Bab 3
Menyadari ada yang aneh dengan hasil gambar Rigel, Altair pun melihat dan memerhatikan gambar-gambar hasil karya sang adik. Satu hal yang terbersit di dalam pikirannya adalah semua yang digambar oleh adiknya ini merupakan suatu bencana atau kecelakaan.
"Kenapa Rigel menggambar yang seperti ini? Apa karena orang tua kami meninggal karena kecelakaan?" tanya Altair bermonolog.
Setelah itu dia membereskan semua kertas hasil karya Rigel itu lalu memasukan ke sebuah map agar tidak tercecer. Ketika akan menutup map mata Altair sempat melihat gambar sebuah bukit atau gunung yang longsor dan menimbun rumah-rumah di bawahnya.
'Sungguh mengerikan jika hal ini terjadi. Tidak bisa dibayangkan penduduk yang rumahnya tertimbun oleh tanah,' batin Altair.
Sambil menunggu waktu makan malam, Altair membaca buku tentang anatomi tubuh. Dia berharap Rigel bisa bicara dengan benar seperti manusia normal. Sungguh dia selalu merasa malu mempunyai adik gagu seperti Rigel ini.
Sementara itu, Rigel sedang menggambar di samping Altair. Bocah itu menggambar sebuah pesawat terbang yang seperti akan jatuh di tengah kota. Tiba-tiba saja mata dia berubah menjadi silver dan menggoreskan angka berserat di salah satu bagian di kertas itu.
"Ayo, kita makan!" ajak Sirius sambil membuka pintu kamar cucunya.
Altair pun turun dari tempat tidur di susul oleh Rigel. Mata sang kakak melirik ke arah kertas gambar, dia ingin melihat apa yang sudah digambar oleh adiknya.
'Lagi-lagi gambar kecelakaan yang mengerikan,' batin Altair.
Ketika mereka makan malam, televisi dalam keadaan menyala. Kebiasaan Sirius untuk menghilangkan rasa sepi dan sunyi, dia selalu menyalakan televisi.
❤️"Sampai saat ini tim evakuasi masih berusaha mencari korban yang tertimbun tanah longsor. Diperkirakan masih ada sekitar tiga puluh orang yang terkubur."
"Sudah kita ketahui kalau bencana longsor yang terjadi semalam itu akibat curah hujan yang tinggi selama beberapa hari ini. Hal ini mengakibatkan longsong. Untuk warga yang berhasil menyelamatkan diri kini berada di gedung kota serbaguna. Mereka dalam keadaan putus asa dan bersedih karena masih ada keluarga yang masih tertimbun. Mereka sangat berharap semua pihak bisa bekerja sama, agar mereka yang memungkinkan masih hidup bisa di selamatkan."
Altair yang melihat berita itu sampai tersedak ketika seseorang reporter melaporkan bencana alam longsor yang terjadi semalam. Mata pemuda itu terbelalak ketika melihat animasi yang dibuat oleh chanel berita ketika menggambarkan kejadian longsor yang terjadi semalam. Gambar yang digambar oleh Rigel hampir sama persis.
"Hati-hati. Kalau makan jangan sambil memikirkan hal yang lain," kata Sirius mengingatkan cucunya.
Tatapan Altair kini tertuju kepada Rigel. Dia menatap tajam adiknya karena merasa semakin aneh saja dengan pemikiran anak berumur empat tahun, tetapi suka menggambar hal yang mengerikan menurutnya.
'Dia menggambar itu semua dapat inspirasi dari mana?' batin Altair.
Rigel yang sedang makan tidak memedulikan keadaan sekitar. Dia juga tidak merasa terganggu dengan tatapan tajam dari kakaknya. Bagi dia asalkan bisa dekat dengan sang kakak sudah cukup. Tidak peduli mau didiamkan tidak diajak bicara.
"Altair, besok kamu pergi ke rumah sakit antar Rigel untuk melakukan terapi," kata Sirius.
Altair rasanya ingin menolak karena sepulang sekolah dia harus ikut latihan basket. Namun, dia juga tidak bisa membiarkan penyakit adiknya semakin parah.
"Iya, Kek," balas Altair dengan nada lesu.
"Kakek dengar tadi terjadi kecelakaan di dekat sekolah kamu?" tanya Sirius kepada Altair.
"Iya. Bus sekolah di pasangi bom, sehingga membunuh semua penumpang dan melukai beberapa orang yang berada di dekat TKP," jawab pemuda berwajah dingin itu.
