Bab 10
Awalnya Altair menuliskan angka koordinat tempat kejadian, tetapi tidak ada satu pun yang cocok. Lalu, dia mengganti dengan tanggal kejadian peristiwa tersebut. Dia mulai mencocokan dari tahun kejadian, lalu bulan kejadian, dan tanggal kejadian. Untuk deretan angka-angka awal sudah cocok.
Tinggal beberapa angka-angka yang paling belakang yang entah angka apa itu. Maka Altair pun mencoba mencocokkan dengan jumlah korban meninggal, korban hilang, dan korban luka-luka. Tetap itu semua tidak cocok dengan angka-angka terakhir. Maka sisanya adalah jam kejadian. Hasil yang di dapat adalah sama dengan jam kejadian peristiwa.
Akhirnya misteri angka-angka di kertas gambar itu terpecahkan. Kini dia tinggal mencoba memeriksa gambar-gambar yang sudah dibuat oleh Rigel. Altair teringat akan gambar di mana sekolahnya terbakar dan ada asap hitam yang membumbung tinggi. Lalu, dia mencatat angka yang ada di sana.
"202402141105," ucap Altair menyebutkan deretan angka.
"Di tahun 2024 bulan 02 tanggal 14, akan ada terjadi di jam 11 lewat 5 menit ," kata pemuda itu setelah mengartikan deretan angka.
"Empat belas Februari di tahun ini." Altair pun melirik ke arah kalender yang menunjukkan angka 13 Februari 2024.
"Apa? Berarti besok kejadiannya!" pekik Altair.
Sekarang Altair menjadi bingung sendiri. Bagaimana cara dia memberi tahu kepada orang lain akan adanya kejadian itu. Sepertinya guru dan murid-murid di sekolah mereka tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan nanti.
Pasti orang-orang akan menertawakan dirinya karena mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Apalagi dari hasil gambar yang jelek buatan seorang anak empat tahun. Mereka pasti tidak akan percaya dengan omongannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Altair bermonolog.
Rigel hanya diam menatap kakaknya sambil memegang beberapa lembar kertas gambar yang baru selesai dia buat. Bocah itu ingin memberikan kertas-kertas itu, tetapi Altair malah sibuk dengan pikirannya.
Altair kembali mengamati gambar gedung sekolah yang terbakar. Dia sedang mencari petunjuk kira-kira di mana titik kebakaran itu akan terjadi. Setidaknya tidak akan memakan korban jiwa.
***
Keesokan hari dia mencoba memeriksa lantai dua dan lantai tiga di bagian tengah bangunan. Di sana tempat yang terbakar digambar oleh Rigel.
Setelah melakukan pemeriksaan ruangan yang diperkirakan terjadinya kebakaran itu adalah ruang kelas IX.3 dan kelas IX.4 yang ada di lantai dua. Lalu ruang laboratorium kimia dan biologi, serta ruang musik.
"Aku tidak punya waktu, harus melaporkan semua ini kepada Kepala sekolah," ucap Altair bergumam.
Lalu, Altair pun mendatangi ruangan kepala sekolah. Seorang laki-laki tua duduk di kursi kerja. Di atas meja banyak tumpukan kertas yang merupakan berkas.
"Mister Dorado, ada yang ingin saya katakan. Mungkin ini terkesan seperti bohongan dan bisa saja Anda akan bilang apa yang aku ucapkan ini adalah informasi palsu. Tapi, percayalah kalau ini akan terjadi hari ini di sini. Ruang kelas di lantai dua dan di lantai tiga bagian tengah gedung ini akan meledak ... eh, terbakar. Aku harap para murid bisa di evakuasi sebelum terjadi kejadian itu," ucap Altair memberi tahu.
Kening Mister Dorado mengkerut sampai alisnya hampir menyatu. Dia mencoba memahami ucapan Altair.
"Apa kamu mendapatkan informasi ini dari sumber yang valid?" tanya Mister Dorado.
"Iya. Dia orang yang tahu kejadian di masa depan dan memberi tahu aku lewat sebuah gambar," jawab Altair.
Mister Dorado pun tertawa terbahak-bahak karena mendengar ucapan Altair yang dianggapnya lucu. Karena dia tidak percaya dengan yang namanya ramalan atau anak-anak spesial seperti indigo.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa menyuruh murid-murid keluar kelas hanya karena kamu mendapatkan sebuah informasi dari orang yang tahu masa depan. Kecuali kalau kamu mendapatkan berita ini melalui surat ancaman atau informasi yang jelas dari sumbernya. Aku bisa pertimbangkan," kata Mister Dorado.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10:50 tinggal beberapa menit lagi ke waktu perkiraan kejadian yang kemungkinan terjadi pada jam sebelas lebih, lebih tepatnya pukul 11:05. Ada waktu sekitar 10 menit untuk melakukan evakuasi.
"Mister Dorado, Anda harus bertanggung jawab terhadap keselamatan murid-murid di sekolah ini," kata Altair dengan nada sinis.
"Sayangnya informasi yang kamu berikan ini tidak jelas dari mana sumbernya," balas Mister Dorado dengan nada sinis dan mengejek.
'Apa yang harus aku lakukan? Waktunya tinggal sebentar lagi,' batin Altair.
***
Apa yang harus aku lakukan? Waktunya tinggal sebentar lagi,' batin Altair.
Jarum jam terus bergerak dan bunyinya sampai terdengar karena Mister Dorado dan Altair sama-sama terdiam. Mata pemuda itu melirik kembali ke arah jam di dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 11:00 tinggal lima menit lagi ke waktu kejadian.
Merasa keberadaan dia di sini sia-sia, maka Altair memilih ke luar ruangan itu. Dia berpikir lebih baik melakukan sendiri daripada terlambat. Karena mungkin saja teman-temannya akan percaya dan keluar dari sana.
Altair berlari karena diburu oleh waktu, otaknya berpikir apa yang harus dia lakukan agar mereka percaya kepadanya. Tempat yang pertama kali dia datangi adalah kelas IX.3 yang dirasa lebih dekat.
Jarak ruangan kelas terasa sangat jauh ketika sedang genting seperti ini. Padahal semua masih sama tidak ada yang berubah. Entah langkah kaki dia yang menjadi pendek, sehingga terasa tidak sampai-sampai ke kelas yang ingin di tuju.
Lorong kelas sedang dalam keadaan sepi, hentakan laki Altair yang sedang berlari terdengar nyaring. Tinggal beberapa meter lagi dia sampai ke ruang kelas IX.3 yang menjadi tempat kejadian bencana.
Napas Altair terengah-engah begitu sampai di depan pintu. Dia pun mencoba mengatur napasnya agar bisa bicara dengan benar, sehingga semua orang paham.
"Permisi. Maaf sudah mengganggu kalian semua yang sedang belajar. Aku baru saja mendapat informasi kalau ada bom di ruang kelas ini. Saya harap kalian semua keluar dari sini sampai ada petugas yang memeriksa," ucap Altair setelah membuka pintu kelas itu.
Murid-murid yang ada di dalam ruangan itu saling beradu pandang sejenak. Mereka mengira kalau Altair sedang bercanda. Karena tidak mungkin ada bom di kelas mereka yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Bukan kelas murid-murid dari keluarga kaya raya yang nyawanya sering terancam.
"Aku mohon percayalah kepadaku! Kalau sampai jam 11:30 tidak terjadi ledakan bom, berarti kalian semua aman," lanjut Altair dan ada beberapa murid yang beranjak dari tempat duduknya.
"Cepatlah pergi! Kita tidak punya waktu lagi!" teriak Altair.
"Kamu jangan berbuat kegaduhan dan membuat orang ketakutan," ucap guru yang sedang mengajar di kelas itu.
"Kalau kalian tidak percaya kepadaku, jangan sampai menyesal nantinya jika menjadi salah satu korban," balas Altair yang kesal.
Masih ada satu kelas lagi yang harus dia datangi dan memberi tahu kepada mereka. Kini jam di tangan Altair sudah menunjukkan pukul 11: 02 sudah tidak banyak waktu lagi.
"Si-al!" Altair harus pergi ke kelas sebelah.
Begitu Altair pergi, beberapa murid juga ikut keluar kelas. Mereka berlari keluar gedung. Tentu saja perbuatan mereka yang gaduh itu memancing murid-murid dari kelas lain.
"Hei, ada apa?"
"Kenapa kalian semua pada lari keluar dari kelas?"
Beberapa murid kelas IX.3 yang sedang berlari dihentikan oleh murid dari kelas IX.2 yang kebetulan baru kembali dari toilet dan ruang kesehatan.
"Katanya ada bom di kelas kami," jawab murid kelas IX.3 dengan histeris.
"Apa!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments