh-aneh. Namun, jika diperhatikan dengan baik-baik itu suatu karya yang menceritakan sesuatu.
Mata Altair melihat gambar sebuah bus dengan latar seperti ledakan. Lalu, di belakang yang menjadi latarnya adalah jajaran toko-toko. Senyum laki-laki muda itu pun mengembang menghiasi wajahnya, karena dia melihat nama-nama toko itu merupakan jajaran toko yang ada di kota ini.
"Altair, cepatlah!" teriak Sirius.
Dengan buru-buru Altair pun berlari keluar kamar dan Rigel sedang menunggu di depan pintu. Adiknya itu tersenyum tipis kepada kakaknya.
"Cepat," ajak Altair sambil menarik tangan adiknya agar kakek mereka tidak berteriak lagi.
***
Altair berjalan menelusuri lorong menuju ke kelasnya. Dia tidak begitu dekat dengan teman-teman di sekolah barunya ini. Hanya beberapa orang teman di klub basket yang dekat dengan dia.
Meski memiliki otak yang cerdas bahkan guru-gurunya menyebut dia genius, Altair tidak suka menunjukkan dirinya sebagai murid yang pintar di sini. Alasan yang sangat klasik, yaitu agar tidak di bully oleh murid-murid yang lain. Maka setiap ujian dia akan menjawab setengah benar pertanyaan dan setengahnya lagi akan dia jawab dengan salah.
"Altair, jangan lupa nanti sepulang sekolah latihan basket," ucap Cedric, sang kapten basket.
"Oke," balas Altair sambil mengacungkan jempol.
Tidak jauh dari Altair berdiri ada segerombol anak badung yang sedang mengerubungi seorang murid yang memiliki tubuh gempal dan wajah yang pucat dengan muka seperti muka kodok. "Si muka kodok" orang-orang itu manggilnya demikian.
Sebenarnya Altair tidak suka dengan perlakuan murid-murid yang suka mem-bully murid yang lainnya. Namun, dia juga tidak mau ikut campur dengan urusan mereka, karena jika dia ikut campur, maka target berikutnya adalah dirinya.
Tanpa sengaja Altair dan si muka kodok itu beradu pandang. Orang itu seakan meminta tolong kepadanya. Pancaran ketakutan dan putus asa terlihat jelas dari sorot matanya.
Altair sendiri mencoba mengabaikan hal itu. Dia pura-pura tidak paham dengan keinginan si muka kodok. Dia pun melewati mereka begitu saja.
Bukan hanya murid laki-laki, murid perempuan pun juga sama. Korban perundungan adalah mereka yang penyendiri, pendiam, berparas cantik, berwajah jelek, berotak bodoh atau cerdas, dan orang dari kalangan tidak mampu.
Altair menjalani kegiatan sekolah dengan lancar seperti biasa. Sepulang sekolah dia pun pergi menuju ke lapangan basket yang berada di sisi kanan bangunan sekolah.
"Latihanlah dengan bersungguh-sungguh, karena lawan kita berikutnya sangat kuat!" teriak Cedric.
Mereka pun memulai latihan dengan membagi anggota menjadi dua tim. Selama tiga puluh menit latihan semua berjalan lancar. Mereka bermain serius, karena Cedric akan marah dan membentak mereka yang terlihat tidak fokus dan bersungguh-sungguh ketika bermain.
Duar!
Terdengar suara ledakan memekakan telinga. Semua orang langsung memalingkan muka ke arah sumber suara. Terlihat bus sekolah yang mengantar jemput murid-murid terbakar. Semua penumpang di dalam bus itu terbakar. Kejadian barusan sangat begitu cepat dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Panggil pemadam kebakaran!"
"Hubungi rumah sakit untuk mengirimkan ambulans."
Teriakan orang-orang di depan jajaran toko-toko yang ada di sebrang ANDROMEDA SCHOOL. Mereka kebanyakan berlarian menjauh dari lokasi.
Tubuh Altair bergetar hebat dan matanya memicing ke arah sebuah bus yang terbakar api orange kemerahan di depan jajaran toko-toko. Pemandangan yang sama persis seperti dengan gambar yang ada di kamarnya tadi pagi.
"Bagiamana mungkin ini bisa sama dengan gambar yang dibuat oleh Rigel? Apakah cuma kebetulan?" ucap Altair bergumam.
Para anggota klub basket melihat kejadian itu dari balik pagar kawat. Mereka melihat orang-orang yang dikenal suka mem-bully berada di dalam bus itu. Orang-orang itu mati terkena ledakan dan terpanggang.
"Mengerikan!" ucap salah seorang anggota klub basket.
"Seumur hidupku sepertinya tidak akan pernah lupa dengan kejadian ini," kata Cedric.
'Siapa yang sudah melakukan kejahatan ini?' batin Altair yang mencengkeram pagar kawat dengan tatapan mengarah kepada anggota pemadam kebakaran yang sedang berusaha memadamkan api.
Keadaan di sana semakin heboh dan mencekam ketika untuk kedua kalinya bus itu meledak lagi dan membuat beberapa orang yang berada di dekatnya terkena efek ledakan barusan. Beberapa titik api pun beterbangan ke segala penjuru. Di antaranya ada yang mengenai petugas pemadam kebakaran dan warga yang kebetulan tidak jauh dari sana.
***
Kejadian ledakan sebuah bus sekolah di dekat gedung ANDROMEDA SCHOOL, menjadi berita utama. Banyak stasiun berita di televisi atau berita online yang memberitakan kejadian tadi.
"Setelah polisi melakukan penyelidikan, ternyata di dalam bus itu sudah di pasangin dua buah bom waktu. Semua murid berjumlah 60 orang yang menaiki bus itu dinyatakan meninggal dunia. Saat ini polisi sedang menyelidiki siapa pelaku yang sudah memasang bom itu dan apa tujuannya."
Altair terdiam melihat berita lewat layar handphonenya. Saat ini dia sedang berada di kamarnya yang dihuni bersama Rigel. Adiknya itu tidak bisa tidur seorang diri setelah pindah ke rumah kakeknya.
Mata Altair melirik ke arah tumpukan kertas hasil gambar sang adik. Sejak masih kecil Rigel memang suka menggambar. Hanya saja gambar yang dibuatnya itu sesuatu yang aneh menurutnya.
Kaki Altair melangkah mendekati meja belajar milik Rigel. Kertas gambar paling atas menunjukkan sebuah bus sekolah dengan nama sekolahnya dalam keadaan seperti terbakar karena ledakan. Background toko-toko yang memiliki nama yang sama dengan toko-toko yang ada di dekat sekolahnya. Gambar itu memang sangat jelek, tetapi masih bisa dipahami apa yang digambarkan oleh bocah berusia empat tahun lebih itu.
'Tidak mungkin,' batin Altair karena apa yang ada di gambar itu adalah apa yang di lihat langsung oleh matanya.
Altair juga melihat kertas gambar di bawahnya yang memperlihatkan sebuah jembatan dengan lampu warna-warni. Lalu, sebuah kereta api bertuliskan Shinku yang jatuh ke sungai. Melihat gambar itu tubuh dia bergetar dan wajahnya menjadi pucat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Diah Elmawati
Nah.... ternyata Rigel anak yang bisa memandang apa yang akan terjadi dimasa depan......Hayoooo Altair dekati dan akrabkan dirimu dengan adikmu agar dapat mencegah hal-hal yang akan terjadi.
2024-03-16
1