Bab 5
Rasa takut menguasai diri Altair. Dia melihat gambar yang dibuat oleh Rigel dan biasanya itu terjadi.
"Rigel, katakan sama aku kapan ini akan terjadi?" tanya Altair sambil menunjukkan gambar itu kepada adiknya.
Rigel terdiam sejenak, lalu menunjuk ke kertas yang dipegang oleh Altair. Tentu saja ini membuat sang kakak mengerutkan kening.
Altair kemudian memerhatikan kembali setiap hal yang ada di dalam kertas bergambar itu. Dengan penuh ketelitian sang pemuda baru berhasil menemukan sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Maka untuk memastikan apa yang ada di dalam pikirannya, dia pun memeriksa semua gambar dan benar saja, kalau di setiap gambar itu terdapat sederet angka yang bisa diletakkan di mana saja semau Rigel yang membuatnya.
"Apa maksudmu angka ini menunjukkan waktu kapan ini akan terjadi?" tanya Altair kepada Rigel dan bocah itu tersenyum.
"Oh, My God!" pekik Altair yang kembali dibuat pusing oleh Rigel yang mengharuskan dia kembali berpikir karena angka-angka itu belum dipahami urutannya.
Di dalam kertas itu terlihat deretan angka 202402013, tentu saja ini membuat Altair harus merasa otak. Selain memperkirakan di mana lokasi kejadian itu, masih harus memecahkan kapan kejadian ini akan terjadi.
Altair pun mencoba menghubungi kakeknya yang belum pulang dari tempat kerjanya. Dia mencoba beberapa kali menelepon handphone milik Sirius, tetapi tidak aktif. Ketika menghubungi telepon universitas tempat sang kakek mengabdikan diri membagi ilmunya, mereka bilang kalau laki-laki tua itu sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Tentu saja ini membuat Altair panik.
"Aku akan pergi mencari kakek, seharusnya dia sudah sampai rumah jika pulang satu jam yang lalu," kata Altair sambil melipat kertas itu dan memasukan ke dalam saku baju.
Rigel menarik baju Altair. Dia memberi kode tidak mau ditinggal sendiri. Pemuda itu lupa kalau Rigel paling takut kalau sendirian di suatu tempat. Mau tidak mau dia harus membawa adiknya.
"Ya, sudah. Ayo!" Altair membawa kunci mobil karena adiknya ikut. Niatnya tadi dia akan naik motor biar mudah ketika mencari.
Altair dan Rigel pergi mencari kakek mereka. Hari sudah sore dan akan memasuki waktu makan malam. Biasanya jam segini Sirius sudah berada di rumah, bersantai membaca koran atau membaca buku.
Altair mencoba mencari tempat yang mirip dengan di gambar. Agak susah karena Rigel cuma menggambar sebuah mobil sedan terbalik dan sebuah truk kontainer yang menabrak sebuah tiang listrik.
Mau tanya kepada Rigel di mana tempat kejadian ini, bocah itu cuma diam dan menunjuk ke kertas. Meski sudah Altair pelototi itu gambar, tetap tidak ada petunjuk yang menunjukkan lokasi kejadian.
Merasa lelah menyetir berputar-putar di dalam kota, membuat Altair kelelahan. Dia pun menepikan mobilnya untuk berpikir ke mana lagi harus mencari kakeknya.
Merasa putus asa Altair menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Sambil bersandar dia kembali melihat gambar yang sudah di buat oleh Rigel. Dia yakin di sana pasti ada petunjuk penting yang bisa mengetahui di mana tempat itu berada.
Mata Altair melihat ke gambar tuliang listrik di sana ada angka 113 itu menunjukan nomor tiang listrik. Sekarang terlihat binar kebahagiaan dari sorot netranua.
"Akhirnya ketemu juga!" pekik Altair.
Tanpa membuang waktu Altair memutar monilnya menuju ke arah kawasan dekat pelabuhan. Sambil mengemudi dia berpikir kenapa kakeknya pergi ke sana. Karena pelabuhan dan rumah mereka berlawanan arah.
'Apa kakek sedang ada perlu di sekitar pelabuhan?' batin Altair.
