Bab 8
Kejadian di lapang basket menjadi buah bibir para murid di ANDROMEDA SCHOOL. Mereka tidak menyangka kalau Altair juga jago berkelahi.
Altair menghajar lawan-lawannya tanpa ampun. Jika tidak mau ditindas maka harus menunjukan kekuatan yang bisa membuat lawan takut dan berpikir ulang untuk melawan kembali. Kini dia berhadapan dengan Leo, hanya tinggal dia lawan yang masih bertahan.
"Ternyata aku sudah salah menilai kamu. Aku kira kamu sama pecundangnya dengan si muka kodok, ternyata kamu jauh lebih baik darinya," kata Leo.
"Wah, terima kasih. Ternyata sesuai dugaan aku kalau kalian ini memang sekumpulan orang-orang pecundang," balas Altair mengejek Leo.
Altair melihat ada si muka kodok di antara para murid yang menonton di sana. Semalam dia baru memulai melakukan penyelidikan tentang si muka kodok itu. Dia ingin tahu siapa dia sebenarnya.
Leo dan Altair pun memulai perkelahian. Ketika mereka sedang bertarung mata Altair menangkap mata si muka kodok berubah menjadi silver. Tentu saja ini membuat dia terkejut. Ketika pemuda itu kembali untuk memerhatikan kembali ternyata matanya biasa saja.
'Apa itu efek cahaya?' batin Altair.
Altair terkena pukulan Leo karena dia lengah dan tidak fokus ke pertarungan ini. Dia merasakan sakit di perutnya sampai rasanya ingin muntah. Maka dia pun melakukan serangan balik dengan sekuat tenaga. Altair menendang perut Leo dengan kuat, tubuh lawannya terlempar jauh dan membentur tiang ring basket.
Hal tidak terduga terjadi, tiang ring basket ini jatuh menimpa Leo dan bagian papan menimpa beberapa orang teman Leo yang berbaring di lapangan karena kalah saat bertanding melawan Altair tadi.
"Kyaaaaa!" teriak para murid.
Altair tercengang karena terkejut dengan kejadian ini. Karena mana mungkin tiang ring basket itu bisa sampai roboh seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya dan dia juga merasa tendangan tadi tidak akan sampai bisa seperti ini.
'Bisa-bisa Leo mati kalau beneran tendangan aku sampai bisa membuat tiang besi itu roboh dengan mudahnya,' batin Altair.
Kepala sekolah menghubungi rumah sakit agar para murid itu dirawat. Sementara Altair dipanggil ke ruang guru untuk di sidang atas apa yang terjadi tadi.
"Bukan aku yang memulai, tetapi Leo. Aku hanya membela diri. Jika kalian tidak percaya silakan periksa rekaman CCTV yang mengarah ke lapangan basket," ucap Altair.
Rekaman CCTV diputar di sebuah monitor lebar yang ada di ruangan itu. Semua guru menyaksikan apa yang terjadi tadi. Di mana langkah Altair dihadang oleh Leo dan teman-temannya, lalu perkelahian satu lawan tujuh pun terjadi.
Altair sempat tercengang ketika salah seorang murid yang sudah kalah olehnya hendak bangkit untuk melakukan serangan lagi, tiba-tiba jatuh tersungkur. Dia ingat waktu itu melihat mata si muka kodok menjadi silver, setelahnya Leo berhasil melancarkan serangan kepadanya.
'Apa yang sebenarnya terjadi waktu itu? Aku tadi tidak halusinasi kan melihat mata dia berubah,' batin Altair.
Sesaat setelah tiang ring basket runtuh, si muka kodok pergi dari sana. Hal ini baru diketahui oleh Altair, karena tadi dia tidak memerhatikan keburu murid-murid pada heboh.
***
Altair kembali terlambat menjemput Rigel, adiknya sudah pulang di antar oleh Miss Virgo. Ketika sampai di rumah bocah itu sedang menggambar, tiba-tiba dia melihat mata Rigel berubah silver sambil menulis deretan angka.
Melihat itu Altair shock karena bisa saja apa yang dia lihat tadi itu adalah benar, bukan halusinasi. Mata si muka kodok dan Rigel bisa berubah menjadi silver untuk beberapa saat.
'Ada apa ini? Kenapa mata mereka bisa menjadi seperti itu?' batin Altair bertanya-tanya.
***
Altair yang melihat mata Rigel menjadi silver memerhatikan dengan seksama. Apa yang bisa membuat mata adiknya berubah seperti ini. Perubahan itu tidaklah lama, hanya beberapa saat selama menulis angka-angka.
Altair melihat gambar yang dibuat oleh adiknya di kertas itu terlihat bangunan sekolahnya rusak dan ada warna merah seperti api dan asap hitam. Meski gambar itu jelek, tetapi dia bisa memahami maksud dari gambar itu.
"Apa sekolah aku akan kebakaran?" tanya Altair dan Rigel hanya tersenyum tipis.
"Kau jangan membuat aku takut Rigel," kata Altair dengan nada kesal.
Setelah masuk rumah Altair mencari berkas yang beberapa hari dikatakan oleh Sirius. Kemarin dia tidak berhasil menemukan kunci laci itu. Setelah diberi tahu di mana kuncinya disimpan, sekarang dia akan membaca dan mempelajari apa yang sudah berhasil dikumpulkan oleh detektif itu.
Altair asyik membaca dan Rigel asyik menggambar. Keadaan rumah berantakan oleh kertas-kertas hasil karya sang adik yang suka menaruh di mana pun ketika dia menggambar. Terkadang bocah itu menempelkan di dinding, ada di sofa, di atas meja. Sepertinya hampir di setiap ruangan ada kertas gambar hasil karya Rigel.
Altair membaca laporan kalau malam kejadian ayah dan ibunya pergi menghadiri penghargaan yang di adakan oleh dunia ilmu pengetahuan tingkat internasional yang kebetulan di adakan di negeri tahun ini dan dilangsungkan di kota sebelah yang jaraknya sekitar 60 kilometer dari rumah mereka.
Video rekaman kamera yang ada di mobil milik orang tuanya memberi tahu kejadian malam itu. Bagaimana Alfa meminta Aurora untuk mengencangkan sabuk pengaman karena dia akan menambah kecepatan laju kendaraan. Karena ada sebuah mobil yang mengikuti mereka dari arah belakang.
Aurora panik ketika mobil di belakang itu menabrak mobil mereka. Teriakan ibu mereka membuat hati Altair terasa tersayat. Dia sangat sedih, ingatannya kembali ke setahun yang lalu di mana mereka kehilangan orang-orang yang disayangi.
'Sebenarnya penelitian apa yang sedang mereka lakukan? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa mengetahui hal itu?' batin Altair.
Selama memasak dan makan otak Altair terus berputar memikirkan untuk mencari tahu hasil penelitian kedua orang tuanya. Selain itu hal ini juga untuk bisa menemukan si pelaku dan apa tujuan dari penelitian itu.
Tiba-tiba saja Altair kepikiran kalau dia bisa memulai pencarian itu di rumah mereka yang sudah ditinggalkan hampir setahun. Rumah kedua orang tua dia dan Rigel.
"Rigel, besok hari Sabtu kita pulang ke rumah!" ajak Altair dan Rigel senang mendengar itu.
***
Kini mereka berdua bersiap akan pergi ke rumah mereka dan pastinya akan banyak debu dan kotor. Jadi, Altair membawa masker penutup hidung dan mulut. Selain itu beberapa makanan dan botol air minum. Pastinya mereka nanti ingin makan, untuk jaga-jaga kalau tidak keburu makanan di restoran.
Mereka melakukan perjalanan sekitar hampir satu jam dengan menggunakan kereta api bawah tanah. Lalu, naik taksi untuk sampai ke rumah mereka.
Menjelang tengah hari Altair dan Rigel baru sampai ke rumah mereka yang ditempati dahulu. Sebuah bangunan bertingkat dua yang cukup megah dan sangat luas. Taman bunga yang ada di rumah kaca kini mati layu karena tidak terurus. Halaman rumah yang sangat kotor oleh dedaunan kering. Keindahan rumah itu sudah hilang.
"Ayo, masuk!" ajak Altair kepada Rigel.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments