NovelToon NovelToon

Disaster

Bab 1.

Bab 1

Terlihat kereta api melaju dengan kecepatan penuh di tengah guyuran hujan lebat dan diiringi suara gemuruh dari guntur juga kilatan cahaya petir. Udara dingin di malam hari ini membuat enggan orang-orang keluar rumah. Sehingga tidak ada yang menyaksikan bagaimana kecelakaan di jembatan tua itu terjadi.

Ketika si ular besi itu melaju di atas rel yang dibangun di sebuah jembatan sepanjang hampir satu kilometer di atas, tiba-tiba saja ambruk. Serpihan material besi dan kayu berjatuhan bersama dengan kereta api yang hampir jatuh ke sungai yang ada di bawahnya. Masinis tidak sempat menghentikan laju kendaraan yang kecepatannya 300km/jam.

"Aaaaaaa ... tidak!" teriak masinis ketika kereta jatuh dari jembatan.

"Ada apa ini!" teriak penumpang yang menyadari ada yang aneh dengan laju kereta yang sedang ditumpangi olehnya.

"Aaaaaaa!" teriak semua penumpang yang sadar kalau mereka terjatuh dari jembatan.

Suara keras hancurnya jembatan dan teriakan penumpang memecahkan keheningan malam itu. Si ular besi itu kini berada di sungai yang aliran airnya sangat deras karena sedang musim penghujan.

Para penumpang berusaha keluar dari gerbong. Mereka ada yang berusaha memecahkan kaca jendela. Namun, itu sia-sia karena kaca itu begitu tebal dan tidak mudah pecah, bahkan kaca ini anti peluru.

Beberapa orang mencoba membuka pintu sebelum air sungai banyak yang masuk. Mereka berpacu dengan volume air yang semakin bertambah banyak.

"Cepat! Cepat!" teriak seorang laki-laki berbadan tinggi besar.

Begitu pintu bisa terbuka, para penumpang keluar dan harus berenang melawan kuatnya arus sungai. Jika tidak pandai berenang, maka dia akan ikut terseret arus dan kemungkinan besar tidak akan bisa selamat.

"Tolong! Tolong!" teriak seorang perempuan yang timbul tenggelam di sungai yang terbawa arus. Tidak ada yang bisa menolong wanita itu, karena semuanya juga sedang berjuang menyelamatkan nyawanya masing-masing.

Terlihat beberapa orang berenang ke tepi melawan kuatnya arus sungai. Begitu sampai daratan, kebanyakan mereka merasa kelelahan. Ada juga yang langsung tidak sadarkan diri. Di antara mereka banyak yang mengalami luka-luka memar dan berdarah.

"Anakku! Tolong anakku!" teriak keras seorang laki-laki yang baru teringat kalau putranya tidak ada.

Ada juga beberapa orang lainnya meneriakan nama orang-orang yang bersama mereka tadi. Kejadian ini berlangsung begitu cepat dan tidak ada yang tahu kalau jembatan tua itu akan ambruk.

Mengerikan, itu ungkapan keadaan saat ini di sana. Putus asa itu yang dirasakan oleh kebanyakan dari korban yang masih hidup. Begitu juga mereka yang berada di sungai sedang berusaha untuk selamat dari kecelakaan maut ini.

***

Sementara itu, di tempat lain masih di negeri yang sama, hujan malam ini membuat tanah di sebuah pegunungan longsor. Tanah bercampur air itu bergerak dengan cepat ke bawah dan menimbulkan suara gemuruh yang keras dan memekakkan telinga dari bebatuan dan pohon-pohon yang bergerak cepat turun ke bawah.

Penduduk yang tinggal di bawah kaki gunung dibuat terkejut oleh bunyi keras yang mengerikan. Warga yang terbangun langsung berlari menyelamatkan diri berlari keluar rumah, begitu sadar kalau sedang terjadi tanah longsor dan akan menimbun tempat tinggal mereka.

Dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana tanah longsor itu menimbun rumah dan beberapa warga yang masih terjebak di dalamnya. Mereka yang selamat berteriak dan menangis histeris. Suara tangisan dan teriakan memanggil minta bantuan menggema di antara suara derasnya hujan.

"Kita tidak akan bisa menolong mereka. Kita membutuhkan tim SAR untuk menyelamatkan mereka," ucap laki-laki yang merupakan kepala desa di sana.

Salah seorang warga menghubungi tim SAR untuk segera melakukan penyelamatan terhadap korban. Mereka sangat berharap orang-orang itu bisa diselamatkan.

"Tolong segera kirim kirim bantuan! Di sini sedang terjadi bencana, beberapa orang tertimbun longsor," pinta seorang laki-laki bicara lewat telepon.

"Baiklah kami akan mengirimkan tim SAR ke lokasi secepatnya," balas seseorang di sebrang sana.

***

Seorang pemuda memasukan beberapa buku pelajaran ke dalam tas ransel miliknya. Ekspresi dia datar, tidak ada senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"Altair, cepat sarapan! Kakek tidak mau menunggu," ucap seorang laki-laki tua membuka pintu kamar.

"Ya," balas Altair singkat.

Semenjak kematian kedua orang tuanya setahun yang lalu, Altair dan adiknya tinggal bersama Sirius, kakeknya yang merupakan seorang profesor. Sementara kedua orang tuanya dahulu merupakan seorang ilmuan, walau di bidang yang berbeda. Mendiang ayahnya seorang ahli biokimia dan ibunya seorang ilmuan geofisika.

Altair melihat ada Rigel di meja makan. Adiknya itu tersenyum begitu melihat ke arahnya, karena dia tidak bisa bicara dengan jelas, hanya satu suku kata yang bisa diucapkan olehnya ketika bicara. Orang-orang pun tidak ada yang paham apa yang ingin dikatakan oleh bocah berusia empat tahun itu.

"Cepat makan!" perintah Sirius dengan tatapan tajam kepada Altair.

Ruang makan itu menyatu dengan ruang televisi, hanya terhalang oleh dasboard tanda sebagai pemisah kedua ruangan itu. Kebiasaan Sirius setiap pagi selalu menyala televisi untuk mengetahui berita terbaru yang sedang terjadi di dunia ini.

"Terjadi sebuah kecelakaan di Jembatan Rainbow. Kereta api Shinku jatuh dari atas jembatan. Hal ini diduga karena jembatan yang sudah tua itu tidak mendapatkan perawatan dari dinas terkait.

"Sebelumnya sudah diketahui kalau pengecekan sering dilakukan setahun sekali. Namun, sudah lebih dari sepuluh tahun ini tidak ada pergantian bahan kerangka besinya. Padahal kita semua tahu kalau polusi udara, cuaca ekstrem sering terjadi. Hal inilah yang diduga mempercepat proses perkataan pada besi, sehingga jembatan yang sering dilalui oleh kereta api ini tidak kuat lagi menanggung beban berat.

"Dalam kecelakaan ini korban meninggal sebanyak 113 orang. Korban luka berat 77 orang, korban luka ringan sebagai 15 orang dan korban menghilang sekitar 57 orang. Saat ini pemerintah menurunkan bentak tim SAR untuk mencari korban hilang dan pengangkatan bangkai kereta dari sungai agar tidak menghambat aliran air sungai."

Seorang pembawa acara berita memberi informasi tentang kecelakaan kereta api yang terjadi semalam. Ini merupakan kecelakaan lalulintas terburuk di selama dua puluh tahun belakangan ini. Video di mana banyak tim SAR yang terdiri dari pemadam kebakaran dan kepolisian terlihat di dekat pinggir sungai dan di atas jembatan yang runtuh sebagian.

Altair dan Sirius menatap ke arah televisi dengan mulut terbuka ketika beberapa petugas pemadam kebakaran itu berhasil mengevakuasi korban dari dalam bangkai kereta yang tenggelam di dasar sungai.

"Mengerikan sekali kecelakaan ini. Penduduk negeri ini berkurang banyak hanya dalam semalam," ucap Sirius.

"Apa sebelumnya pernah terjadi kecelakaan seperti ini, Kek?" tanya Altair ketika melihat rekaman CCTV yang berhasil menangkap detik-detik bagaimana jembatan itu hancur dan kereta terjatuh ke sungai.

"Tidak. Kejadian ini baru pertama kali terjadi," jawab Sirius.

"Kok, aku merasa pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, Kek!" balas Altair dengan sangat yakin.

***

Bab 2.

Bab 2

Ketika melihat video rekaman CCTV, Altair tercengang. Otaknya menangkap apa yang sedang dilihatnya ini seperti pernah terjadi sebelumnya.

"Aku merasa pernah melihat kecelakaan kereta seperti ini sebelumnya, Kek!" balas Altair dengan sangat yakin.

"Di luar negeri?" tanya Sirius.

"Tidak. Sepertinya di jembatan Rainbow, karena aku ingat ada lampu yang berwarna-warni di jembatannya," jawab Altair yakin.

"Itu tidak mungkin. Karena ini adalah kejadian pertama kali di jembatan Rainbow, bahkan kecelakaan kereta terburuk di negeri ini," ujar laki-laki tua itu dengan mata menyipit.

Altair pun terdiam, tetapi otaknya masih mencoba menggali ingatan itu. Karena dia yakin pernah melihat kejadian kecelakaan kereta api di jembatan Rainbow belum lama ini.

'Apa ini sebuah Dejavu?' tanya Altair di dalam hatinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07:10 Altair harus segera pergi berangkat ke sekolah jika tidak ingin terlambat masuk. Terlambat lima menit saja murid itu akan mendapatkan hukuman dari guru.

Ketika Altair hendak mengambil tas di kamarnya, tanpa sengaja dia menyenggol tumpukan kertas gambar hasil karya Rigel. Pemuda itu berdecak kesal karena harus membereskan kertas-kertas itu.

Dengan gerakan cepat Altair pun menumpuk asal kertas-kertas yang gambarnya aneh-aneh. Namun, jika diperhatikan dengan baik-baik itu suatu karya yang menceritakan sesuatu.

Mata Altair melihat gambar sebuah bus dengan latar seperti ledakan. Lalu, di belakang yang menjadi latarnya adalah jajaran toko-toko. Senyum laki-laki muda itu pun mengembang menghiasi wajahnya, karena dia melihat nama-nama toko itu merupakan jajaran toko yang ada di kota ini.

"Altair, cepatlah!" teriak Sirius.

Dengan buru-buru Altair pun berlari keluar kamar dan Rigel sedang menunggu di depan pintu. Adiknya itu tersenyum tipis kepada kakaknya.

"Cepat," ajak Altair sambil menarik tangan adiknya agar kakek mereka tidak berteriak lagi.

***

Altair berjalan menelusuri lorong menuju ke kelasnya. Dia tidak begitu dekat dengan teman-teman di sekolah barunya ini. Hanya beberapa orang teman di klub basket yang dekat dengan dia.

Meski memiliki otak yang cerdas bahkan guru-gurunya menyebut dia genius, Altair tidak suka menunjukkan dirinya sebagai murid yang pintar di sini. Alasan yang sangat klasik, yaitu agar tidak di bully oleh murid-murid yang lain. Maka setiap ujian dia akan menjawab setengah benar pertanyaan dan setengahnya lagi akan dia jawab dengan salah.

"Altair, jangan lupa nanti sepulang sekolah latihan basket," ucap Cedric, sang kapten basket.

"Oke," balas Altair sambil mengacungkan jempol.

Tidak jauh dari Altair berdiri ada segerombol anak badung yang sedang mengerubungi seorang murid yang memiliki tubuh gempal dan wajah yang pucat dengan muka seperti muka kodok. "Si muka kodok" orang-orang itu manggilnya demikian.

Sebenarnya Altair tidak suka dengan perlakuan murid-murid yang suka mem-bully murid yang lainnya. Namun, dia juga tidak mau ikut campur dengan urusan mereka, karena jika dia ikut campur, maka target berikutnya adalah dirinya.

Tanpa sengaja Altair dan si muka kodok itu beradu pandang. Orang itu seakan meminta tolong kepadanya. Pancaran ketakutan dan putus asa terlihat jelas dari sorot matanya.

Altair sendiri mencoba mengabaikan hal itu. Dia pura-pura tidak paham dengan keinginan si muka kodok. Dia pun melewati mereka begitu saja.

Bukan hanya murid laki-laki, murid perempuan pun juga sama. Korban perundungan adalah mereka yang penyendiri, pendiam, berparas cantik, berwajah jelek, berotak bodoh atau cerdas, dan orang dari kalangan tidak mampu.

Altair menjalani kegiatan sekolah dengan lancar seperti biasa. Sepulang sekolah dia pun pergi menuju ke lapangan basket yang berada di sisi kanan bangunan sekolah.

"Latihanlah dengan bersungguh-sungguh, karena lawan kita berikutnya sangat kuat!" teriak Cedric.

Mereka pun memulai latihan dengan membagi anggota menjadi dua tim. Selama tiga puluh menit latihan semua berjalan lancar. Mereka bermain serius, karena Cedric akan marah dan membentak mereka yang terlihat tidak fokus dan bersungguh-sungguh ketika bermain.

Duar!

Terdengar suara ledakan memekakan telinga. Semua orang langsung memalingkan muka ke arah sumber suara. Terlihat bus sekolah yang mengantar jemput murid-murid terbakar. Semua penumpang di dalam bus itu terbakar. Kejadian barusan sangat begitu cepat dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Panggil pemadam kebakaran!"

"Hubungi rumah sakit untuk mengirimkan ambulans."

Teriakan orang-orang di depan jajaran toko-toko yang ada di sebrang ANDROMEDA SCHOOL. Mereka kebanyakan berlarian menjauh dari lokasi.

Tubuh Altair bergetar hebat dan matanya memicing ke arah sebuah bus yang terbakar api orange kemerahan di depan jajaran toko-toko. Pemandangan yang sama persis seperti dengan gambar yang ada di kamarnya tadi pagi.

"Bagiamana mungkin ini bisa sama dengan gambar yang dibuat oleh Rigel? Apakah cuma kebetulan?" ucap Altair bergumam.

Para anggota klub basket melihat kejadian itu dari balik pagar kawat. Mereka melihat orang-orang yang dikenal suka mem-bully berada di dalam bus itu. Orang-orang itu mati terkena ledakan dan terpanggang.

"Mengerikan!" ucap salah seorang anggota klub basket.

"Seumur hidupku sepertinya tidak akan pernah lupa dengan kejadian ini," kata Cedric.

'Siapa yang sudah melakukan kejahatan ini?' batin Altair yang mencengkeram pagar kawat dengan tatapan mengarah kepada anggota pemadam kebakaran yang sedang berusaha memadamkan api.

Keadaan di sana semakin heboh dan mencekam ketika untuk kedua kalinya bus itu meledak lagi dan membuat beberapa orang yang berada di dekatnya terkena efek ledakan barusan. Beberapa titik api pun beterbangan ke segala penjuru. Di antaranya ada yang mengenai petugas pemadam kebakaran dan warga yang kebetulan tidak jauh dari sana.

***

Kejadian ledakan sebuah bus sekolah di dekat gedung ANDROMEDA SCHOOL, menjadi berita utama. Banyak stasiun berita di televisi atau berita online yang memberitakan kejadian tadi. 

"Setelah polisi melakukan penyelidikan, ternyata di dalam bus itu sudah di pasangin dua buah bom waktu. Semua murid berjumlah 60 orang yang menaiki bus itu dinyatakan meninggal dunia. Saat ini polisi sedang menyelidiki siapa pelaku yang sudah memasang bom itu dan apa tujuannya."

Altair terdiam melihat berita lewat layar handphonenya. Saat ini dia sedang berada di kamarnya yang dihuni bersama Rigel. Adiknya itu tidak bisa tidur seorang diri setelah pindah ke rumah kakeknya.

Mata Altair melirik ke arah tumpukan kertas hasil gambar sang adik. Sejak masih kecil Rigel memang suka menggambar. Hanya saja gambar yang dibuatnya itu sesuatu yang aneh menurutnya.

Kaki Altair melangkah mendekati meja belajar milik Rigel. Kertas gambar paling atas menunjukkan sebuah bus sekolah dengan nama sekolahnya dalam keadaan seperti terbakar karena ledakan. Background toko-toko yang memiliki nama yang sama dengan toko-toko yang ada di dekat sekolahnya. Gambar itu memang sangat jelek, tetapi masih bisa dipahami apa yang digambarkan oleh bocah berusia empat tahun lebih itu.

'Tidak mungkin,' batin Altair karena apa yang ada di gambar itu adalah apa yang di lihat langsung oleh matanya.

Altair juga melihat kertas gambar di bawahnya yang memperlihatkan sebuah jembatan dengan lampu warna-warni. Lalu, sebuah kereta api bertuliskan Shinku yang jatuh ke sungai. Melihat gambar itu tubuh dia bergetar dan wajahnya menjadi pucat.

***

Bab 3.