Dengan kecepatan penuh pemuda itu mengemudikan mobilnya. Kebetulan di jalanan sedang sepi saat ini sehingga memudahkan dia.
Tubuh Altair bergetar hebat ketika lagi-lagi melihat pemandangan yang sama dengan apa yang di gambar oleh Rigel. Mobil milik kakeknya dalam keadaan terbalik dan sebuah truk kontainer menabrak tiang listrik.
"Kakek!"
Dengan cepat Altair berlari ke arah mobil kakeknya. Bayang-bayang kematian kedua orang tuanya yang juga meninggal karena kecelakaan ini memenuhi otak Altair.
Altair melihat dua orang yang ada di dalam truk kontainer dalam keadaan tidak sadarkan diri. Lalu, dia menuduk mencoba melihat keadaan kakeknya.
"Kakek! Bisa mendengar suara aku?" teriak Altair, tetapi tidak ada sahutan apa pun dari Sirius.
Ketika Altair sedang mencoba membuka pintu mobil kakeknya, Rigel memberi kode kepadanya untuk menelepon bantuan.
"Ya, kamu benar. Aku tidak akan bisa melakukan semua seorang diri. Aku harus meminta bantuan tim SAR," kata Altair.
Pemuda itu pun menghubungi nomor darurat 505 melaporkan apa yang sedang terjadi dan meminta segera untuk mengirimkan bantuan. Altair menjelaskan dengan baik apa yang sedang terjadi sana, sehingga mereka bisa mengirimkan beberapa ambulan dan tim medis juga beberapa orang dari tim pemadam kebakaran, dan aparat kepolisian terdekat.
Posisi Sirius saat ini kakinya terjepit sehingga Altair tidak bisa mengeluarkannya. Ada seorang yang tidak dikenal olehnya duduk di kursi samping pengemudi. Orang itu juga keadaannya dalam tidak sadarkan diri sama seperti Sirius.
Tidak lama kemudian tim bantuan berdatangan, mereka mengeluarkan para korban dan ambulans membawa mereka ke rumah sakit. Altair dan Rigel pun mengikuti dari belakang.
***
Setelah polisi melakukan penyelidikan ternyata kedua orang yang ada di truk kontainer itu meminum alkohol yang terdapat racun sehingga membuat keduanya meninggal. Dilihat dari rekaman kamera di mobil milik Sirius, truk kontainer itu berjalan keluar dari jalur menabrak mobil yang ditumpangi oleh Sirius, setelah itu menabrak tiang listrik.
Orang yang duduk di samping Sirius adalah seorang detektif swasta. Polisi sekarang sedang mencari tahu hubungan detektif itu dengan kakek mereka. Orang itu meninggal karena kehabisan darah dan dibagian jantungnya terkena luka.
Sementara itu, keadaan Sirius sendiri saat ini masih koma. Tentu saja ini membuat Altair sedih, tetapi masih memiliki harapan.
Altair melihat ke arah Rigel yang tertidur sambil duduk. Dia memerhatikan sang adik dalam diam. Terdengar bunyi dari perut Rigel dan tidak berselang lama perut pemuda itu juga berbunyi. Mereka tadi melewatkan waktu makan malam sehingga sekarang merasa lapar.
Altair yang merasa lapar memutuskan untuk mencari makanan. Namun, Rigel masih tidur dan tidak mungkin dia tinggalkan sendirian di sana. Maka, pemuda itu pun menggendong adiknya dan mencari sesuatu yang bisa mengganjal perut mereka.
Ketika berjalan di lorong rumah sakit menuju kantin Altair bertemu dengan salah seorang teman sekolah. Orang itu merupakan murid yang dahulu sering kena bully oleh murid yang lainnya. Sekarang orang itu sudah tidak sering mendapatkan bully-an, meski masih ada satu atau dua murid yang suka mem-bully dirinya.
Altair tidak tahu siapa nama asli orang itu karena mereka berbeda kelas. Hanya saja murid-murid memanggilnya si muka kodok. Ketika mereka berpapasan Altair bersikap biasa saja, melewatinya tanpa menyapa.
'Sedang apa dia di sini?' batin Altair.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Diah Elmawati
Ada hubungan.apa teman Altair datang ke rumah sakit?
2024-03-16
2