"Penjahat sekarang ini suka nekad. Dengan mudahnya membunuh nyawa orang lain, apa mereka semua itu sudah berbuat kesalahan atau berbuat jahat kepada si pelaku?" tanya Sirius.
Altair pun terdiam dan sempat memikirkan hal ini tadi sore ketika melihat beritanya di berita online. Murid-murid yang suka merundung juga yang menjadi korban dalam kejadian ini.
"Aku tidak tahu mereka, Kek. Aku kan baru beberapa bulan saja belajar di sana. Jadi, belum begitu kenal dengan murid-murid di sana," jawab Altair.
"Kakek harap kamu jangan sampai terlibat kenakalan remaja," ucap Sirius.
"Iya, Kek," balas Altair mengiyakan keinginan sang kakek bukan karena mengikuti keinginannya, tetapi dia memang tidak suka begitu bergaul dengan teman-temannya di sekolah sekarang.
***
Kasus dari pengeboman bus sekolah belum menemukan titik terang. Para orang tua korban menuntut pihak kepolisian dan pihak sekolah untuk segera menemukan siapa pelakunya.
Altair melihat ada beberapa orang polisi sedang menanyai beberapa murid di sekolahnya. Dia berjalan cepat agar tidak diajak bicara oleh mereka.
Hal yang mengejutkan adalah tiba-tiba saja di sebuah videotron berukuran besar yang ada di salah satu jajaran toko-toko itu memuat video perundungan terhadap seorang siswa sampai meninggal yang dilakukan oleh beberapa orang yang menjadi korban dari kejadian kemarin. Sepertinya si pelaku ingin memberi tahu kalau mereka semua itu memang pantas untuk mati, walau ada beberapa orang siswa yang tidak bersalah ikut menjadi korban dalam itu.
Semua orang jadi tahu bagaimana kelakuan beberapa siswa di ANDROMEDA SCHOOL. Apalagi video yang diputar bukan hanya satu. Ada tiga video pendek yang menunjukkan kejahatan murid-murid yang menjadi korban pengeboman bus.
Hal ini menjadi perdebatan dan perbincangan di negeri ini. Orang tua yang anaknya menjadi korban pem-bully-an pun ikut bicara. Mereka juga meminta keadilan untuk anak-anak mereka.
Altair mencoba mengabaikan keadaan sekitar, jika dia diminta pendapatnya mengenai kejadian ini, maka akan bilang korban dan pelaku sama-sama penjahat dan harus mendapatkan hukuman. Tinggal dari pihak penegak hukum saja akan mengambil sikap seperti apa.
Seperti janjinya semalam, sore hari Altair mengantarkan Rigel melakukan terapi. Bocah itu sering mengalami ketakutan sampai histeris jika sedang sendirian. Harus ada orang lain di dekatnya, dia baru akan merasa aman.
Ketika seorang psikolog mengajak bicara Rigel, anak itu akan menjawan dengan kepala mengangguk atau menggeleng. Sesekali bocah itu tersenyum.
Altair sendiri tidak mengerti apa yang dikatakan oleh adiknya itu. Eh, maksudnya jawaban yang diberikan Rigel kepada si psikiater yang sudah menemaninya selama enam bulan terakhir.
"Karena Rigel sudah baik dalam menjalani tes hari ini, aku beri kamu hadiah," ucap Dokter Aurora.
Wanita itu memberikan perlengkapan menggambar yang menjadi hobi Rigel. Lalu, bocah kecil itu tersenyum dan memeluk Dokter Aurora sebagai ucapan terima.
Ketika berjalan di lobi rumah sakit ada televisi layar datar yang sedang memberitakan sebuah kejadian yang baru saja terjadi di negeri Procyon yang merupakan negeri tetangga negeri Centuari. Sebuah pesawat terbang jatuh di tengah kota.
Langkah Altair terhenti ketika melihat berita itu. Sebuah video yang menangkap detik-detik ketika pesawat akan jatuh sampai jatuh menghantam pusat kota di kawasan industri. Lagi-lagi apa yang digambar oleh Rigel di kertas gambar, kini dia lihat menjadi kenyataan.
"Bagiamana bisa ini terjadi? Apakah kebetulan atau bukan?" Altair bergumam.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Diah Elmawati
Sepertinya apa yang digambarkan Rigel agar tidak menjadi suatu kenyataan maka harus dicegah. Semoga Altair paham akan hal ini. Dan mulai melakukan pendekatan pada adiknya.
2024-03-16
2