Bab 3

Menyadari ada yang aneh dengan hasil gambar Rigel, Altair pun melihat dan memerhatikan gambar-gambar hasil karya sang adik. Satu hal yang terbersit di dalam pikirannya adalah semua yang digambar oleh adiknya ini merupakan suatu bencana atau kecelakaan. 

"Kenapa Rigel menggambar yang seperti ini? Apa karena orang tua kami meninggal karena kecelakaan?" tanya Altair bermonolog.

Setelah itu dia membereskan semua kertas hasil karya Rigel itu lalu memasukan ke sebuah map agar tidak tercecer. Ketika akan menutup map mata Altair sempat melihat gambar sebuah bukit atau gunung yang longsor dan menimbun rumah-rumah di bawahnya. 

'Sungguh mengerikan jika hal ini terjadi. Tidak bisa dibayangkan penduduk yang rumahnya tertimbun oleh tanah,' batin Altair.

Sambil menunggu waktu makan malam, Altair membaca buku tentang anatomi tubuh. Dia berharap Rigel bisa bicara dengan benar seperti manusia normal. Sungguh dia selalu merasa malu mempunyai adik gagu seperti Rigel ini. 

Sementara itu, Rigel sedang menggambar di samping Altair. Bocah itu menggambar sebuah pesawat terbang yang seperti akan jatuh di tengah kota. Tiba-tiba saja mata dia berubah menjadi silver dan menggoreskan angka berserat di salah satu bagian di kertas itu.

"Ayo, kita makan!" ajak Sirius sambil membuka pintu kamar cucunya.

Altair pun turun dari tempat tidur di susul oleh Rigel. Mata sang kakak melirik ke arah kertas gambar, dia ingin melihat apa yang sudah digambar oleh adiknya. 

'Lagi-lagi gambar kecelakaan yang mengerikan,' batin Altair.

Ketika mereka makan malam, televisi dalam keadaan menyala. Kebiasaan Sirius untuk menghilangkan rasa sepi dan sunyi, dia selalu menyalakan televisi. 

❤️"Sampai saat ini tim evakuasi masih berusaha mencari korban yang tertimbun tanah longsor. Diperkirakan masih ada sekitar tiga puluh orang yang terkubur."

"Sudah kita ketahui kalau bencana longsor yang terjadi semalam itu akibat curah hujan yang tinggi selama beberapa hari ini. Hal ini mengakibatkan longsong. Untuk warga yang berhasil menyelamatkan diri kini berada di gedung kota serbaguna. Mereka dalam keadaan putus asa dan bersedih karena masih ada keluarga yang masih tertimbun. Mereka sangat berharap semua pihak bisa bekerja sama, agar mereka yang memungkinkan masih hidup bisa di selamatkan."

Altair yang melihat berita itu sampai tersedak ketika seseorang reporter melaporkan bencana alam longsor yang terjadi semalam. Mata pemuda itu terbelalak ketika melihat animasi yang dibuat oleh chanel berita ketika menggambarkan kejadian longsor yang terjadi semalam. Gambar yang digambar oleh Rigel hampir sama persis.

"Hati-hati. Kalau makan jangan sambil memikirkan hal yang lain," kata Sirius mengingatkan cucunya.

Tatapan Altair kini tertuju kepada Rigel. Dia menatap tajam adiknya karena merasa semakin aneh saja dengan pemikiran anak berumur empat tahun, tetapi suka menggambar hal yang mengerikan menurutnya.

'Dia menggambar itu semua dapat inspirasi dari mana?' batin Altair.

Rigel yang sedang makan tidak memedulikan keadaan sekitar. Dia juga tidak merasa terganggu dengan tatapan tajam dari kakaknya. Bagi dia asalkan bisa dekat dengan sang kakak sudah cukup. Tidak peduli mau didiamkan tidak diajak bicara.

"Altair, besok kamu pergi ke rumah sakit antar Rigel untuk melakukan terapi," kata Sirius.

Altair rasanya ingin menolak karena sepulang sekolah dia harus ikut latihan basket. Namun, dia juga tidak bisa membiarkan penyakit adiknya semakin parah.

"Iya, Kek," balas Altair dengan nada lesu.

"Kakek dengar tadi terjadi kecelakaan di dekat sekolah kamu?" tanya Sirius kepada Altair.

"Iya. Bus sekolah di pasangi bom, sehingga membunuh semua penumpang dan melukai beberapa orang yang berada di dekat TKP," jawab pemuda berwajah dingin itu.

"Penjahat sekarang ini suka nekad. Dengan mudahnya membunuh nyawa orang lain, apa mereka semua itu sudah berbuat kesalahan atau berbuat jahat kepada si pelaku?" tanya Sirius.

Altair pun terdiam dan sempat memikirkan hal ini tadi sore ketika melihat beritanya di berita online. Murid-murid yang suka merundung juga yang menjadi korban dalam kejadian ini.

"Aku tidak tahu mereka, Kek. Aku kan baru beberapa bulan saja belajar di sana. Jadi, belum begitu kenal dengan murid-murid di sana," jawab Altair.

"Kakek harap kamu jangan sampai terlibat kenakalan remaja," ucap Sirius.

"Iya, Kek," balas Altair mengiyakan keinginan sang kakek bukan karena mengikuti keinginannya, tetapi dia memang tidak suka begitu bergaul dengan teman-temannya di sekolah sekarang.

***

Kasus dari pengeboman bus sekolah belum menemukan titik terang. Para orang tua korban menuntut pihak kepolisian dan pihak sekolah untuk segera menemukan siapa pelakunya.

Altair melihat ada beberapa orang polisi sedang menanyai beberapa murid di sekolahnya. Dia berjalan cepat agar tidak diajak bicara oleh mereka. 

Hal yang mengejutkan adalah tiba-tiba saja di sebuah videotron berukuran besar yang ada di salah satu jajaran toko-toko itu memuat video perundungan terhadap seorang siswa sampai meninggal yang dilakukan oleh beberapa orang yang menjadi korban dari kejadian kemarin. Sepertinya si pelaku ingin memberi tahu kalau mereka semua itu memang pantas untuk mati, walau ada beberapa orang siswa yang tidak bersalah ikut menjadi korban dalam itu.

Semua orang jadi tahu bagaimana kelakuan beberapa siswa di ANDROMEDA SCHOOL. Apalagi video yang diputar bukan hanya satu. Ada tiga video pendek yang menunjukkan kejahatan murid-murid yang menjadi korban pengeboman bus. 

Hal ini menjadi perdebatan dan perbincangan di negeri ini. Orang tua yang anaknya menjadi korban pem-bully-an pun ikut bicara. Mereka juga meminta keadilan untuk anak-anak mereka. 

Altair mencoba mengabaikan keadaan sekitar, jika dia diminta pendapatnya mengenai kejadian ini, maka akan bilang korban dan pelaku sama-sama penjahat dan harus mendapatkan hukuman. Tinggal dari pihak penegak hukum saja akan mengambil sikap seperti apa.

Seperti janjinya semalam, sore hari Altair mengantarkan Rigel melakukan terapi. Bocah itu sering mengalami ketakutan sampai histeris jika sedang sendirian. Harus ada orang lain di dekatnya, dia baru akan merasa aman. 

Ketika seorang psikolog mengajak bicara Rigel, anak itu akan menjawan dengan kepala mengangguk atau menggeleng. Sesekali bocah itu tersenyum. 

Altair sendiri tidak mengerti apa yang dikatakan oleh adiknya itu. Eh, maksudnya jawaban yang diberikan Rigel kepada si psikiater yang sudah menemaninya selama enam bulan terakhir.

"Karena Rigel sudah baik dalam menjalani tes hari ini, aku beri kamu hadiah," ucap Dokter Aurora.

Wanita itu memberikan perlengkapan menggambar yang menjadi hobi Rigel. Lalu, bocah kecil itu tersenyum dan memeluk Dokter Aurora sebagai ucapan terima.

Ketika berjalan di lobi rumah sakit ada televisi layar datar yang sedang memberitakan sebuah kejadian yang baru saja terjadi di negeri Procyon yang merupakan negeri tetangga negeri Centuari. Sebuah pesawat terbang jatuh di tengah kota.

Langkah Altair terhenti ketika melihat berita itu. Sebuah video yang menangkap detik-detik ketika pesawat akan jatuh sampai jatuh menghantam pusat kota di kawasan industri. Lagi-lagi apa yang digambar oleh Rigel di kertas gambar, kini dia lihat menjadi kenyataan.

"Bagiamana bisa ini terjadi? Apakah kebetulan atau bukan?" Altair bergumam.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!